Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

ANALISIS TIMBRE RAPA’I BUATAN FAJAR SIDDIQ DI DESA KAYEE LHEU, KECAMATAN INGIN JAYA, KABUPATEN ACEH BESAR (KAJIAN MUSIK MULTIMEDIA) Benny Andiko; Berlian Denada
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 2 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i2.28382

Abstract

This research is entitled "Analysis of Timbre Rapa'i Made by Fajar Siddiq in Kayee Lheu Village, Ingin Jaya, Aceh Besar District. This study aims to determine the form of the Rapa'i timbre made by Fajar Siddiq, what are the steps for recording timbre and analyzing timbre using the Spectrum Analyzer on the PreSonus Studio One 5 software. Focusing on multimedia music studies, adopting the topic of recording stages with categories, namely; according to their nature and according to the sound system. The initial process of recording music is tracking. Timbre depends primarily on the acoustics of the stimulus, but also depends on the waveform. Timbre refers to the dimension of sound that allows the listener to identify the source of the sound and the content of the sound. Using a recording stage approach from Ambrosius Yuniart Lefaan and timbre analysis from Pratt and Doak. The research method used in this study is qualitative research as a research procedure that produces descriptive data in the form of written information and analysis results using a Spectrum Analyzer. Using the stages of data collection, namely: observation; literature review; interviews and documentation. The results and discussion of this research are; Rapa'i timbre which consists of four sound colors (dum, preng, breuk dan crik) recorded using digital recording equipment as follows; Audio Technica AT 2035 condenser microphone using ambient miking technique, Zoom R24 audio interface; multitrack recording technique with tracks separated from the four Rapa'i timbres; delivery media is a classification of membranophone namely Rapa'i; DAW (Digital Audio Workstation) storage media, namely PreSonus Studio One 5 software. The recording process with tracking stages uses four channels with mono audio recording type, 44.1 kHz sample rate with 24 bit resolution. The fundamental frequency is timbre dum 172Hz with SPL -17.8dB, preng 192Hz with SPL -16.8dB, breuk 172Hz with SPL -28.2dB and crik 192Hz with SPL -22.3 dB. Keywords: analysis, timbre, rapa’I, fajar, siddiq.AbstrakPenelitian ini berjudul “Analisis Timbre Rapa’i Buatan Fajar Siddiq di Desa Kayee Lheu, Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar (Kajian Musik Multimedia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk timbre Rapa’i buatan Fajar Siddiq, bagaimana tahapan perekaman timbre dan analisis timbre menggunakan Spectrum Analyzer pada software PreSonus Studio One 5. Memfokuskan pada kajian musik multimedia, mengadopsi topik bahasan tahapan perekaman dengan kategori yaitu: menurut sifatnya dan menurut peralatan tata suara. Proses awal rekaman musik yaitu tracking. Timbre tergantung terutama pada akustik stimulus, tetapi juga tergantung pada bentuk gelombang. Timbre mengacu pada dimensi bunyi yang memungkinkan pendengar mengindentifikasi sumber bunyi dan kandungan bunyi. Menggunakan pendekatan tahapan perekaman dari Ambrosius Yuniart Lefaan dan analisis timbre dari Pratt dan Doak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa informasi tertulis dan hasil analisis menggunakan Spectrum Analyzer. Menggunakan tahapan pengumpulan data yaitu: observasi; studi pustaka; wawancara dan dokumentasi. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini yaitu; timbre Rapa’i yang terdiri dari empat warna bunyi (dum, preng, breuk dan crik) direkam menggunakan peralatan rekaman digital sebagai berikut; microphone condenser Audio Technica AT 2035 menggunakan teknik ambient miking, audio interface Zoom R24; teknik rekaman multitrack dengan track yang terpisah dari empat timbre Rapa’i; media penyampaian merupakan klasifikasi dari membranophone yaitu Rapa’i; media penyimpan DAW (Digital Audio Workstation) yaitu software PreSonus Studio One 5. Proses rekaman dengan tahapan tracking menggunakan empat channel dengan tipe rekam mono audio, sample rate 44.1 kHz dengan resolusi 24 bit. Frekuensi fundamental timbre dum 172Hz dengan SPL -17,8dB, preng 192Hz dengan SPL -16,8dB, breuk 172Hz dengan SPL -28,2dB dan crik 192Hz dengan SPL -22,3 dB.  Kata Kunci: analisis, timbre, rapa’I, fajar siddiq.  Authors:Benny Andiko : Institut Seni Budaya Indonesia AcehBerlian Denada : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Andiko, Benny. (2021). “Timbre Rapa’I”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 12 September 2021, Desa Kayee Lheu.Bartlett, Bruce dan Jenny Bartlett. (2009). Practical Recording Techniques. Burlington: Elsevier.Ediwar. (2016). Rekonstruksi dan Revitalisasi Kesenian Rapa’I Aceh Pasca Tsunami. Resital, 17(1), 30-45.Huber, David. M. & Rustein, Robert. E. (2017). Modern Recording Techniques. Routledge: Focus Press.Lefaan, Ambrosius Yuniart. (2010). Studio Rekaman Musik di Yogyakarta. S1 Thesis. Yogyakarta: UAJY.Rossing, Thomas. D. (2002). The Science of Sound. Routledge: Focal Press. Rumsey, Francais. & McCormick, Tim. (2009). Sound and Recording: Applications and Theory (Audio Engineering Society Presents). Routledge: Focal Press.Sadiman, Arif. S. (2000). Peran Teknologi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar. Jakarta: Teknodik.Siddiq, Fajar. (2021). “Timbre Rapa’I”. Hasil Wawancara Pribadi: 12 September 2021, Desa Kayee Lheu.Technica, Audio. (2021). Cardioid Condenser Microphone AT2035. https://www.audio-technica.com/en-us/at2035 (diakses tanggal 7 Juli 2021).Walzer, Michael. (1997). On Toleration: Castle Lectures in Ethics, Politics, and Economics. Yale: University Press.Wijayanto. (2017). Analysis of Sound Pressure Level (SPL) and Lay Out of Engines in The Factory. Media Mesin, 8(1), 38-44.Zoomtech. (2021). Audio Interface Zoom R24. https://zoomcorp.com/en/us/digital-mixer-multi-track-recorders/multi-track-recorders/r24/ (diakses tanggal 7 Juli 2021).
SISTEM TATAKELOLA GRUP RAPA’I DABOH BUNGONG JEUMPA BANTIMOH DI KAWASA PEMUKIMAN PASCA TSUNAMI ACEH, CARE, KOTA JANTHO Rika Wirandi; Magfhirah Murni Bintang Permata; Berlian Denada
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 2 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i2.20659

