Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search
Journal : Prologia

Interaksi Simbolik dalam Perencanaan Komunikasi Pemasaran BEAR-SAMA CAFE pada Media Sosial Instagram Zakiya, Ryza Nur; Pribadi, Muhammad Adi
Prologia Vol. 9 No. 1 (2025): Prologia
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/pr.v9i1.27674

Abstract

Business in the Food and Beverage industry in Indonesia is one sector that continues to experience significant growth every year. Therefore, business people must think more critically, more creatively and also more innovatively. One of them is BEAR-SAMA, a cafe business in one of the cities of West Jakarta. BEAR-SAMA is also a cafe that is currently developing, so researchers are interested in knowing the marketing communications planning that is carried out to create a brand image on Instagram social media. This research uses a qualitative approach with a case study method. Key informant research subjects were BEAR-SAMA owners and BEAR-SAMA consumers. Data collection was carried out by observation, interviews and documentation. Data processing was carried out according to Miles and Huberman by data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Data validity uses checking data obtained by researchers from data providers to make it more credible and trustworthy. The theory used is symbolic interaction and marketing communications planning. The results of this research show that symbolic interactions consisting of mind, self and society have aspects in BEAR-SAMA marketing communications planning which include business objectives, strategies, tactics, implementation, monitoring and evaluation with the aim of creating a brand image. In addition, planning in BEAR-SAMA marketing utilizes innovative ideas owned by the entire team and owner to achieve business goals. Bisnis di bidang industri Food and Baverage di Indonesia merupakan salah satu sektor yang terus mengalami kelonjakan secara signifikan setiap tahunnya. Oleh karena itu, para pelaku bisnis harus berpikir lebih kritis, lebih kreatif dan juga lebih inovatif. Salah satunya BEAR-SAMA merupakan bisnis kafe yang ada di salah satu kota Jakarta Barat, BEAR-SAMA juga merupakan kafe yang sedang berkembang sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui perencanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan untuk menciptakan brand image pada media sosial Instagram. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subyek penelitian informan key pemilik BEAR-SAMA dan konsumen BEAR-SAMA. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan menurut Miles dan Huberman dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data untuk membuatnya lebih kredibel dan dipercaya. Teori yang dipakai adalah interkasi simbolik dan perencanaan komunikasi pemasaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi simbolik yang terdiri dari mind, self dan society mempunyai aspek-aspek dalam perencanaan komunikasi pemasaran BEAR-SAMA yang terdapat tujuan bisnis, strategi, taktis, implementasi, monitoring, hingga evaluasi dengan tujuan menciptakan brand image. Selain itu, perencanaan dalam pemasaran BEAR-SAMA memanfaatkan ide-ide inovatif yang dimiliki oleh seluruh tim dan pemilik guna mencapai tujuan bisnis.
Motif Gen Z Mengonsumsi Konten Makeup Beauty Influencer di Media Sosial: Pendekatan Teori Kegunaan dan Gratifikasi Angeline, Daniella; Pribadi, Muhammad Adi
Prologia Vol. 9 No. 1 (2025): Prologia
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/pr.v9i1.33396

