Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Hubungan Tingkat Keamanan Lingkungan dengan Risiko Jatuh pada Lansia di Panti Wredha Sutrisni, Septiani Tri; Muladi, Amik
Indonesian Journal of Nursing Research (IJNR) Vol. 7 No. 1 (2024)
Publisher : Program Studi S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/ijnr.v7i1.3132

Abstract

Auditory hallucinations or auditory-hearing voices or sounds are the most common type of hallucination. Clients who experience hallucinations have sensory disturbances or distortions, but the client responds to them as the real thing. Hallucinations must be the focus of our attention because if hallucinations are not handled properly, they can pose a risk to the patient's safety, other people, and the surrounding environment. The general hallucinatory intervention given is SP 1 – SP 4. Another additional therapy given to clients with auditory hallucinations is a combination of rebuking and dhikr to reduce the level of hallucinations. Hallucinations with rebuke can be used to control auditory hallucinations. Whereas psycho-religious therapy (dhikr and prayer) is a psychiatric therapy at a higher level than ordinary psychotherapy, this is because by dhikr or praying there is a spiritual element that can awaken one's hope and self-confidence. After implementing it for 7 consecutive days with a time of 15-30 minutes in 2 patients with auditory hallucinations, it was found that there was a decrease in the level of hallucinations as measured using the AHRS scale. Therefore, giving rebuke and dhikr therapy is able to reduce symptoms and the level of hallucinations in patients. Abstrak Halusinasi pendengaran atau suara atau suara pendengaran adalah jenis halusinasi yang paling umum. Klien yang mengalami halusinasi mempunyai gangguan atau distorsi sensorik, namun klien menyikapinya sebagaimana adanya. Halusinasi harus menjadi fokus perhatian kita karena jika halusinasi tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan risiko bagi keselamatan pasien, orang lain, dan lingkungan sekitar. Intervensi halusinasi umum yang diberikan adalah SP 1 – SP 4. Terapi tambahan lain yang diberikan pada klien halusinasi pendengaran adalah kombinasi teguran dan dzikir untuk menurunkan tingkat halusinasi. Halusinasi dengan teguran dapat digunakan untuk mengendalikan halusinasi pendengaran. Sedangkan terapi psikoreligius (dzikir dan doa) merupakan terapi kejiwaan yang tingkatannya lebih tinggi dibandingkan psikoterapi biasa, hal ini dikarenakan dengan berdzikir atau berdoa terdapat unsur spiritual yang dapat membangkitkan harapan dan rasa percaya diri seseorang. Setelah dilaksanakan selama 7 hari berturut-turut dengan waktu 15-30 menit pada 2 pasien halusinasi pendengaran ditemukan adanya penurunan tingkat halusinasi yang diukur menggunakan skala AHRS. Oleh karena itu pemberian terapi teguran dan dzikir mampu menurunkan gejala dan tingkat halusinasi pada pasien.
PENGARUH BALANCE EXERCISE TERHADAP TINGKAT KESEIMBANGAN POSTURAL DALAM MENURUNKAN RESIKO JATUH PADA LANSIA Muladi, Amik; Gurinti Alartha, Aulauminar; Eka Resti, Fitriana
Intan Husada : Jurnal Ilmiah Keperawatan Vol. 10 No. 02 (2022): Vol. 10 No. 2, Juli 2022
Publisher : Politeknik Insan Husada Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52236/ih.v10i2.248

