Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

STRUKTUR POPULASI DAN TINGKAT KELAHIRAN SAPI BALI DI KAMPUNG WADIO DISTRIK NABIRE BARAT Wakei, Kris; Putra, Trijaya Gane; Dogomo, Emanuel
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol. 9 No. 2 (2024): Jurnal FAPERTANAK Jurnal Pertanian dan Peternakan
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sapi Bali merupakan salah satu sumber daya genetik ternak lokal unggul. Keunggulannya antara lain ditunjukkan dengan pertumbuhan yang cepat, kemampuan adaptasinya dengan lingkungan yang baik dan penampilan reproduksi yang baik. Selain itu sapi Bali memiliki persentase karkas tinggi dibanding jenis sapi lain, yaitu sekitar 56,9% (Fikar dan Ruhyadi, 2010). Keunggulan tersebut menjadi alasan pemerintah untuk menyebarluaskan sapi Bali ke berbagai wilayah di Indonesia termasuk di Nabire Provinsi Papua Tengah. Pada umumnya peternakan sapi di Nabire merupakan usaha peternakan rakyat, sebagai usaha sambilan dengan kepemilikan 2 - 3 ekor sapi per petani, dan bertujuan menghasilkan bibit atau pedet. Untuk menghasilkan bibit mensyaratkan bahwa sapi, baik sapi jantan dan betina harus memiliki kemampuan untuk melakukan perkembang biakan. Berkembang biak bukan saja sekedar untuk mempertahankan eksistensi di bumi dari kepunahan tetapi bahkan perlu ditingkatkan kelahirannya, karena ternak atau hasil ternak merupakan sumber pangan yang penting untuk asupan gizi manusia. Untuk mendukung perkembang biakan, rasio yang ideal sapi pejantan (pemacek) dan induk sapi betina adalah 1 dibanding 8 atau 10, artinya 1 ekor sapi pejantan pemacek hanya dapat melayani 8 - 10 ekor induk sapi betina, dengan frekwensi memacek (mengawini) 2 kali dalam seminggu (Deptan, 2008). Rasio jumlah jantan dan betina meliputi semua kelompok umur sapi (dewasa, muda dan pedet) dalam suatu wilayah/ kawasan peternakan diistilahkan dengan struktur populasi. Dengan data struktur populasi dapat digunakkan untuk memperkirakan sejauh mana tingkat kelahiran ternak dalam suatu wilayah, yang pada gilirannya juga dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan arah kebijakan program pemerintah dalam upaya peningkatan kelahiran untuk peningkatan populasi dalam wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data struktur populasi dan tingkat kelahiran sapi Bali di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur populasi sapi Bali didominasi oleh sapi betina dengan rasio jantan terhadap betina sebesar 1:2,4 pada kategori dewasa, 1 : 1,7 pada kategori muda dan 1 : 1,5 pada kategori pedet. Tingkat kelahiran pedet terhadap jumlah induk mencapai 92,15%, sedangkan tingkat kelahiran terhadap total populasi sebesar 26,40%. Hasil ini menunjukkan bahwa perlu adanya optimalisasi manajemen pemeliharaan guna meningkatkan efisiensi produksi sapi Bali di wilayah tersebut.
Telur Asin Sebagai Bahan Pangan Praktis, Enak, Bergizi, Dan Strategis Dalam Pencegahan Stunting Bagi Masyarakat Perdesaan Di Kampung Sanoba Putra, Trijaya Gane; Tumbal, Estepanus L. S; Simanjuntak, Mery C.
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 6 No. 2 (2025): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Edisi April - Juni
Publisher : Lembaga Dongan Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v6i2.6218

Abstract

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan untuk memberikan solusi terhadap masalah stunting yang masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat di Kampung Sanoba. Salah satu penyebab utama stunting adalah kurangnya asupan gizi yang memadai, terutama di wilayah perdesaan yang aksesnya terbatas terhadap sumber pangan bergizi. Dalam kegiatan ini, dilakukan pelatihan pembuatan telur asin sebagai alternatif pangan bergizi, praktis, dan ekonomis yang dapat diproduksi secara mandiri oleh masyarakat. Metode yang digunakan mencakup pendekatan partisipatif melalui pelatihan langsung, pendampingan, dan evaluasi terhadap keterampilan peserta. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa masyarakat mampu memahami proses produksi telur asin, serta mulai menginisiasi pemanfaatannya sebagai sumber gizi keluarga maupun potensi usaha kecil. Keberhasilan ini ditunjukkan oleh peningkatan pengetahuan gizi dan keterampilan praktis masyarakat. Kegiatan ini juga menyoroti pentingnya pemanfaatan potensi lokal untuk mendukung ketahanan pangan dan pencegahan stunting. Hasil pengabdian ini memiliki potensi untuk direplikasi di wilayah perdesaan lainnya dengan kondisi serupa. Temuan ini menjadi langkah strategis dalam mendukung program pemerintah dalam penanggulangan stunting berbasis pemberdayaan masyarakat.
