Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Uji Antibakteri Yoghurt Sinbiotik Terhadap Beberapa Bakteri Patogen Enterik Purwijantiningsih , Ekawati
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.607 KB) | DOI: 10.24002/biota.v16i2.96

Abstract

Istilah sinbiotik digunakan pada produk yang mengandung probiotik dan prebiotik sekaligus. Probiotik semakin sering ditambahkan pada produk-produk susu, seperti yoghurt. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, bakteri harus dalam keadaan hidup. Penambahan prebiotik dapat menstimulasi pertumbuhan bakteri probiotik, meningkatkan kesehatan sistem pencernaan dan menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh jenis prebiotik terhadap aktivitas antibakteri dari yoghurt sinbiotik. Kedelai, pisang dan tapioka diteliti untuk mengetahui kemampuan mereka dalam meningkatkan aktivitas antibakteri yoghurt sinbiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis prebiotik berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri yoghurt sinbiotik. Tepung kedelai paling berpotensi meningkatkan aktivitas antibakteri yoghurt sinbiotik. Aktivitas antibakteri terbaik ditunjukkan oleh yoghurt sinbiotik yang disimpan selama 20 hari.
POTENSI PEMBENTUKAN PATI RESISTEN DAN ANTIOKSIDAN DALAM PEMBUATAN NASI SECANG: The Potency of Resistant Starch Formation and Antioxidant in the Making of Secang Rice Franciscus Sinung Pranata; Ekawati Purwijantiningsih; Yuliana Reni Swasti
Pro Food Vol. 7 No. 2 (2021): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/profood.v7i2.201

Abstract

ABSTRACT Secang (Caesalpinia sappan) is known as a red coloring agent in histological staining. One of the active components found in Secang is the brazilin compound. These compounds are reported to have biological activities such as hypoglycemic and antioxidants. The formation of resistant starch in traditional food processing such as secang rice as an effort to reduce blood glucose levels has never been reported. The aims of this study were to determine the total phenolic and antioxidant activity of secang wood extract in the manufacture of secang rice, and to determine the levels of resistant starch of secang rice with different concentrations of addition of secang wood extract. This research was conducted using 4 treatments of secang wood extract, control (without secang wood extract), 5 mL, 7.5 mL, and 10 mL of secang wood extract. The parameters analyzed were total phenolic, antioxidant activity (DPPH) in secang extract and secang rice, and content of resistant starch in secang rice. The results showed that the total phenolic extract of secang wood was 3524.03 ± 20.42 mg GAE / 100 g of the sample and the percent inhibition of free radicals was 94.01 ± 1.76%. The higher the addition of secang wood extract to 10 mL is, the higher the total phenolic and percent free radical inhibition in secang rice. The highest total phenolic and percent free radical inhibition was found in rice which was added with 10 mL of secang extract, i.e. 13.75 ± 0.96 mg GAE / sample and 75.77 ± 0.77%, and the highest resistant starch content was 1.6 ± 0.24%.   ABSTRAK             Secang (Caesalpinia sappan) dikenal sebagai bahan pewarna merah dalam pewarnaan histologi. Salah satu komponen aktif yang terdapat pada secang adalah senyawa brazilin. Senyawa ini dilaporkan memiliki aktivitas biologi seperti hipoglikemik dan antioksidan. Pembentukan pati resisten dalam pengolahan pangan tradisional seperti nasi secang sebagai upaya menurunkan kadar glukosa darah belum pernah dilaporkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui total fenolik dan aktivitas antioksidan ekstrak kayu secang dalam pembuatan nasi secang, serta mengetahui kadar pati resisten nasi secang dengan konsentrasi penambahan ekstrak kayu secang yang berbeda. Penelitian ini dilakukan menggunakan 4 perlakuan ekstrak kayu secang yaitu kontrol (tanpa ekstrak kayu secang), 5 mL, 7,5 mL, dan 10 mL ekstrak kayu secang. Parameter yang diuji adalah total fenolik, aktivitas antioksidan (DPPH) pada ekstrak secang dan nasi secang, serta kadar pati resisten pada nasi secang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total fenolik ekstrak kayu secang sebesar 3524,03 ± 20,42 mg GAE/100 g sampel dan persen penghambatan radikal bebas 94,01 ± 1,76%. Semakin tinggi penambahan ekstrak kayu secang hingga 10 mL, maka semakin tinggi total fenolik dan persen penghambatan radikal bebas pada nasi secang. Total fenolik dan persen penghambatan radikal bebas tertinggi terdapat pada nasi yang yang ditambah 10 mL ekstrak secang yaitu 13,75 ± 0,96 mg GAE/sampel dan 75,77 ± 0,77%, serta kadar pati resisten tertinggi sebesar 1,6 ± 0,24%.
Identifikasi dan Uji Aktivitas Antimikrobia Bakteri Asam Laktat dari Fermentasi Singkong (Gatot) terhadap Bacillus cereus dan Aspergillus flavus Maria Hesty Febriana; Ekawati Purwijantiningsih; Pramana Yuda
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 6, No 1 (2021): February 2021
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v6i1.3312