Abstract

AbstrakPenelitian ini berjudul “Sistem Tatakelola Grup Rapa’i Daboh Bungong Jeumpa Bantimoh di Kawasan Pengungsian Pasca Tsunami, CARE, Kota Jantho”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem tatakelola yang diterapkan dalam Grup Rapa’i Daboh Bungong Jeumpa Bantimoh (GRDBJB), yang dikaitkan dengan bagaimana suatu kelompok kesenian tradisional mampu bertahan dan berkembang oleh suatu masyarakat di tengah perubahan sosio-geografis dan ekonomi, yang semulanya menetap di Pulau Aceh kemudian berpindah ke kawasan pengungsian Pasca Tsunami Aceh, CARE, di Kota Jantho. Memfokuskan pada kajian bentuk tatakelola, dengan mengambil topik bahasan sistem pengelolaan yang meliputi: pembentukan grup; sistem pengurusan; kepemimpinan; evaluasi kinerja; pengelolaan keuangan; sistem pewarisan rekrutmen dan pelatihan; dan strategi pertunjukan/ promosi/ pemasaran. Menggunakan pendekatan sistem pelembagaan seni dan sistem pengelolaan seni dari Jazuli. Metode penelitian yang digunakan dalam rencana penelitian ini nantinya dalah metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dengan menggunakan beberapa tahapan pengumpulan data yaitu: observasi; studi pustaka; wawancara; dan dokumentasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, GRDBJB dibentuk atas alasan pembinaan dan pengembangan dengan tujuan pemeliharaan, penyelamatan, pelestarian, pengelolaan dan termasuk di dalammnya adalah upaya memberikan bimbingan, pengarahan, penggalian, pencatatan, dan peningkatan kualitas dari kalangan orang tua yang merupakan seniman pelaku kesenian rapa’i yang tergabung dalam GRDBJB. Sistem pengelolaan atau tatakelola GRDBJB didasari oleh sistem pengelolaan semi-profesional berbasis kolektif-partisipatif-domokratis masyarakat dusun CARE. GRDBJB merupakan grup asuh atau grup cabang yang dibentuk dengan tujuan pelestarian dan pewarisan kepada generasi muda CARE yang berorientasi pada sistem pengelolaan non-komersil dan orientasi sosial.              Kata Kunci: tatakelola, rapa’i daboh, GRDBJB, CARE.AbstractThis research is entitled "Management System of the Rapa'i Daboh Bungong Jeumpa Bantimoh Group in the Post-Tsunami Refugee Area, CARE, Jantho City". This study aims to determine the governance system applied in the Rapa'i Daboh Bungong Jeumpa Bantimoh Group (GRDBJB), which is associated with how a traditional art group is able to survive and develop by a society in the midst of socio-geographic and economic changes, which originally settled in The island of Aceh then moved to the post-Tsunami refugee area in Aceh, CARE, in the City of Jantho. Focusing on the study of governance forms, taking the topic of management systems which include: group formation; management system; leadership; performance evaluation; financial management; recruitment and training inheritance system; and performance / promotion / marketing strategy. Using the approach of art institutionalization systems and art management systems from Jazuli. The research method used in this research plan is a qualitative research method as a research procedure that produces descriptive data in the form of written words from people and behavior that can be observed using several stages of data collection, namely: observation; literature review; Interview; and documentation. This study concludes that GRDBJB was formed for the reason of coaching and development with the aim of maintaining, saving, preserving, managing and including efforts to provide guidance, direction, excavation, recording, and quality improvement among parents who are artists who do the art of rapa ' i who is a member of GRDBJB. The GRDBJB management or governance system is based on a semi-professional management system based on the collective-participatory-domocratic community of the CARE hamlet. GRDBJB is a foster group or branch group that was formed with the aim of preservation and inheritance to the young generation of CARE which is oriented towards a non-commercial management system and social orientation.  Keywords: management, rapa’i daboh, GRDBJB, CARE.
