Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

POTENSI PEMBENTUKAN PATI RESISTEN DAN ANTIOKSIDAN DALAM PEMBUATAN NASI SECANG: The Potency of Resistant Starch Formation and Antioxidant in the Making of Secang Rice Franciscus Sinung Pranata; Ekawati Purwijantiningsih; Yuliana Reni Swasti
Pro Food Vol. 7 No. 2 (2021): Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/profood.v7i2.201

Abstract

ABSTRACT Secang (Caesalpinia sappan) is known as a red coloring agent in histological staining. One of the active components found in Secang is the brazilin compound. These compounds are reported to have biological activities such as hypoglycemic and antioxidants. The formation of resistant starch in traditional food processing such as secang rice as an effort to reduce blood glucose levels has never been reported. The aims of this study were to determine the total phenolic and antioxidant activity of secang wood extract in the manufacture of secang rice, and to determine the levels of resistant starch of secang rice with different concentrations of addition of secang wood extract. This research was conducted using 4 treatments of secang wood extract, control (without secang wood extract), 5 mL, 7.5 mL, and 10 mL of secang wood extract. The parameters analyzed were total phenolic, antioxidant activity (DPPH) in secang extract and secang rice, and content of resistant starch in secang rice. The results showed that the total phenolic extract of secang wood was 3524.03 ± 20.42 mg GAE / 100 g of the sample and the percent inhibition of free radicals was 94.01 ± 1.76%. The higher the addition of secang wood extract to 10 mL is, the higher the total phenolic and percent free radical inhibition in secang rice. The highest total phenolic and percent free radical inhibition was found in rice which was added with 10 mL of secang extract, i.e. 13.75 ± 0.96 mg GAE / sample and 75.77 ± 0.77%, and the highest resistant starch content was 1.6 ± 0.24%.   ABSTRAK             Secang (Caesalpinia sappan) dikenal sebagai bahan pewarna merah dalam pewarnaan histologi. Salah satu komponen aktif yang terdapat pada secang adalah senyawa brazilin. Senyawa ini dilaporkan memiliki aktivitas biologi seperti hipoglikemik dan antioksidan. Pembentukan pati resisten dalam pengolahan pangan tradisional seperti nasi secang sebagai upaya menurunkan kadar glukosa darah belum pernah dilaporkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui total fenolik dan aktivitas antioksidan ekstrak kayu secang dalam pembuatan nasi secang, serta mengetahui kadar pati resisten nasi secang dengan konsentrasi penambahan ekstrak kayu secang yang berbeda. Penelitian ini dilakukan menggunakan 4 perlakuan ekstrak kayu secang yaitu kontrol (tanpa ekstrak kayu secang), 5 mL, 7,5 mL, dan 10 mL ekstrak kayu secang. Parameter yang diuji adalah total fenolik, aktivitas antioksidan (DPPH) pada ekstrak secang dan nasi secang, serta kadar pati resisten pada nasi secang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total fenolik ekstrak kayu secang sebesar 3524,03 ± 20,42 mg GAE/100 g sampel dan persen penghambatan radikal bebas 94,01 ± 1,76%. Semakin tinggi penambahan ekstrak kayu secang hingga 10 mL, maka semakin tinggi total fenolik dan persen penghambatan radikal bebas pada nasi secang. Total fenolik dan persen penghambatan radikal bebas tertinggi terdapat pada nasi yang yang ditambah 10 mL ekstrak secang yaitu 13,75 ± 0,96 mg GAE/sampel dan 75,77 ± 0,77%, serta kadar pati resisten tertinggi sebesar 1,6 ± 0,24%.
Quality of Virgin Coconut Oil with Addition of Peppermint Oil Clarissa Hanjaya; Fransiscus Sinung Pranata; Yuliana Reni Swasti
agriTECH Vol 40, No 3 (2020)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.306 KB) | DOI: 10.22146/agritech.43321