Abstract

Gatot is a traditional food from fermented cassava. Lactic acid bacteria (LAB) can be found in fermented cassava food, gatot. Lactic acid bacteria can produce an antimicrobial compound for inhibiting pathogen microorganism. The aim of this research were isolation and identification LAB from gatot and antimicrobial activity test against Bacillus cereus and Aspergillus flavus. Three isolates from raw gatot and three isolates from cooked gatot used in this research. Isolation of LAB was conducted using pour plate method, purification is conducted by streak plate method, the antimicrobial test was conducted by agar well diffusion and molecular identification was conducted by PCR colony method using LABFw and R16RDNA-1492bac primer. Lactic acid bacteria from cooked gatot identified as Enterococcus sp. FTBUAJY04, Enterococcus sp. FTBUAJY05, Enterococcus sp. FTBUAJY06, while LAB from raw gatot identified as Lactococcus lactis strain FTBUAJY01, Lactococcus lactis strain FTBUAJY02 dan Lactococcus lactis strain FTBUAJY03. The results obtained from the inhibition zone test showed that all isolates were able to inhibit the growth of B. cereus and A. flavus.  The greatest inhibition zone against B. cereus was shown by LAB Gt5 supernatant or L. lactis supernatant strain FTBUAJY02 of 1.87 ± 0.67 cm2, while the results of the greatest inhibition zone against A. flavus was LAB Gt6 supernatant or L. lactis supernatant strain FTBUAJY03 of 3.83 ± 0.73 cm2.
Pertumbuhan Kalus dan Produksi Katekin pada Kultur In Vitro Kalus Teh (Camelia Sinensis L.) dengan Penambahan Elisitor Ca2+ dan Cu2+ Dewi Retnaningati; Hermanto Hermanto; Ekawati Purwijantiningsih; Hartini Realista Lydia Solle
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 6, No 3 (2021): October 2021
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v6i3.5278

Abstract

Antioksidan dapat mengurangi dampak negatif oksidan dalam tubuh. Teh merupakan salah satu sumber antioksidan alami yang memiliki antioksidan golongan polifenol yakni katekin yang memiliki empat turunan yaitu: epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin (EGC), dan epigalokatekin galat (EGCG). Kadar katekin pada teh akan turun karena proses pembuatan teh dari daun teh segar menjadi teh seduhan, sehingga perlu ada upaya peningkatan kandungan katekin dalam teh. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji metode peningkatan produksi katekin pada kultur kalus teh. Perlakukan yang dilakukan yaitu dengan penambahan elisitor Ca2+ dan Cu2+ pada medium kultur kalus teh dengan berbagai variasi konsentrasi yang dirancang dalam 9 perlakuan yaitu: U0A0, U0A1, U0A2, U1A0, U1A1, U1A2, U2A0, U2A1, U2A2, di mana U0 = perlakuan Cu2+ 0 g/L, U1 = perlakuan Cu2+ 1 g/L, U2 =  perlakuan Cu2+ 2 g/L, A0 = perlakuan Ca2+ 0 g/L, A1 = perlakuan Ca2+ 176 g/L, dan A2 = perlakuan Ca2+ 352 g/L. Semua perlakuan diinkubasi selama 10 hari dengan waktu panen yaitu pada hari ke-0, ke-5, dan ke-10. Hasil Penelitian menunjukkan kombinasi elisitor Ca2+ dan Cu2+ yang paling optimal dalam meningkatkan kadar epikatekin galat pada kultur kalus teh (C. sinensis L.) yaitu perlakuan U1A1 yaitu dengan kombinasi konsentrasi Ca2+ (176 g/L) dan Cu2+ (1 g/L) selama 0 hari (kurang dari 24 jam) dengan hasil produksi epikatekin galat tertinggi yaitu sebesar 298,37 ppm.
Peningkatan Kualitas Penanganan Pascapanen Kopi Di Gapoktan Sejahtera Umbulharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta Yuliana Reni Swasti; Dinar Gumilang Jati; Ekawati Purwijantiningsih
Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2022): Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agrokreatif.8.1.22-31

