Ocktarizka, Tria
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

"Inomeurme" Interpretasi Meugang sebagai Nilai Sosial Masyarakat Aceh dalam Seni Pertunjukan Komposisi Musik Kontemporer Putra, Rizki Mona Dwi; Ocktarizka, Tria
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol. 12 No. 2 (2023): Grenek: Jurnal Seni Musik (December)
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v12i2.50856

Abstract

Meugang merupakan salah satu budaya tradisi yang masih dilestarikan di Aceh. Meugang atau sebagian menyebutnya ma™meugang adalah sebuah tradisi makan daging pada saat sebelum memulai puasa Ramadhan, lebaran Idul fitri dan lebaran Idul Adha. Praktek Perayaan Meugang ini dirayakan oleh semua lapisan Masyrakat, baik di desa maupun di kota. Perayaan Meugang juga dijadikan momen penting untuk setiap keluarga yang bisa dilihat dari aktivitas Meuramin yaitu makan bersama dengan seluruh kalangan. Kebudayaan suatu daerah tentunya akan menghasilkan sejumlah wujud baik itu nilai, budaya maupun hal lainnya. Tradisi meugang di Aceh tentunya memiliki nilai sosial yang berbeda jika ditinjau dari segi lingkungan sosial. Nilai-nilai sosial yang terkandung dalam tradisi meugang memang tidak terlepas dari rasa keindahan dan rasa kebersamaan dalam interaksi sosial masyarakat serta keluarga. Dengan adanya interaksi sosial ini, perayaan meugang dapat menghasilkan nilai sosial dalam bermasyarakat, yaitu nilai kebersamaan dan nilai keindahan. Gagasan ini menarik untuk diaktualisasikan melalui karya seni musik dengan menginterpretasikan kembali Nilai Sosial tersebut ke dalam bentuk Komposisi Musik Kontemporer, yang mana adanya kebaruan dan gambaran terhadap karakter bunyi pada fenomena meugang tersebut. Tujuan dari penelitian karya seni ini adalah untuk mengaktualisasikan Nilai Sosial pada Fenomena Perayaan Meugang melalui Komposisi Musik Kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode penciptaan dengan menggabungkan proses penciptaan musik dari Pande Made Sukerta (Menyusun Gagasan Isi, Menyusun Ide Garapan, Menentukan Garapan) dan teori garap dari Rahayu Supanggah (Materi Garap, Pengarap, Sarana Garap, Prabot, Penentu Garap, dan Pertimbangan Garap).
“Struktur Pertunjukan Tradisi Rateb Mensa di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten Nagan Raya”.: The Performance Structure of the Rateb Mensa Tradition in Beutong Ateuh Banggalang District, Nagan Raya Regency Yulianti, Arisa; Denada, Berlian; Ocktarizka, Tria
Awilaras Vol 11 No 2 (2024): Seni : Sinergi Tradisi dan Teknologi
Publisher : LPPM ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study formulates the problem of “The performance structure of the Rateb Mensa tradition in Beutong Ateuh Banggalang District, Nagan Raya Regency.” The research employed a qualitative method with a field research approach. The objective of this study is to describe the “Performance structure of the Rateb Mensa tradition in Beutong Ateuh Banggalang District, Nagan Raya Regency.” Research data were collected through observation, interviews, documentation, and triangulation/combined techniques. The theoretical framework used is the performance structure theory proposed by Djelantik, supported by Endraswara’s perspective. The results indicate that the performance structure of the Rateb Mensa tradition consists of three stages: pre-performance, main performance, and post-performance, presented in the form of group dhikr led by a Syeh (religious leader). The tradition is performed to enliven the Eid al-Fitr celebration and is carried out for three to four consecutive nights by male participants aged between 15 and 60 years. The number of performers ranges from 40 to 70 people, forming circular and shaf (row) formations. The Rateb Mensa chants include Al-Fatihah, Eid takbir, dhikr, shalawat, and laweut (poetic verses). This study demonstrates that preserving Rateb Mensa requires support in the form of documentation, regeneration, and revitalization through a community-based approach, ensuring it remains meaningful as a living intangible cultural heritage of Aceh rather than merely a spectacle.  
Rateb Mensa Sebagai Media Peningkatan Syiar Islam pada Masyarakat Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten Nagan Raya Ocktarizka, Tria; Berlian Denada; Arisa Yulianti
IKONIK : Jurnal Seni dan Desain Vol. 7 No. 2 (2025): JULI 2025
Publisher : LPPM Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/ijsd.v7i2.16961

Abstract

Penelitian ini membahas tentang Rateb Mensa Sebagai Media Peningkatan Syiar Islam Pada Masyarakat Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten Nagan Raya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran tradisi Rateb Mensa sebagai media dakwah Islam serta sejauh mana efektivitasnya dalam meningkatkan pemahaman keagamaan di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif sebagai metode dalam proses penelitian. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi tambahan mengenai salah satu tradisi yang dimiliki masyarakat Nagan Raya.  Rateb Mensa merupakan salah satu tradisi yang dikemas dalam bentuk zikir dan sholawat di Desa Kuta Teungoh Kecamatan Beutong Ateuh Kabupaten Nagan Raya Provisi Aceh. Rateb Mensa yang disajikan berupa zikir sambil menggerakkan tubuh ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya pada perayaan Idul Fitri di daerah tersebut. Biasanya Rateb Mensa selalu digelar pada malam ke empat Idul Fitri dan akan berlanjut hingga tiga malam berturut-turut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Rateb Mensa memiliki pengaruh yang sangat positif bagi masyarakat. Acara Rateb Mensa ini bukan hanya sekadar menjadi momen berkumpulnya warga desa, tapi juga berfungsi sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama masyarakat. Tidak semua pelaku seni atau peserta Rateb Mensa bisa langsung mengambil intisari dari isi syiar Islam dalam acara ini, karena sebagian besar, terutama kalangan anak muda, lebih memandang Rateb Mensa sebagai bentuk hiburan. Namun demikian, Rateb Mensa dijadikan media syiar Islam dalam bentuk zikir yang masih eksis di Beutong Ateuh Banggalang.
Bentuk Penyajian Kesenian Didong Grup Musara Bintang di Desa Linung Bulen II Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah Yanti, Yunita Rahma; Wirandi, Rika; Ocktarizka, Tria
Jurnal Musik Etnik Nusantara Vol 4, No 1 (2024): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v4i1.4225

Abstract

This research is entitled "Forms of Presentation of the Didong Arts of the Musara Bintang Group in Linung Bulen II Village, Bintang District, Central Aceh Regency". The author examines the form of presentation of Didong art by the Musara Bintang Group in Linung Bulen II Village, Bintang District, Central Aceh Regency. The research method used is a descriptive qualitative approach. Data obtained in the field used observation, interview and documentation techniques.The theory used in this research is the presentation theory from Djelantik's theory which states that form is the basic element of manifestation. In the form of presentation, it means that form is a fundamental element of a performance. These elements include artists, musicians, seating formation, movement, songs presented, costumes, performance venue, and audience. Based on the results of research in presentation, Didong art is played by 15 people consisting of: 1 Ceh Apit (Ceh Companion), 1 Main Ceh, and 2 Penepok Pumu and 2 Penepok pillow splits, each of which acts as a pillow act, split pillow , and 9 players who act as penepok/penunung (followers). The Didong art performance consists of 9 stages, for the costumes the players wear black unity t-shirts with the words "Musara Bintang" written on the chest and wear a headband called Jembolang.