Abstract

Virgin coconut oil (VCO) is a pure coconut oil made from mature and fresh coconut meat. VCO is consumed for health-related reasons, but the unsaturated fatty acids of VCO are prone to oxidation. Mixing VCO with peppermint oil, which contains antioxidants, inhibits the oxidation of unsaturated fatty acids and thus prevents the rancidity of VCO. This research used the antioxidants from peppermint oil to improve VCO quality. VCO contains antioxidants, such as α-pinene, menthol, 1,8-cineol, camphor, flavonoid, borneol, tocopherol, and carotene. The treatments consisted of three peppermint oil concentrations (2.5%, 5%, and 7.5%) in VCO. Results showed that the additionof peppermint oil significantly improved VCO quality. The optimal concentration of peppermint oil in VCO was 7.5% with a water content of 0.05%, a free fatty acid value of 0.13%, a peroxide value of 0.53 mg eq/kg, an iodine value of 4.42 g I2/100 g, a total plate count of 0 cfu/mL, and antioxidant activity of 90.28%.
Kualitas Cake Dengan Variasi Tape Ketan Hitam (Oryza sativa var. glutinosa) Menggunakan Pewarna Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Anisa Safira Kusuma Wardani; Sinung pranata; Yuliana Reni Swasti
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 10, No 2 (2020): Kajian Pangan dan Gizi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jpg.10.2.2020.1-11

Abstract

Black sticky rice is potential food which can be used to source bioactive compounds, carbohydrate, antioxidant, and fiber. Activity of active compounds and nutrition which contained in food ingredient it can increase with fermentation. Black sticky tapai which has sour flavor it less liked by most people, so it needs to be processed by making cakes. This research purpose is to know the effect variation of wheat flour and black sticky tapai, and to know the best variation of wheat flour and black sticky tapai to physical, chemical, microbiological, and organoleptic. The research using different concentration of black sticky tapai, there are K (0:1), A (1:1), B (1:2), and C (1:3), and colorant of butterfly pea flower using the same concentration. The best result of this research is cake with concentration B (1:2). Result showed that cake with concentration B (1:2) was contained 33,00 % water content, 1,37 % ash content, 19,72 % fat content, 7,70 % proteins content, 38,43 % carbohydrate content, 0,48 mg GAE/g phenolics content, 24,62 % antioxidant content, 158 g texture analysis, cake has white color, 5,20 log CFU/g total plate count, and 3,23 log CFU/g yeast molds.
Kualitas Muffin Dengan Kombinasi Tepung Pisang Kepok Putih (Musa paradisiaca forma typica) Dan Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata) Cindy Yong Kurnia Putri; Fransiskus Sinung Pranata; Yuliana Reni Swasti
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 4, No 2 (2019): June 2019
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v4i2.2471

Abstract

Muffin merupakan quick bread yang tidak memerlukan waktu pengulenan, pengembangan dan pengistirahatan. Ciri khas muffin adalah permukaan roti berupa crust merekah secara simetris dan berwarna cokelat keemasan. Penggunaan tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning pada proses pembuatan muffin berguna untuk meningkatkan kandungan serat dan betakaroten. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas produk muffin berbahan baku tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning dari parameter kimia, fisik, mikrobiologi dan organoleptik. Penelitian ini juga berguna agar dapat mengetahui konsentrasi dari kombinasi yang terbaik pada tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning dalam pembuatan muffin. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan kombinasi tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning sebesar 100:0:0 sebagai kontrol, 80:15:5, 80:10:10 dan 80:5:15. Hasil penelitian yang diperoleh dari produk muffin memiliki kadar air sebesar 17,80-21,33 %, kadar abu 0,43-0,99 %, kadar protein 8,06-11,14 %, kadar lemak 20,19-23,27 %, kadar karbohidrat 46,63-49,73 %, kadar serat kasar 3,28-6,60 %, kadar serat larut 1,40-4,37 %, kadar serat pangan 4,68-10,98 %, kadar betakaroten 470,56-3724,13 µg/100g serta uji mikrobiologi yang terdiri dari angka lempeng total dan kapang khamir yang telah memenuhi standar SNI roti manis (SNI-3840-1995). Muffin dengan kombinasi tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning yang memiliki kualitas terbaik adalah 80:15:5 dilihat dari parameter fisik, kimia, mikrobiologi dan organoleptik.
Kualitas dan Aktivitas Antioksidan Selai Lembaran Kombinasi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) dan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Gisela Dian Prasetyani; Franciscus Sinung Pranata; Yuliana Reni Swasti
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 7, No 1 (2022): February 2022
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v7i1.3328