Pengaruh Penambahan Tepung Daun Beluntas (Pluchea Indica Less) Dalam Pakan Terhadap Bobot Organ Dalam Ayam Broiler Putra, Trijaya Gane; Simanjuntak, Mery Christina; Dharsono , Wardhana Wahyu
Jurnal Sains Peternakan Vol 13 No 1 (2025): Jurnal Sains Peternakan Vol.13 No.1
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21067/jsp.v13i1.11249

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan tepung daun beluntas (Pluchea indica Less) dalam pakan terhadap bobot organ dalam ayam broiler. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan terdiri dari P0 (kontrol), P1 (penambahan tepung daun beluntas 1%), P2 (2%), dan P3 (3%). Parameter yang diamati meliputi bobot hati, usus, ampela, dan jantung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot usus, namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot hati, ampela, dan jantung ayam broiler. Penambahan tepung daun beluntas sampai level 3% dapat digunakan dalam pakan tanpa mengganggu fungsi fisiologis organ dalam ayam broiler.
PERBEDAAN DIMENSI TUBUH SAPI BALI DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN DIKANDANGKAN DAN DENGAN SISTEM PINDAH IKAT DI LAPANG Putra, Trijaya Gane; Simanjuntak , Mery Christina; Robinson, Paskalis
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol. 10 No. 1 (2025): Jurnal FAPERTANAK Jurnal Pertanian dan Peternakan
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengkaji perbedaan dimensi tubuh sapi Bali muda umur 1-2 tahun pada dua sistem pemeliharaan yang berbeda, yaitu dikandangkan dan pindah ikat di lapang (SPL). Metode penelitian menggunakan survei kuantitatif dengan purposive sampling pada 60 ekor sapi (30 ekor jantan, 30 ekor betina) di Kampung Wiraska, Distrik Yaro, Kabupaten Nabire. Parameter dimensi tubuh yang diukur meliputi tinggi pundak (TP), panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD). Pengukuran parameter merujuk SNI 7651-4, 2023. Data hasil pengukuran dianalisis dengan uji-t menggunakan Excel. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang significan (P>0,05) pada seluruh parameter dimensi tuubuh, baik pada sapi jantan maupun sapi betina pada kedua sistem pemeliharaan tersebut. Rerata TP, PB dan LD sapi jantan sistem pemeliharaan dikandangkan vs. SPL masing-masing adalah 99,33±3,64 vs. 99,00 ±3,55 cm; 93,40±4,08 vs. 94,20±4,06 cm dan 119,00±4,00 vs.118,93±4,08 cm. Pada sapi betina 95,73± 4,10 vs. 96,33 ± 3,24 cm; 86,47±5,04 vs. 86,67±3,77 cm dan 118,53±4,05 vs. 116,00±3,15 cm. Hasil penelitian disimpulkan bahwa 1). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan ukuran parameter dimensi tubuh (TP, PB dan LD) pada sapi Bali Muda umur 1-2 tahun baik jantan maupun betina yang dipelihara dengan sistem dikandangkan dengan sistem pindah ikat di lapang. 2). Ukuran dimensi tubuh (TP, PB dan LD) seluruh sapi baik jantan maupun betina lebih besar dari sapi Bali umur 1-1,5 tahun dan lebih kecil dari sapi umur 1,5-2 tahun pada kategori kualitas bibit klas III menurut SNI 7651-4 tahun 2023
PROFIL USAHA PETERNAKAN AYAM PEDAGING DI KAMPUNG KALISEMEN DISRIK NABIRE BARAT Putra, Trijaya Gane; Dogomo, Emanuel
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol. 8 No. 2 (2023): Jurnal FAPERTANAK Jurnal Pertanian dan Peternakan
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Industri unggas khususnya ayam pedaging (broiler) di Indonesia memiliki peranan penting dan strategis sebagai penyedia pangan hewani sekaligus sebagai sumber protein hewani bagi Masyarakat. Populasi ayam pedaging di Papua pada tahun 2021 tercatat 5.280.003 ekor. Populasi tersebut menyebar terutama pada daerah-daerah pesisir yang sudah terjangkau dan tersedia fasilitas listrik serta didukung oleh sarana transportasi yang lancar. Populasi ayam pedaging di Kabupaten Nabire pada tahun 2020 tercatat 630.763 ekor. Namun demikian data detail pengelolaan peternakan ayam pedaging tersebut belum tersedia. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mendeskripsikan karakteristik peternakan ayam pedaging sebagai pertimbangan pengembangan usaha. Penelitian ini dilakukan di Kalisemen, Distrik Nabire Barat. Penelitian dilakukan dengan metode sensus terhadap seluruh peternak di Kampung Kalisemen. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pemeliharaan ayam dalam farm dilakukan dengan sistem all in all out, teknologi yang digunakan dalam pemeliharaan tergolong teknologi sederhana dengan skala usaha yang kecil dan tergolong peternakan rakyat. Jenis/ strain ayam yang dipelihara 80,00 % strain CP 707 produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia dan 20,00 % strain Malindo produksi PT. Malindo Feedmill Tbk. Sistem ventilasi perkandangan 100% sistem terbuka. Diketahui 100 % peternak tidak melakukan recording. Penanganan kesehatan ayam, meliputi pencegahan penyakit seperti sanitasi, vaksinasi dan pemberian vitamin, pengobatan serta karantina. 100% peternak memanen ayam pada umur 30-35 hari, dan tingkat kematian ayam rata-rata tinggi yaitu 15,5 %.