Abstract

This study aims to analyze Gen Z's motives in consuming makeup content from beauty influencer Tasya Farasya on TikTok using the Uses and Gratifications Theory approach. This motive is based on five needs satisfied by media, as stated by Katz, Gurevitch, and Haas, which are analyzed in the Uses and Gratifications Theory. The five needs include cognitive needs, affective needs, personal integration needs, social integration needs, and stress relief needs. This study will be conducted using a qualitative approach using the phenomenological method, as well as in-depth interviews with Gen Z as the main data collection technique. The results of the study indicate that the main motive for Gen Z to consume Tasya Farasya's makeup content on TikTok is driven by cognitive needs, while affective needs, personal integration needs, social integration needs, and stress relief needs are not the main motives for Gen Z in consuming Tasya Farasya's makeup content on TikTok. This study provides insight into how TikTok content, especially from beauty influencer Tasya Farasya, fulfills Gen Z's media needs motives in the context of makeup content consumption. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis motif Gen Z dalam mengonsumsi konten makeup dari beauty influencer Tasya Farasya di TikTok dengan pendekatan Teori Kegunaan dan Gratifikasi. Motif ini didasarkan pada lima kebutuhan yang dipuaskan oleh media, sebagaimana dikemukakan oleh Katz, Gurevitch, dan Haas, yang dianalisis dalam Teori Kegunaan dan Gratifikasi. Lima kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan kognitif, kebutuhan afektif, kebutuhan integrasi pribadi, kebutuhan integrasi sosial, serta kebutuhan pelepasan ketegangan. Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan kualitatif menggunakan metode fenomenologi, serta wawancara mendalam dengan Gen Z sebagai teknik utama pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif utama Gen Z konsumsi konten makeup Tasya Farasya di TikTok didorong oleh kebutuhan kognitif, sedangkan kebutuhan afektif, kebutuhan integrasi pribadi, kebutuhan integrasi sosial dan kebutuhan pelepasan ketegangan tidak menjadi motif utama bagi Gen Z dalam mengonsumsi konten makeup Tasya Farasya di TikTok. Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana konten TikTok, khususnya dari beauty influencer Tasya Farasya, memenuhi motif kebutuhan media Gen Z dalam konteks konsumsi konten makeup.
Peran Interaksi Simbolik dalam Penjualan Produk melalui Live Streaming TikTok (Studi pada Host Gen Z) Lukmanto, Silvia; Pribadi, Muhammad Adi
Prologia Vol. 9 No. 2 (2025): Prologia
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/pr.v9i2.33206

Abstract

This study was conducted so that many people better understand how a Gen Z host can be more engaged with customers while meeting sales targets when live streaming. Live Streaming is the right medium for selling because nowadays platforms like TikTok are very popular. Therefore, many business people sell on TikTok. Gen Z itself basically has a unique communication language such as the use of slang, funny humor, and spontaneous interactions that actually make the audience interested. This study uses a qualitative method where later the data will be obtained through in-depth interviews with 2 live streaming hosts. By interviewing live TikTok or Shopee hosts directly, information about Gen Z's communication style and personality style can be studied more deeply. The results of the study show that the characteristics of Gen Z who use slang and personal interactions are able to build closer relationships with the audience accompanied by increased engagement. Penelitian ini dilakukan agar banyak orang lebih paham bagaimana seorang host Gen Z bisa lebih engage dengan customer sekaligus memenuhi target penjualan ketika live streaming. Live Streaming merupakan sarana yang tepat untuk berjualan karena di masa kini platform seperti Tiktok sangatlah populer. Maka dari itu, banyak pelaku bisnis yang berjualan di Tiktok. Gen Z sendiri pada dasarnya memiliki bahasa komunikasi yang unik seperti penggunaan bahasa gaul, humor-humor lucu, dan interaksi spontan yang justru membuat audiens tertarik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana nanti data akan diperoleh melalui wawancara mendalam dengan dua host live streaming. Dengan mewawancarai host live tiktok ataupun Shopee secara langsung, maka informasi mengenai gaya komunikasi dan gaya kepribadian Gen Z akan menjadi lebih bisa diteliti lebih dalam lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik Gen Z yang menggunakan bahasa gaul dan interaksi personal mampu membangun relasi yang lebih dekat dengan audiens disertai juga oleh peningkatan engagement.
Analisis Perencanaan Komunikasi Pemasaran Online Shop X melalui Media Sosial Instagram Melse, Melse; Pribadi, Muhammad Adi
Prologia Vol. 9 No. 2 (2025): Prologia
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/pr.v9i2.33415