Abstract

Pendahuluan; Penuaan merupakan proses terjadinya degenarasi jaringan dimana fungsi tubuh mengalami penurunan sehingga menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan postural, yang dapat mengakibatkan peningkatan resiko jatuh pada lansia. Gangguan keseimbangan postural dapat dikendalikan dengan terapi non farmakologi yaitu dengan balance exercise. Tujuan; Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh balance exercise terhadap tingkat keseimbangan postural dalam menurunkan resiko jatuh pada lansia. Metode; Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimen dengan one group pretest-posttest, dengan 20 responden. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Variabel bebas adalah balance exercise, sementara variabel terikat adalah keseimbangan postural. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Desa Badran dan Desa Jungke. Analisa data menggunakan wilcoxon. Hasil; Terdapat pengaruh balance exercise terhadap peningkatan keseimbangan postural pada lansia. Hasil uji wilcoxon didapatkan p value = 0,001 (< α). Sebelum melakukan balance exercise terdapat 18 (90%) responden yang mengalami gangguan keseimbangan sedang, dan 2(10%) responden mengalami gangguan keseimbangan kurang. Setelah dilakukan balance exercise dari 20 responden terdapat 14 (70%) responden mengalami peningkatan keseimbangan dalam kriteria baik sedangkan 6 (30%) responden pada keseimbangan sedang. Kesimpulan; Terdapat peningkatan keseimbangan postural pada lansia setelah dilakukan balance exercise.
Pengaruh Edukasi Balut Bidai terhadap Tingkat Pengetahuan Karang Taruna dalam Memberikan Pertolongan Pertama pada Fraktur Muladi, Amik; Putro, Fajar Suryo
Malahayati Nursing Journal Vol 7, No 1 (2025): Volume 7 Nomor 1 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v7i1.16763

Abstract

ABSTRACT A splint is a tool to maintain the position of a broken bone. A splint is used as a temporary relief and treatment measure before a fractured bone victim receives full medical or paramedical treatment. This research aims to determine the effect of splint dressing health education on the level of knowledge of youth organizations in providing first aid for broken bones. This research design uses a pre-experimental design with a group pre-post-test design approach. This research population only consists of members of the RW 10 Youth Organization, Jungke Village, Karanganyar Regency. The sample for this study consisted of 36 members of youth organizations who had never attended splint dressing education. The sample was taken by purposive sampling.   The measurement tool uses a splint dressing knowledge questionnaire, with slides and videos, and data analysis using the Paired T-Test. The study showed that after receiving splint dressing education, of the 36 respondents with more or less knowledge, 1 (2.8%) was in the poor knowledge category, and more respondents were in the good knowledge category. The knowledge category is in the "good" category, namely 26 (72.2%). The Paired T-Test shows p-value = 0.000 (p<0.05), meaning that there is a significant difference between the level of knowledge of youth organizations before and after receiving splint dressing education, so there is an influence of splint dressing education on the knowledge level of youth organization members. The splint dressing education carried out to members of Karang Taruna at RW 1O using slides and videos helped increase their knowledge about first aid for fractures. Keywords: Education, Level of Knowledge, Splint Wrap  ABSTRAK Bidai adalah  alat untuk menjaga posisi tulang yang patah. Balut bidai digunakan sebagai tindakan pertolongan dan pengobatan sementara sebelum korban patah tulang menerima perawatan medis atau paramedis secara penuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan balut bidai akan tingkat pengetahuan karang taruna dalam pemberian pertolongan pertama pada patah tulang. Desain penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan pendekatan  grup pre-post test design. Populasi riset ini hanya terdiri dari anggota karang taruna RW 10 Kelurahan Jungke, Kabupaten Karanganyar. Sampel  penelitian ini terdiri dari 36 orang  anggota karang taruna yang belum pernah mengikuti edukasi balut bidai, sampel diambil dengan cara purposive sampling.   Alat pengukurannya menggunakan  kuesioner pengetahuan balut bidai, dengan  slide dan video, analisis data dengan Uji Paired T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mendapatkan edukasi balut bidai, dari 36 responden dengan kategori pengetahuan kurang lebih sedikit yaitu 1 (2,8%) termasuk dalam kategori pengetahuan kurang, dan lebih banyak responden dalam kategori pengetahuan baik. Kategori pengetahuan dalam kategori “baik”, yaitu 26 (72,2%). Uji Paired T-Test menunjukkan p-value = 0.000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara  tingkat pengetahuan karang taruna sebelum dan sesudah menerima edukasi balut bidai, sehingga  terdapat pengaruh edukasi balut bidai terhadap tingkat pengetahuan anggota karang taruna. Edukasi balut bidai yang dilakukan kepada anggota karang taruna di RW 1O dengan menggunakan  slide dan video membantu menambah pengetahuan mereka tentang pertolongan pertama pada fraktur. Kata Kunci: Edukasi, Tingkat Pengetahuan, Balut Bidai
Tingkat Keamanan Lingkungan Terhadap Risiko Jatuh pada Lansia Di Panti Werdha Dharma Bhakti Surakarta Muladi, Amik; Sutrisni, Septiani Tri; Lestari, Sri; Suminar, Saka
Khatulistiwa Nursing Journal Vol. 5 No. 1 (2023): January 2023
Publisher : STIKes YARSI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53399/knj.v5i1.204

