Pendidikan inklusif menjadi salah satu tantangan besar dalam sistem pendidikan Indonesia, khususnya di daerah terpencil seperti Kecamatan Luwuk. Meskipun kebijakan inklusi telah diterapkan, banyak sekolah yang masih menghadapi kendala dalam mengimplementasikannya secara efektif. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji model pengelolaan pendidikan inklusif di sekolah umum di Kecamatan Luwuk, serta mengidentifikasi tantangan dan solusi yang diterapkan dalam penerapannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus, di mana data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru, dan orang tua, serta observasi di lapangan. Analisis tematik dilakukan untuk mengidentifikasi pola dan tema dalam data yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun ada kebijakan yang mendukung, penerapan pendidikan inklusif di Kecamatan Luwuk masih terbatas oleh kurangnya pelatihan guru, fasilitas yang tidak memadai, dan budaya sekolah yang belum sepenuhnya inklusif. Namun, beberapa sekolah berhasil mengembangkan model pengajaran kolaboratif antara guru umum dan guru pendamping, serta mengintegrasikan kurikulum yang lebih fleksibel untuk mendukung keberagaman kebutuhan siswa. Temuan ini menunjukkan pentingnya pelatihan berkelanjutan bagi guru dan penyediaan fasilitas yang ramah disabilitas untuk meningkatkan efektivitas pendidikan inklusif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa meskipun tantangan besar masih ada, model-model pendidikan inklusif yang efektif dapat dikembangkan dengan dukungan yang memadai. Untuk itu, disarankan agar kebijakan dan pelaksanaan pendidikan inklusif lebih difokuskan pada peningkatan kapasitas guru dan penyediaan fasilitas yang lebih baik. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggali lebih dalam faktor-faktor lain yang memengaruhi keberhasilan pendidikan inklusif, serta menerapkan pendekatan yang lebih luas di berbagai daerah.