Sutrisni, Septiani Tri
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan Tingkat Keamanan Lingkungan dengan Risiko Jatuh pada Lansia di Panti Wredha Sutrisni, Septiani Tri; Muladi, Amik
Indonesian Journal of Nursing Research (IJNR) Vol. 7 No. 1 (2024)
Publisher : Program Studi S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Auditory hallucinations or auditory-hearing voices or sounds are the most common type of hallucination. Clients who experience hallucinations have sensory disturbances or distortions, but the client responds to them as the real thing. Hallucinations must be the focus of our attention because if hallucinations are not handled properly, they can pose a risk to the patient's safety, other people, and the surrounding environment. The general hallucinatory intervention given is SP 1 – SP 4. Another additional therapy given to clients with auditory hallucinations is a combination of rebuking and dhikr to reduce the level of hallucinations. Hallucinations with rebuke can be used to control auditory hallucinations. Whereas psycho-religious therapy (dhikr and prayer) is a psychiatric therapy at a higher level than ordinary psychotherapy, this is because by dhikr or praying there is a spiritual element that can awaken one's hope and self-confidence. After implementing it for 7 consecutive days with a time of 15-30 minutes in 2 patients with auditory hallucinations, it was found that there was a decrease in the level of hallucinations as measured using the AHRS scale. Therefore, giving rebuke and dhikr therapy is able to reduce symptoms and the level of hallucinations in patients. Abstrak Halusinasi pendengaran atau suara atau suara pendengaran adalah jenis halusinasi yang paling umum. Klien yang mengalami halusinasi mempunyai gangguan atau distorsi sensorik, namun klien menyikapinya sebagaimana adanya. Halusinasi harus menjadi fokus perhatian kita karena jika halusinasi tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan risiko bagi keselamatan pasien, orang lain, dan lingkungan sekitar. Intervensi halusinasi umum yang diberikan adalah SP 1 – SP 4. Terapi tambahan lain yang diberikan pada klien halusinasi pendengaran adalah kombinasi teguran dan dzikir untuk menurunkan tingkat halusinasi. Halusinasi dengan teguran dapat digunakan untuk mengendalikan halusinasi pendengaran. Sedangkan terapi psikoreligius (dzikir dan doa) merupakan terapi kejiwaan yang tingkatannya lebih tinggi dibandingkan psikoterapi biasa, hal ini dikarenakan dengan berdzikir atau berdoa terdapat unsur spiritual yang dapat membangkitkan harapan dan rasa percaya diri seseorang. Setelah dilaksanakan selama 7 hari berturut-turut dengan waktu 15-30 menit pada 2 pasien halusinasi pendengaran ditemukan adanya penurunan tingkat halusinasi yang diukur menggunakan skala AHRS. Oleh karena itu pemberian terapi teguran dan dzikir mampu menurunkan gejala dan tingkat halusinasi pada pasien.
HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI DI RSIA ASIH BALIKPAPAN Sutrisni, Septiani Tri; Mardiyaningsih, Eko
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.45764

Abstract

Latar Belakang: Kematian neonatal mengacu pada jumlah kematian bayi yang terjadi pada 28 hari pertama kehidupan per 1.000 kelahiran hidup dalam jangka waktu tertentu Laporan dari World Health Organization (2022) diperkirakan ada sekitar 2,3 juta bayi yang meninggal dalam 28 hari pertama kehidupannya setiap tahun di seluruh dunia. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian sepsis neonatorum onset dini di RSIA Asih Balikpapan Metode Penelitian: Penelitian kuantitatif dengan desain studi analitik observasional menggunakan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah 348 bayi yang didiagnosis sepsis neonatorum oleh dokter spesialis anak, dengan tekhnik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dan sampel akhir sebanyak 64 data rekam medis bayi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Penelitian ini menganalisis kejadian ketuban pecah dini dan kejadian sepsis neonatorum onset dini sebagai variabel univariat, dengan menggunakan uji statistik Chi-Square melalui SPSS Statistics untuk mengetahui hubungan antara ketuban pecah dini dan kejadian sepsis neonatorum onset dini. Hasil Penelitian: Hasil analisa statistik Chi-Square di RSIA Asih Balikpapan menunjukkan hubungan signifikan antara ketuban pecah dini (KPD) dan Sepsis Neonatorum Onset Dini (SNOD), dengan nilai Pearson Chi-Square 6,385, df 1, dan nilai p value 0,012. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara ketuban pecah dini (KPD) dengan kejadian sepsis neonatorum onset dini di ruang Perinatologi Rsia Asih Balikpapan.
Tingkat Keamanan Lingkungan Terhadap Risiko Jatuh pada Lansia Di Panti Werdha Dharma Bhakti Surakarta Muladi, Amik; Sutrisni, Septiani Tri; Lestari, Sri; Suminar, Saka
Khatulistiwa Nursing Journal Vol. 5 No. 1 (2023): January 2023
Publisher : STIKes YARSI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53399/knj.v5i1.204

Abstract

Pendahuluan :  Proses penuaan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya penurunan performa fisik. Ini menempatkan orang tua pada risiko jatuh yang lebih tinggi daripada orang dewasa. Jatuh merupakan masalah yang sering menyebabkan kecacatan, depresi, dan cidera fisik pada lanjut usia. Kejadian jatuh pada lansia dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan tingkat keamanan lingkungan dan  risiko jatuh pada lanjut usia. Metode : Desain penelitian ini memakai  desain cross sectional. Data didapat dengan mengirimkan kuesioner dan melakukan pengamatan. Variabel bebas pada riset ini ialah  lingkungan, variabel terikat adalah resiko jatuh. Populasi pada riset  ini adalah  lansia di Panti Wredha  Dharma Bhakti Surakarta yang berusia 65 – 90 tahun. Sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling, didapatkan jumlah responden 44 orang. Hasil : Ada hubungan tingkat keamanan lingkungan dengan risiko jatuh pada lanjut usia. Hasil uji peringkat Spearman Rank  menunjukan p value 0,000  kurang sama dengan 0,05. Kesimpulan : Kesesuaian penataan lingkungan, sarana prasarana yang memadai di panti wreda akan meminimalkan resiko jatuh kepada penghuninya, dan hal ini juga akan menunjang  aktivitas lansia sehari-hari di panti wreda. Pengelola Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta hendaknya melakukan perbaikan sarana prasarana secara bertahap, sehingga resiko jatuh pada lansia bisa dicegah.