Abstract

Pendahuluan :  Proses penuaan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya penurunan performa fisik. Ini menempatkan orang tua pada risiko jatuh yang lebih tinggi daripada orang dewasa. Jatuh merupakan masalah yang sering menyebabkan kecacatan, depresi, dan cidera fisik pada lanjut usia. Kejadian jatuh pada lansia dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan tingkat keamanan lingkungan dan  risiko jatuh pada lanjut usia. Metode : Desain penelitian ini memakai  desain cross sectional. Data didapat dengan mengirimkan kuesioner dan melakukan pengamatan. Variabel bebas pada riset ini ialah  lingkungan, variabel terikat adalah resiko jatuh. Populasi pada riset  ini adalah  lansia di Panti Wredha  Dharma Bhakti Surakarta yang berusia 65 – 90 tahun. Sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling, didapatkan jumlah responden 44 orang. Hasil : Ada hubungan tingkat keamanan lingkungan dengan risiko jatuh pada lanjut usia. Hasil uji peringkat Spearman Rank  menunjukan p value 0,000  kurang sama dengan 0,05. Kesimpulan : Kesesuaian penataan lingkungan, sarana prasarana yang memadai di panti wreda akan meminimalkan resiko jatuh kepada penghuninya, dan hal ini juga akan menunjang  aktivitas lansia sehari-hari di panti wreda. Pengelola Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta hendaknya melakukan perbaikan sarana prasarana secara bertahap, sehingga resiko jatuh pada lansia bisa dicegah. 
Hubungan Durasi Pemberian N2o Kombinasi Sevoflurane Dengan Insiden Post Operative Nausea And Vomiting (PONV) Septian, Ristiva Arzaq Nur; Muladi, Amik; Nuryanti, Aprilia
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 11 (2025): Volume 12 Nomor 11
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i11.21645

Abstract

PONV adalah insiden yang muncul dalam 24 jam setelah prosedur anestesi yang disebabkan adanya peningkatan distensi abdomen. Insiden PONV berkisar 20% sampai 30%. Pemberian N2O kombinasi sevoflurane >60 menit akan meningkatkan risiko PONV.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara durasi pemberian N2O kombinasi sevoflurane dengan PONV pada pasien yang menjalani general anestesi dengan teknik anestesi imbang ETT dan LMA di RS X. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden diambil secara quota sampling. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi untuk menilai durasi pemberian N2O kombinasi sevoflurane, dan lembar observasi penilaian gordon untuk menilai skor PONV. Analisis data menggunakan  analisis pearson corellate dan regresi linear berganda.  Analisis pearson correlation didapatkan hubungan yang signifikan antara durasi pemberian N2O kombinasi sevoflurane dengan PONV, nilai signifikasi sebesar 0.001 <0.05 sedangkan nilai r sebesar 0.555. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0.499, maka variabel durasi pemberian N2O kombinasi Sevoflurane menjadi faktor penyebab paling kuat dalam mempengaruhi PONV. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara durasi pemberian N2O dengan kombinasi Sevoflurane dengan PONV. Durasi pemberian N2O kombinasi sevoflurane menjadi prediktor PONV paling kuat.