Abstract

The coffee farmers of Farmer Union (Gapoktan) Sejahtera Umbulharjo had a lack of knowledge of good coffee post-harvest handling such as the best harvesting time, fermentation, drying, roasting green been extracting, and packaging roasted coffee need to be improved through extension and training postharvest handing. This research aimed to improve the quality of the coffee postharvest handling. The methods employed are extension and training. The result showed the increase of Gapoktan farmers’ understanding, especially in harvesting technique (pre-test score 33,33 and post-test score 93,33) and drying coffee (pre-test score 44,44 and post-test score 100). In addition, the improvement of postharvest handling reduced the drying time from 30 days to 14 days.
KUALITAS DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI CINCALOK TERHADAP BAKTERI PATOGEN SELAMA WAKTU FERMENTASI Ekawati Purwijantiningsih; Kenni Novelia; Fransiskus Sinung Pranata
Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman Vol 4 No 2 (2020): JURNAL GIZI DAN PANGAN SOEDIRMAN
Publisher : Program Studi Ilmu Gizi, Jurusan Kesmas Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (723.057 KB) | DOI: 10.20884/1.jgipas.2020.4.2.2986

Abstract

Cincalok is a typical West Kalimantan fermented food made from small shrimp called rebon with addition of rice and salt. Cincalok fermentation is shown by the presence of lactic acid bacteria (LAB) which have ability to be antibacterial against pathogenic bacteria. The ability of LAB to inhibit pathogenic bacteria can be seen from the appearance of the inhibition zone around agar media. Research conducted using cincalok during fermentation on day 0, 7, 14, 21, and 28 to see the ability of inhibition and the viability of LAB in cincalok then also conducted tests that included pH value, total acid, protein, total volatile base (TVB), and organoleptic tests. The result of this research showed that cincalok is able to inhibit the Escherichia coli bacteria with the largest inhibitory zone area on day 14. Fermentation time variation affects the antibacterial activity against E. coli, LAB viability, pH value, total acid, protein content and TVB of cincalok.
REVIEW JURNAL: PEMANFAATAN BAKTERIOSIN UNTUK MENINGKATKAN MASA SIMPAN PRODUK MINUMAN F. Nindita Apiliani Putri; Ekawati Purwijantiningsih; Fransiskus Sinung Pranata
JITIPARI Vol 6 No 2 (2021): JITIPARI
Publisher : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.558 KB) | DOI: 10.33061/jitipari.v6i2.5689

Abstract

Produk minuman memiliki permasalahan masa simpan yang rendah akibat adanya kontaminasi mikrobia. Beberapa metode pengawetan dapat dilakukan untuk meningkatkan masa simpan produk minuman. Bahan pengawet alami dapat digunakan sebagai senyawa antimikrobia, salah satunya adalah bakteriosin. Penggunaan bakteriosin dalam industri minuman dapat membantu mengurangi penggunaan pengawet sintetik serta intensitas perlakuan pemanasan. Fokus kajian pustaka ini pada aplikasi bakteriosin untuk mengurangi mikrobia pada produk minuman dan mengevaluasi kualitasnya setelah dilakukan penambahan bakteriosin. Berdasarkan kajian pustaka diketahui bahwa aplikasi beberapa jenis bakteriosin dari berbagai bakteri asam laktat pada produk minuman menunjukkan terjadi penghambatan pertumbuhan mikrobia pada produk dan tidak terdapat perubahan signifikan terhadap kualitas produk minuman tersebut. Bakteriosin berpotensi untuk digunakan sebagai pengawet alami yang dapat memperpanjang masa simpan produk minuman.
Biopreservasi Santan Kelapa (Cocus nucifera L.) dengan Serbuk Bakteriosin dari Lactobacillus plantarum Lisbeth Bernike Nugroho; F. Sinung Pranata; L. Ekawati Purwijantiningsih
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 7, No 2 (2022): June 2022
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v7i2.2944