Abstract

Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dan kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) dikombinasikan untuk diolah menjadi selai lembaran yang memiliki manfaat kesehatan. Manfaat tersebut diperoleh dari kandungan antioksidan dari kedua bahan yang dapat mencegah timbulnya penyakit degeneratif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kombinasi ubi jalar ungu dan ekstrak kelopak bunga rosella terhadap kualitas kimia, fisik, mikrobiologi, dan organoleptik. Berdasarkan hasil uji tersebut akan ditentukan pula selai lembaran dengan kualitas paling baik. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan kombinasi ubi jalar ungu dan ekstrak kelopak bunga rosella yaitu 100:0 (P), 100:20 (Q), 100:40 (R), 100:60 (S). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selai lembaran kombinasi ubi jalar ungu dan ekstrak kelopak bunga rosella memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, serat kasar, serat terlarut, total padatan terlarut, total asam tertitrasi, total fenolik, aktivitas antioksidan, tekstur dan angka kapang khamir, tetapi tidak memberikan pengaruh pada warna dan angka lempeng total. Selai lembaran perlakuan 100:60 (S) menghasilkan kualitas paling baik berdasarkan parameter kimia, fisik, mikrobiologi, dan organoleptik. 
Peningkatan Kualitas Penanganan Pascapanen Kopi Di Gapoktan Sejahtera Umbulharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta Yuliana Reni Swasti; Dinar Gumilang Jati; Ekawati Purwijantiningsih
Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2022): Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agrokreatif.8.1.22-31

Abstract

The coffee farmers of Farmer Union (Gapoktan) Sejahtera Umbulharjo had a lack of knowledge of good coffee post-harvest handling such as the best harvesting time, fermentation, drying, roasting green been extracting, and packaging roasted coffee need to be improved through extension and training postharvest handing. This research aimed to improve the quality of the coffee postharvest handling. The methods employed are extension and training. The result showed the increase of Gapoktan farmers’ understanding, especially in harvesting technique (pre-test score 33,33 and post-test score 93,33) and drying coffee (pre-test score 44,44 and post-test score 100). In addition, the improvement of postharvest handling reduced the drying time from 30 days to 14 days.
PENINGKATAN NILAI GIZI PRODUK PANGAN DENGAN PENAMBAHAN BUBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera): REVIEW Clarita Angelina; Yuliana Reni Swasti; Franciscus Sinung Pranata
JURNAL AGROTEKNOLOGI Vol 15 No 01 (2021)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, University of Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/j-agt.v15i01.22089