Bentuk Melodi Syair Saleum Pada Kesenian Meusifeut Sebagai Media Dakwah Di Kemukiman Lamteuba Kabupaten Aceh Besar Berlian Denada; Husnul Khatimah
MUSICA : Journal of Music Vol 1, No 1 (2021): MUSICA: JOURNAL OF MUSIC
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1040.228 KB) | DOI: 10.26887/musica.v1i1.1719

Abstract

Meusifeu is one of the arts in Aceh Province which is a medium of da'wah and is conveyed through poems that are formed in such a way with certain rules. Meusifeut itself is influential in spreading the teachings of Islam to the community which is later expected so that listeners can get closer to Allah and always obey His commands. The poems conveyed through Meusifeut are taken from Aceh's dhikr books, the results of the ancient teungku or ulama's compositions and also the compositions of the Meusifeut members themselves. Meusifeuut art is presented from several Arabic languages which are translated into Acehnese. Apart from being a medium of propaganda. In an era that is all about using technology like today, Acehnese arts, especially those with Islamic nuances are expected to foster a sense of knowledge and also the desire of the younger generation to always get closer to Allah SWT. The purpose of this study was to identify the melody of Saleum's poetry and to seek accurate information by directly asking the sources of Meusifeut art as a medium of da'wah in the Lamteuba settlement, Aceh Besar District, using descriptive qualitative research methods.Keywords: Meusifeut; Saleum Poetry Melody; Da’wah; Acehnese Arts; Lamteuba; Lambada.ABSTRAKMeusifeut merupakan salah satu kesenian di Provinsi Aceh yang menjadi media dakwah dan disampaikan melalui syair-syair yang dibentuk sedemikian rupa dengan aturan-aturan tertentu. Meusifeut itu sendiri berpengaruh dalam penyampaian ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat yang nantinya diharapkan agar pendengar bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah dan selalu taat atas segala perintahNya. Syair-syair yang disampaikan melalui Meusifeut diambil dari buku dzikir Aceh, hasil karangan teungku atau ulama pada zaman dahulu dan juga karangan dari anggota Meusifeut itu sendiri. Kesenian Meusifeut ini disajikan dari beberapa bahasa Arab yang diterjemahkan kedalam bahasa Aceh. Selain sebagai media dakwah. Di zaman yang serba menggunakan teknologi seperti sekarang ini, kesenian-kesenian Aceh khususnya yang bernuansa Islami diharapkan dapat memupuk rasa pengetahuan dan juga keinginan generasi muda agar selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi melodi syair Saleum serta menggali informasi yang akurat dengan bertanya langsung kepada narasumber mengenai kesenian Meusifeut sebagai media dakwah di Kemukiman Lamteuba Kabupaten Aceh Besar dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.Kata Kunci: Meusifeut; Melodi Syair Saleum; Dakwah; Kesenian Aceh; Lamteuba; Lambada
Model Tatakelola Grup Rapa’i Daboh Bungong Jeumpa di Kawasan Pengungsian Pasca Tsunami Aceh, CARE Rika Wirandi; Magfhirah Murni B.P; Berlian Denada
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) Vol 3, No 2 (2020): Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) December
Publisher : Mahesa Research Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.48 KB) | DOI: 10.34007/jehss.v3i2.352