MANAJEMEN REPRODUKSI INDUK SAPI BALI DI KAMPUNG BUMI MULIA DISTRIK WANGGAR KABUPATEN NABIRE Dumupa, Encela; Dogomo, Emanuel; Putra, Trijaya Gane
Jurnal FAPERTANAK : Jurnal Pertanian dan Peternakan Vol. 9 No. 1 (2024): Jurnal FAPERTANAK Jurnal Pertanian dan Peternakan
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Usaha peternakan yang banyak dilakukan oleh masyarakat pedesaan adalah beternak sapi potong, yang berbentuk usaha peternakan rakyat. Populasi sapi di Indonesia sebagian besar dikuasai oleh masyarakat/ petani dalam skala usaha peternakan rakyat. pada tahun 2013 sebanyak 12,3 juta ekor (97,8 %) ternak sapi berada di 5,1 juta petani dan sisanya 2,2 % berada di perusahaan berbadan hukum, pedagang dan kelompok lainnya (Ismono et al., 2015), sehingga kepemilikan sapi potong di tingkat petani rata - rata berkisar 2,412 ekor per petani. Sebagaimana halnya kondisi peternakan sapi nasional, kondisi peternakan sapi di Nabire juga merupakan usaha peternakan rakyat dengan skala kepemilikan antara 2-3 ekor, dan diusahakan secara sambilan. Kondisi peternakan demikian ditengerai sebagai penyebab lambatnya pertumbuhan populasi yang berimbas tidak tercapainya kebutuhan daging nasional. Terdapat tiga faktor utama yang harus diperhatikan untuk mendukung keberhasilan pengembangannya yaitu feeding (pakan), breeding (perkembang biakan) dan manajemen. Pada usaha peternakan rakyat, faktor perkembang-biakan (reproduksi) sering kali menjadi penghambat pengembangan budidaya ternak sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen reproduksi induk sapi Bali yang dilakukan petani-peternak di Kampung Bumi Mulia Distrik Wanggar Kabupaten Nabire. Metode penelitian dilakukan secara observasi dan wawancara langsung terhadap sampel terpilih yang ditetapkan secara simple random sampling. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). Penanganan perkawinan calon induk/ induk sudah baik mmendekati anjuran pedoman teknis dimana seluruh peternak (100%) memahami tanda-tanda birahi sapi, 78,18 % melakukan perkawinan pertama calon induk sapi umur 2-2,5 tahun (setelah dewasa tubuh) dan 76,36 % peternak mengawinkan sapi birahinya pada waktu akhir birahi, seluruh peternak juga memahami tanda-tanda/ diagnosa kebuntingan sapi. 2). Penanganan terhadap sapi bunting, hanya 20 % peternak memberikan pakan tambahan (pakan penguat), seluruh (100 %) peternak telah melakukan pengamanan/ pemisahan sapi bunting dari sapi lain. 3). Penanganan sapi beranak dan laktasi, seluruh (100 %) peternak memahami tanda-tanda sapi akan beranak dan membantu proses kelahiran, hanya 20 % peternak memberikan pakan tambahan (pakan penguat) pada sapi laktasi, dan seluruh (100 %) peternak melakukan pengamanan/ pemisahan induk laktasi dari sapi lain (selama 2 bulan sejak beranak). 4). Perkawinan setelah beranak, 72,72 % peternak mengawinkan pada birahi ketiga setelah beranak, 12,73 % peternak mengawinkan pada birahi kedua dan 14,54 peternak mengawinkan setelah birahi ketiga. 5). Umur pemeliharaan induk, 80 % peternak memelihara/ mempertahankan induk sapi sampai umur lebih dari 7 tahun dan 20 % mempertahankan induk sampai umur 7 tahun.