Abstract

Santan kelapa merupakan bahan pangan hasil olahan dari daging buah kelapa yang diperas dengan penambahan air. Santan kelapa biasanya banyak dimanfaatkan sebagai campuran berbagai makanan dan minuman, namun santan kelapa memiliki kelemahan yaitu memiliki umur simpan pendek. Oleh karena itu, perlu adanya pengawetan santan kelapa secara alami yaitu salah satunya menggunakan bakteriosin dari L. plantarum. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui peran serbuk bakteriosin dari L. plantarum FNCC 0027 sebagai biopreservatif santan kelapa dan mengetahui konsentrasi optimal serbuk bakteriosin dari L. plantarum untuk mempertahankan kualitas santan kelapa. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan menggunakan dua faktor yaitu penambahan bakteriosin (0, 2,5, 5 dan 7,5%) dan lama penyimpanan (0, 8, 16 dan 24 jam) pada suhu ruang dengan tiga kali pengulangan. Penelitian ini memberikan hasil bahwa serbuk bakteriosin dari L. plantarum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Selain itu, bakteriosin L. plantarum mampu berperan sebagai biopreservatif santan kelapa. Serbuk bakteriosin L. plantarum memiliki pengaruh beda nyata terhadap hasil angka lempeng total, jumlah coliform, kadar protein, kadar air dan pH santan kelapa, serta tidak berpengaruh terhadap warna santan kelapa. Serbuk bakteriosin L. plantarum dengan konsentrasi 5% merupakan perlakuan yang optimal dalam mempertahankan kualitas santan kelapa.
Penyuluhan dan Pelatihan Pemanfaatan Tempe Koro Pedang dalam Produk Egg Roll di Pulutan, Wonosari, Gunung Kidul Brigitta Laksmi Paramita; Franciscus Sinung Pranata; LM Ekawati Purwijantiningsih; Yuliana Reni Swasti; Leonie Margaretha Widya Pangestika
SEMAR (Jurnal Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni bagi Masyarakat) Vol 12, No 1 (2023): Mei
Publisher : LPPM UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/semar.v12i1.60752

Abstract

Desa Pulutan, Wonosari merupakan salah satu desa penghasil kacang koro pedang. Namun, olahan koro pedang saat ini hanya sebatas diolah menjadi tempe. Pengembangan produk tempe yang dinilai memiliki manfaat gizi yang tinggi pun masih terbatas sehingga diperlukan pengetahuan terkait pengembangan produk tempe menjadi produk yang lebih komersial dan memiliki nilai jual yang tinggi. Egg roll merupakan salah satu produk yang digemari masyarakat. Pemanfaatan tempe koro pedang pada produk egg roll dapat meningkatkan nilai jualnya. Pengetahuan terkait dengan pemanfaatan tempe koro pedang menjadi egg roll sangat diperlukan untuk memperluas pemanfaatan tempe koro pedang dan untuk pengembangan usaha tempe koro pedang. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan dipilih dalam pengabdian ini agar peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan namun juga skill dalam mengolah tempe koro pedang menjadi produk egg roll. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank (p<0,05) menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada frekuensi jawaban benar pre-test dan post-test yang mengindikasikan adanya peningkatan pengetahuan peserta terkait pemanfaatan tempe koro pedang pada produk egg roll. Peningkatan skill peserta dalam mengolah produk egg roll berbasis tempe koro pedang juga dibuktikan dengan produk egg roll tempe koro pedang yang sudah dikomersialisasikan dan bermanfaat untuk pengembangan UKM. Kata kunci: Tempe koro pedang; egg roll; penyuluhan; pelatihan.
KUALITAS DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI CINCALOK TERHADAP BAKTERI PATOGEN SELAMA WAKTU FERMENTASI Ekawati Purwijantiningsih; Kenni Novelia; Fransiskus Sinung Pranata
Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman Vol 4 No 2 (2020): JURNAL GIZI DAN PANGAN SOEDIRMAN
Publisher : Program Studi Ilmu Gizi, Jurusan Kesmas Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jgipas.2020.4.2.2986

Abstract

Cincalok is a typical West Kalimantan fermented food made from small shrimp called rebon with addition of rice and salt. Cincalok fermentation is shown by the presence of lactic acid bacteria (LAB) which have ability to be antibacterial against pathogenic bacteria. The ability of LAB to inhibit pathogenic bacteria can be seen from the appearance of the inhibition zone around agar media. Research conducted using cincalok during fermentation on day 0, 7, 14, 21, and 28 to see the ability of inhibition and the viability of LAB in cincalok then also conducted tests that included pH value, total acid, protein, total volatile base (TVB), and organoleptic tests. The result of this research showed that cincalok is able to inhibit the Escherichia coli bacteria with the largest inhibitory zone area on day 14. Fermentation time variation affects the antibacterial activity against E. coli, LAB viability, pH value, total acid, protein content and TVB of cincalok.