Abstract

This article aims to determine the form of governance applied in the Rapa'i Daboh Bungong Jeumpa Group (GRDBJ) in the post-Tsunami refugee area in Aceh, CARE, in Jantho City, Aceh Besar District. The problem is focused on the form of GRDBJ governance by using the management function approach reference proposed by Goerge R. Terry. The management function consists of four: 1) Planning (planning); 2) Organizing (organizing); 3) Movement (actuating); and 4) controlling. The research method used in this study is a qualitative research method as a research procedure that produces descriptive data in the form of written words from people and behavior that can be observed using several stages of data collection, namely: observation; literature review; Interview; and documentation. This study concludes that the planning carried out by GRDBJ includes preparing member resources in quality and quantity. In the organizational aspect, GRDBJ has a formal organizational structure that is generally applied in an organization, besides that there is a central and significant role for the caliph and ceh. In the movement, GRDBJ applies work efficiency through optimal utilization of human resources and facilities. In addition, GRDBJ conducts foster group coaching consisting of young children. The form of supervision includes supervision of the performance of members or players, finances, performance materials.
KAJIAN MUSIKALITAS DAN PROSES REGENERASI ASSUBHUBADA SEBAGAI MEDIA DAKWAH MELALUI SENI DI KOTA BANDA ACEH Berlian Denada; Rico Gusmanto
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38586