Abstract

Marketing communications has an important role, one of which is as a liaison between companies and its customers in conveying messages and influencing buyers in offering their products. In carrying out marketing activities, of course marketing communications planning is needed to produce maximum results. One form of marketing communication, namely integrated marketing communication, is often used by business actors to develop their business through social media such as Instagram. This research is descriptive qualitative with a case study method. Qualitative research is a more in-depth research method which tends to use analysis and is descriptive in content. The depth and detail of this qualitative method comes from several case studies that are studied in answering a problem. The results of this research show that based on the 6 stages of marketing communications planning, Shyloclothing only succeeded in implementing 5 stages: review the marketing plan, determining the target audience, determining the best position, developing a communication strategy, set a media. Only 1 stage has not been implemented by Shyloclothing is understanding the audience in making decisions. This is because Shyloclothing has never collected information regarding detailed customer information data. Komunikasi pemasaran mempunyai peran yang penting, salah satunya sebagai penghubung  antara perusahaan dan pelanggannya dalam kegiatan menyampaikan pesan serta mempengaruhi pembeli dalam menawarkan produknya. Dalam menjalankan kegiatan pemasaran, tentunya diperlukan perencanaan komunikasi pemasaran agar dapat membuahkan hasil yang maksimal. Salah satu bentuk komunikasi pemasaran yaitu komunikasi pemasaran terpadu sering digunakan oleh para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya melalui media sosial seperti Instagram. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang lebih mendalam yang cenderung menggunakan analisis dan isinya bersifat deskriptif. Penjelasan metode kualitatif ini berasal dari beberapa studi kasus yang dikaji dalam menjawab suatu permasalahan yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan 6 tahapan perencanaan komunikasi pemasaran, Shyloclothing hanya berhasil melaksanakan 5 tahapan yaitu meninjau rencana pemasaran, menentukan target audiens, menentukan posisi terbaik, mengembangkan strategi komunikasi, menetapkan strategi media. Hanya 1 tahap yang belum dilaksanakan oleh Shyloclothing yaitu memahami audiens dalam mengambil keputusan. Hal ini dikarenakan Shyloclothing tidak pernah mengumpulkan informasi mengenai data informasi pelanggan secara terperinci.
Interaksi Simbolik pada Pemasaran Pemengaruh dalam Membangun Persepsi dan Keputusan Pembelian Produk Perawatan Kulit X Anggraini, Yofani; Pribadi, Muhammad Adi
Prologia Vol. 9 No. 2 (2025): Prologia
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/pr.v9i2.33502

Abstract

This study examines the influence of influencer marketing based on symbolic interactionism on consumer perceptions and purchase decisions regarding the local skincare product, brand X. The research was conducted using a qualitative approach through in-depth interviews with five informants who are X consumers. The findings reveal that symbols conveyed by influencers, such as personal narratives, product demonstrations, and transparency of product ingredients, play a significant role in building consumer trust. These symbols help strengthen positive consumer perceptions of the product and influence their purchase decisions. Furthermore, transparency regarding the quality and benefits of the product shared by influencers provides greater confidence for consumers in selecting products that meet their needs. This study offers insights into the importance of symbolic interactionism in digital marketing and how influencer marketing can utilize these symbols to shape perceptions and drive purchase decisions. The findings also contribute to the development of more effective marketing strategies in the beauty industry, especially in the local skincare market.   Penelitian ini membahas apa interaksi simbolik yang dilakukan pemengaruh (influencer) pada pemasaran pemengaruh (influencer marketing) dalam membangun persepsi dan keputusan pembelian konsumen produk perawatan kulit (skincare) lokal, merek X. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dengan lima informan yang merupakan konsumen X. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol-simbol yang disampaikan oleh pemengaruh, seperti narasi pribadi, demonstrasi penggunaan produk, dan transparansi kandungan produk, berperan penting dalam membangun kepercayaan konsumen. Simbol-simbol ini dapat memperkuat persepsi positif konsumen terhadap produk, serta mempengaruhi keputusan mereka untuk membeli produk tersebut. Selain itu, transparansi mengenai kualitas dan manfaat produk yang ditampilkan pemengaruh memberikan keyakinan lebih bagi konsumen dalam memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Penelitian ini memberikan wawasan tentang interaksi simbolik yang terdapat dalam pemasaran digital dan bagaimana pemasaran pemengaruh dapat memanfaatkan simbol-simbol tersebut untuk membentuk persepsi serta mendorong keputusan pembelian. Hasil penelitian ini juga memberikan kontribusi bagi pengembangan strategi pemasaran yang lebih optimal dalam industri kecantikan, khususnya di pasar perawatan kulit lokal.