Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

OPTIMALISASI POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR DI DESA LOA KUMBAR, KECAMATAN SUNGAI KUNJANG, KOTA SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR Paramita, Swandari; Ismail, Sjarif; Nuryanto, M. Khairul; Putro, Trijono Patono
Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : LPPM UBT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2888.991 KB) | DOI: 10.35334/jpmb.v3i1.792

Abstract

Masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini adalah makin meningkatnya kasus PTM atau Penyakit Tidak Menular. PTM merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. PTM juga merupakan masalah utama di Samarinda, ibukota propinsi Kalimantan Timur. Walaupun berstatus ibukota propinsi, namun masih ada daerah yang terisolir selama puluhan tahun di Samarinda, yaitu Desa Loa Kumbar di Kecamatan Sungai Kunjang. Warga yang ingin menjangkau daerah lainnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, harus menggunakan jalur sungai. Salah satu strategi dalam meningkatkan pembangunan kesehatan adalah pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat. Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Hasil program yang telah dilakukan adalah mitra dalam hal ini pihak Puskesmas telah memulai pembentukan Posbindu PTM melalui sosialisasi program, serta melakukan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kota Samarinda terkait kegiatan Posbindu PTM. Luaran pengabdian masyarakat yang telah tercapai adalah telah mulai dilakukan penerapan iptek kepada masyarakat, terutama penggunaan alat kesehatan untuk skrining faktor risiko penyakit tidak menular, khususnya tekanan darah tinggi dan kencing manis.
HUBUNGAN JENIS KELAMIN, INDEKS MASSA TUBUH DAN PERAWATAN WAJAH DENGAN DERAJAT KEPARAHAN ACNE VULGARIS Gomarjoyo, Fanny; Kartini, Agnes; Nuryanto, M. Khairul
Jurnal Kebidanan Mutiara Mahakam Vol 7 No 1 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mutiara Mahakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.657 KB) | DOI: 10.36998/jkmm.v7i1.39

Abstract

Acne vulgaris is one of problem skin disease for adolescents and young adults. Acne vulgaris(AV) is a chronic inflammation of pilosebasea follicles with multifactorial causes and has clinicalmanifestations such as blackheads papules, pustules, nodules and cysts. Risk factor of acne vulgaris isobesity. Obesity usually happens along with peripheral hyperandrogen and can increase sebumproduction. Facial care consists of cleaning, moisturizer and sun protector and analyzed relation withseverity of acne vulgaris. The purpose of this study was to determine the relationship of gender, bodymass index and facial care to severity of acne vulgaris. This study was an observational analytic withcross sectional method and the sampling was chosen by purposive sampling. The minimum sample sizewas 59 subjects. Data from this study were obtained from measurement of body mass index anddiagnostic photos in acne prone subjects. The result of statistical tests showed that there was relationshipbetween sex with the severity of acne vulgaris with (p = 0.014) and severity of acne vulgaris having anopportunity 6 times greater in males than females. Body mass index and facial care have no relation tothe severity of acne vulgaris.
Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut kepada Penyandang Down's Syndrome dan Keluarganya di Samarinda Yani, Sinar; Danial; Irsal, Imran; Arsih Sulistiani, Dewi; Nuryanto, M. Khairul
ABDIKESMAS MULAWARMAN : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.3 No.2 Oktober (2023) : ABDIKESMAS MULAWARMAN
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/abdikesmasmulawarman.v3i2.508

Abstract

Down’s Syndrome yang dikenal sebagai trisomi21, merupakan kelainan kromosom yang ditandai dengan peningkatan materi genetik dari kromosom 21. Secara umum penyandang Down’s Syndrome (DS) ditandai dengan gangguan perkembangan kognitif dan mototrik. Selain tanda tersebut, penyandang DS juga sangat rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan, termasuk masalah kesehatan gigi dan mulut. Bertolak dari berbagai keterbatasan yang terjadi pada penyandang DS, maka dalam kegiatan pengabdian ini penting untuk dilakukan intervensi untuk mencegah kondisi buruk yang bisa terjadi. Kegiatan pengabdian ini bertujuan memberikan  edukasi kesehatan gigi dan mulut pada penyandang DS dan diharapkan penyandang DS dan keluarganya dapat meningkatkan kesehatan gigi dan mulut mereka. Metode yang diterapkan dalam kegiatan pengabdian ini adalah pelatihan. Pelatihan dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan kesiapan keluarga anak penyandang DS dalam melakukan kebiasaan baik menjaga kesehatan gigi dan mulut. Penerapan kebiasaan baik ini dilakukan dengan mengintervensi penyandang Down’s Syndrome untuk melakukan sikat gigi malam selama 21 hari yang dipantau dan diharapkan akan menjadi kebiasaan oleh penyandang Down’s Syndrome dalam memelihara kesehatan giginya. Secara umum, program edukasi dinilai berhasil karena antusias peserta melakukan pembiasaan kebiasaan baik menyikat gigi  selama 21 hari. Dengan kegiatan ini diharapkan apa yang diberikan selama penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi dapat tertanam dengan kuat dan menjadi kebiasaan anak down’s syndrome dan keluarganya agar dapat memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.