Abstract

Assubhubada is one form of Islamic performing arts that contains praise to Allah SWT and Prophet Muhammad SAW. The main element in this art is the chanting of selawat accompanied by membranophone musical instruments. The Al Quzah Group located in Banda Aceh City is estimated to be the only group that still preserves this prayer until now. The purpose of this research as a whole is to find out the form of musicality of the Assubhubada selawat of the Al Quzah Group in conveying da'wah through art. In addition to revealing the musicality in Assubhubada, this study also aims to determine the regeneration process of Assubhubada as an effort to preserve the cultural locality of the Acehnese people. Assubhubada is considered important to be preserved because da'wah with art media is the right way to do so that people can be interested in learning things related to religion. The method used in this research is descriptive qualitative, while the approach used is the theory of musicality from Bambang Sunarto and the inheritance system from Cavalli S and Feldman. The results of this study indicate that musicality in Assubhubada can be viewed from three aspects, namely construction, instrumentation, and cultivation. While the regeneration process can be viewed from two aspects, namely the process of vertical transmission and horizontal transmission.Keywords: assubhubada, Al Quzah, musicality, regeneration, selawat. AbstrakAssubhubada merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan islami yang berisikan pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Unsur utama dalam kesenian ini adalah lantunan selawat yang diiringi dengan instrumen musik membranophone. Grup Al Quzah yang bertempat di Kota Banda Aceh diperkirakan sebagai satu-satunya kelompok yang masih melestarikan selawat ini hingga sekarang. Tujuan dari penelitian ini secara menyeluruh adalah untuk mengetahui bentuk musikalitas dari selawat Assubhubada Grup Al Quzah dalam menyampaikan dakwah melalui seni. Selain mengungkap musikalitas di dalam Assubhubada, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui proses regenerasi Assubhubada sebagai upaya pelestarian lokalitas budaya masyarakat Aceh. Assubhubada dianggap penting untuk dilestarikan karena dakwah dengan media seni adalah cara yang tepat untuk dilakukan agar masyarakat dapat tertarik mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan agama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah teori musikalitas dari Bambang Sunarto dan sistem pewarisan dari Cavalli S dan Feldman. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa musikalitas dalam Assubhubada dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu konstruksi, instrumentasi, dan penggarapan. Sedangkan proses regenerasi dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu proses secara vertical transmission dan horizontal transmission.Kata Kunci: assubhubada, Al Quzah, musikalitas, regenerasi, selawat.Authors:Berlian Denada : Institut Seni Budaya Indonesia AcehRico Gusmanto : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Adriyana, R. A. (2021). Ali Kribo Penggagas Darbuka, Alat Musik dari Timur Tengah di Indonesia. https://www.ketiknews.id/tokoh-bicara/pr-3012057645/ali-kribo-penggagas-darbuka--alat-musik-dari-timur-tengah-di-indonesia (diakses tanggal 30 Agustus 2022).Banoe, P. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.Dhuhri, S. (2017). Aceh Serambi Mekkah (Studi tentang Peran Ibadah Haji dalam Pengembangan Peradaban Aceh). Jurnal Ilmiah Islam Futura, 16(2), 188-195. https://doi.org/10.22373/jiif.v16i2.750Karina, A. E., Widyastutieningrum, S. R., & Hirza, H. (2022). Transkrip Musikal Pertunjukan Rapai Pasee Di Aceh Utara. Grenek: Jurnal Seni Musik, 11(1), 38-45. https://doi.org/https://doi.org/10.24114/grenek.v11i1.34695Kasih, S. D. (2018). Regenerasi Seni Kuda Lumping Sari Muda Budaya Dusun Sangkalan, Desa Bapangsari, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Imaji: Jurnal Seni Dan Pendidikan Seni, 16(1), 9–17.Manalu, N. A., & Febryanti Sukman, F. (2020). Tari Seudati Inong Sebagai Wujud Representasi Kesetaraan Gender di Kabupaten Aceh Besar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 367-376. https://doi.org/https://doi.org/https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.20673Mikaresti, P., & Mansyur, H. (2022). Pewarisan Budaya Melalui Tari Kreasi Nusantara. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(1), 147-155. https://doi.org/10.24114/gr.v11i1.33333Rahman, S., & Gusmanto, R. (2021). Pemanfaatan Batok Kelapa Sebagai Media Pembuatan Bio-Instrumen Musik. Besaung: Jurnal Seni Desain dan Budaya, 5(2), 135-140. https://doi.org/10.36982/jsdb.v5i2.1855Rohana, S., & Juhadi. (2019). Sistem Pewarisan dan Keberlanjutan Pengelolaan Usaha Tambak Garam Desa Genengmulyo, Kecamatan Juwana. Edu Geography, 7(3), 263-271. https://doi.org/https://doi.org/10.15294/edugeo.v7i3.33574Sugiyono, S. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.Sunarto, B. (2006). Sholawat Campurngaji: Studi Musikalitas, Pertunjukan, dan Makna Musik Rakyat Muslim Pinggiran. Surakarta: Institut Seni Indonesia Surakarta.Wamirza, E., Sihombing, L. B., & Wiflihani, W. (2021). Metode Pembelajaran dan Bentuk Penyajian Musik Ansambel Campuran pada Musik Keroncong. Jurnal Pendidikan dan Penciptaan Seni, 1(2), 90-97. https://doi.org/https://doi.org/10.34007/jipsi.v1i2.146Wirandi, R., & Permata., M. M. B. (2021). Fungsi Musik dalam Upacara Perayaan Ritual Thaipusam Etnis Hindu Tamil di Banda Aceh. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 415–422. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.28379Wiyono, H., Firmansyah, H., & Ramadhan, I. (2022). Perubahan Sosial Budaya. Klaten: Penerbit Lakeisha.
Musical Phenomenon in the Traditional Art of Alee Tunjang in Aceh Surya Rahman; Berlian Denada; Abdul Rozak
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol 12, No 2 (2023): Grenek: Jurnal Seni Musik
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v12i2.49597

Abstract

Alee Tunjang is an art form originating from North Aceh Regency that consists of melodic and rhythmic music elements. The form of this art instrument is in the form of vocals that chant verses, and mortar beaten by alu/alee in the form of percussion rhythms with six sound colors. These two types of musical instruments form a distinctive musical fabric in the presentation of the performance, where melodic and rhythmic instruments are played not only as the main melody and melodic musical accompaniment, but the two elements become inseparable, as evidenced by the musical fills of Alee Tunjang that alternate and complement each other. The purpose of this research is to analyze the musical phenomena found in the art of Alee Tunjang. The method in this research uses a qualitative approach, with data collection techniques: literature review, observation, interview, and documentation. Alee Tunjang's music is divided into three sections, namely: Saleum, Kisah, and Lani, which consists of one vocal player and five lesung players, each with a constant rhythm and repetition. The tempo and rhythm are similar in all parts of the Alee Tunjang song/chapter. The difference in rhythm and cadence is found in the lesung 4th instrument which plays the tung sound color by playing a pattern on a different weak beat in each part of the song/chapter of Alee Tunjang.
ORGANOLOGI INSTRUMEN MUSIK ALEE TUNJANG Berlian Denada; Abdul Rozak; Surya Rahman
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 7 No. 1 (2024): JUNI 2024
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v7i1.16538

Abstract

Alee Tunjang sebagai salah satu kesenian tradisi masyarakat Aceh yang mengandung unsur musik di dalamnya. Seiring berkembangnya zaman, keberadaan Alee Tunjang saat ini sangat jarang ditemukan. Pertunjukan kesenian ini hanya ditemukan pada beberapa wilayah di Kabupaten Aceh Utara. Alee Tunjang dimainkan dengan teknik memukulkan Alu ke dalam lesung, sehingga memunculkan warna suara yang khas. Alee Tunjang biasanya ditampilkan secara berkelompok dengan seorang syeh yang berperan sebagai vokal yang menyanyikan syair dengan menggunakan Bahasa Aceh. Dalam proses pelestarian Alee Tunjang perlu adanya dukungan dari pemerintah dan masyarakat sekitar. Selain pengenalan pada cara bermain, perlu adanya upaya memproduksi instrumen musik kesenian Alee Tunjang. Dalam proses produksi, Alee Tunjang tidak lepas dari pengetahuan terkait deskripsi alat musik yang dipakai yang disebut sebagai organologi musik. Oleh sebab itu penulis membuat artikel ini guna menjelaskan struktur organologi musik dari Alee Tunjang agar mempermudah seniman dan masyarakat dalam upaya pengenalan terhadap instrumen musik tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilakukan dengan cara berinteraksi langsung dengan pelaku kesenian dalam proses pengumpulan data terhadap objek. Hasil penelitian ini terkait dengan deskripsi instrumen musik yang dipakai pada kesenian Alee Tunjang serta teknik permainan pada kesenian Alee Tunjang dalam menghasilkan bunyi. Alee Tunjang is one of the traditional arts of the Acehnese people that contains musical elements in it. Along with the development of the times, the existence of Alee Tunjang is currently very rare. This art performance is only found in several areas in North Aceh Regency. Alee Tunjang is played by beating the pestle into the mortar, giving rise to a distinctive sound color. Alee Tunjang is usually performed in groups with a syeh acting as a vocalist who sings verses in Acehnese. The preservation of Alee Tunjang requires support from the government and the local community. In addition to introducing how to play, there needs to be an effort to produce Alee Tunjang musical instruments. In the production process, Alee Tunjang cannot be separated from knowledge related to the description of the musical instruments used, which is called music organology. Therefore, the author created this article to explain the structure of Alee Tunjang's music organology in order to make it easier for artists and the public to recognize the instrument. This research was conducted using a descriptive method with a qualitative approach. The approach in this research is a qualitative approach. This approach was chosen based on the research conducted by the researcher by interacting directly with the performers in the process of collecting data on the object. The results of this research are related to the description of the musical instruments used in the Alee Tunjang art and the playing techniques in the Alee Tunjang art in producing sound.
DIDONG SEBAGAI INTI VOKAL GAYO: STUDI LAPANGAN VOKAL ACEH BERSAMA PENYANYI GAYO WIRATMADINATA DAN PETERIANA KOBAT Erlinda; Tria Ocktarizka; Berlian Denada
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 7 No. 1 (2024): JUNI 2024
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v7i1.16549

Abstract

Seni vokal tradisional Gayo, khususnya didong, merupakan komponen penting dari warisan budaya dan identitas etnis Aceh Tengah. Dalam konteks ini, pemutaran lagu-lagu etnik di Perpustakaan Aceh sangat penting untuk memperoleh pengetahuan komprehensif tentang makna didong dalam warisan vokal Gayo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan menganalisis komponen utama didong, basis vokal tradisi Gayo, untuk lebih memahami pengaruhnya terhadap tradisi dan identitas etnis di wilayah tersebut. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan pengumpulan data melalui observasi langsung, wawancara, dan analisis teks. Kolaborasi dengan seniman ternama Gayo Wiratmadinata dan Peteriana Kobat memperkaya teknik studi lapangan dan menyampaikan pandangan langsung dari para praktisi seni. Hasil penelitian ini adalah menambah pemahaman kita mengenai seni vokal tradisional Gayo, khususnya didong, dan juga menyoroti sejarah budaya daerah tersebut yang luas. Temuan penelitian ini dapat digunakan untuk mengarahkan tindakan melestarikan dan mendorong seni vokal tradisional Gayo agar relevan dan dapat diterima di zaman modern. Traditional Gayo vocal arts, particularly didong, are significant components of Central Aceh's cultural legacy and ethnic identity. In this context, field screenings of ethnic songs in the Aceh Library are critical for gaining a comprehensive knowledge of the core significance of Didong in the Gayo vocal legacy. The purpose of this research is to investigate and analyze the primary components of didong, the vocal basis of Gayo tradition, in order to better understand the effect they have on tradition and ethnic identity in the region. This research method employs a qualitative approach, with data collected through direct observation, interviews, and text analysis. Collaboration with well-known artists Gayo Wiratmadinata and Peteriana Kobat enriches the field study technique and delivers firsthand viewpoints from artistic practitioners. As a result, this study adds significantly to our understanding of traditional Gayo vocal arts, particularly Didong, while also highlighting the region's extensive cultural past. The findings of this study can be used to direct actions to preserve and encourage Gayo traditional vocal arts so that they are relevant and acceptable in modern times.
Sinergi Paramassa: Implementation of the Social Values of the Meugang Tradition into Digital Music Composition Rico Gusmanto; Berlian Denada
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 7, No 2 (2023): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, DECEMBER 2023
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gondang.v7i2.50328

Abstract

The Meugang tradition as Acehnese local wisdom is an activity that has a togetherness. This togetherness is a social value that creates a harmonious society in the midst of the globalization era. This is something interesting to implement in the form of music compositions. The aim of this research is to create a music that implement social values in the Meugang tradition through the use of a Digital Audio Workstation. The method used is an artistic research method which consists of 1) the formulation of ideas; 2) determine the work; 3) express ideas; 4) and performances. The result of this research is music entitled "Sinergi Paramassa". This music consists of two parts that represent Meugang activities and values asah, asih, and asuh. It is hoped that this research can be an answer to the challenges of music development in the digital era in terms of the novelty of the music content sourced from local Indonesian wisdom.
EKSISTENSI RATEB MENSA DI DESA KUTA TEUNGOH KECAMATAN BEUTONG ATEUH BANGGALANG KABUPATEN NAGAN RAYA Mukhlishiin, Badrul; Wirandi, Rika; Denada, Berlian
Jurnal Musik Nusantara Vol 4, No 2 (2024): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v4i2.4449

Abstract

Rateb Mensa merupakan tradisi yang dilaksanakan setiap tahun pada Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten Nagan Raya. Penyajian Rateb Mensa disajikan dalam bentuk zikir tubuh yakni membaca zikir sambil menggerakkan badan. Rateb Mensa dilaksanakan pada malam ke empat Idul Fitri selama tiga sampai empat malam berturut-turut. Penyajian Rateb Mensa dimulai dengan membaca do’a kemudian dilanjutkan membaca Takbir lebaran, zikir, laweut, ditutup dengan do’a dan makan kenduri bersama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahi bagaimana eksistensi Rateb Mensa di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang Desa Kuta Teungoh, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan fenomenologi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori eksistensi menurut Abidin dan teori fungsionalisme kebudayaan menurut Malinowski untuk mendukung teori eksistensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi Rateb Mensa sebagai kesenian Islami dan objek kebudayaan yang ada pada Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten Nagan Raya.