Abstract

In several countries, moringa leaves are starting to be widely used in food products as an alternative to overcome malnutrition. Malnutrition occurs due to a lack of energy and protein balance which disrupt human physiological function. The lack of micronutrient intakes, such as vitamin A, iron, and zinc, can also cause malnutrition. Moringa oleifera is referred to as the most economical tree. Almost every part of the tree contains abundant nutrients and plays an important role in meeting human nutritional needs. Moringa leaves contain high protein, vitamins, and minerals, to be used as an alternative to overcome nutritional problems. Various studies have concluded that moringa leaves can be used in food products. This review aims to determine the use of moringa leaves to increase the nutritional content in food products. The addition of moringa leaf powder causes a significant increase in protein, fiber, and mineral content in several food products. The addition of moringa leaf powder with the highest concentration resulted in the best increase in protein, fat, fiber, and mineral content in several food products. However, the acceptable concentration of moringa leaf powder addition is not more than 5%. Keywords: mineral content, moringa leaf, nutrient
SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) DALAM PEMBUATAN KWETIAU BASAH DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK SECANG (Caesalpinia sappan L.) [PRODUCTION OF WET FLAT RICE NOODLE SUBSTITUTED WITH JACKFRUIT SEED FLOUR (Artocarpus heterophyllus Lamk.) AND WOOD EXTRACT IN ADDITION (Caesalpinia sappan L.)] Apriliani Theodora; Franciscus Sinung Pranata; Yuliana Reni Swasti
FaST - Jurnal Sains dan Teknologi (Journal of Science and Technology) Vol 3, No 1 (2019): MAY
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wet flat rice noodles is one of noodle kindsmade from rice flour, white – coloured, flat, broad and consumed instead of rice. It is well – favoured by people but it has low protein, fiber and antioxidant compound so it needs substitutive and additional ingredients to increase its protein, fiber, antioxidant compound and colour to attract consumen such as jackfruit seed flour and sappan wood extract. The experiment’s purpose is to know the quality of wet flat rice noodles substituted with jackfruit seed flour and added with sappan wood extract based by physical, chemical, organoleptic and microbiological parameters. This experiment used complete randomized design with four formulations of rice flour equal jackfruit seed flour such as 100:0 as control, 85:15, 70:30 and 55:45. The results showed that wet flat rice noodles had water content range of 69.02-72.00%, ash content range of 0.07-0.49%, protein content range of 1.31-2.70%, fat content range of 2.75-3.88%, carbohydrate content range of 20.89-26.85%, crude fiber content range of 3.43-6.86%, soluble fiber content range of 2.47-6.21%, total phenolic compound range of 127.46-148.78 mg GAE/100 gram, antioxidant activity range of 75.72-83.22%, texture range of 55.33-76.33 N/mm2and total plate count range of 440.00-1293.33 CFU/gram. The best substitution of producing wet flat rice noodles is 85 : 15.  ABSTRAKKwetiau basah (wet flat noodles) merupakan salah satu jenis mie berbahan dasar tepung beras, berwarna putih, berbentuk pipih dan lebar, dan dikonsumsi sebagai pengganti nasi. Kwetiau basah merupakan produk pangan yang cukup digemari masyarakat namun memiliki kadar protein dan serat yang rendah serta senyawa antioksidan yang sangat rendah sehingga penggunaan tepung biji nangka bertujuan untuk meningkatkan kandungan protein dan serat sedangkan penambahan ekstrak secang bertujuan untuk memberi warna dan senyawa antioksidan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kualitas kwetiau basah berbahan baku tepung beras dengan substitusi tepung biji nangka dan penambahan ekstrak secang pada parameter fisik, kimia, organoleptik, dan mikrobiologi. Selain itu, penelitian ini untuk mengetahui formulasi substitusi terbaik tepung biji nangka pada tepung beras dalam pembuatan kwetiau basah. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan4 perlakuan substitusi tepung beras dan tepung biji nangka sebesar 100:0 sebagai kontrol, 85:15, 70:30, dan 55:45. Hasil penelitian yang diperoleh, kwetiau basah memiliki kadar air 69,02-72,00%, kadar abu 0,066-0,49%, kadar protein 1,31-2,70%, kadar lemak 2,75 -3,88%, kadar karbohidrat 20,89-26,85%, kadar serat kasar 3,43-6,86%, kadar serat larut 2,47-6,21%, kandungan total fenolik 127,46-148,78 mg GAE/100 gram, aktivitas antioksidan 75,72-83,22%, tekstur 55,33-76,33 N/mm2 dan angka lempeng total 440,00-1293,33 CFU/gram. Substitusi tepung biji nangka pada tepung beras dalam pembuatan kwetiau basah dengan penambahan ekstrak secang yang berkualitas baik adalah 85:15.
Potensi Bubuk Daging dan Biji Buah Kecombrang (Etlingera elatior) sebagai Pengawet Alami Bakso Ikan Eikel Sevania Br Girsang; Yuliana Reni Swasti; Franciscus Sinung Pranata
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 11, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17728/jatp.10416

Abstract

Bakso ikan adalah suatu produk pangan olahan ikan yang masa simpannya singkat yaitu 12 – 24 jam pada suhu ruang. Pengawet alami dapat menjadi alternatif pengganti pengawet sintetik. Pengawet alami yang sudah banyak digunakan adalah daun dan bunga kecombrang. Penelitian ini menggunakan bubuk dan biji buah kecombrang (Etlingera elatior) sebagai pengawat alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bubuk daging dan biji buah kecombrang terhadap kualitas bakso ikan pada suhu ruang selama masa penyimpanan, dan menentukan konsentrasi optimum dalam memperpanjang masa simpan bakso. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial berdasarkan dua faktor yaitu faktor penyimpanan (0-3 hari) dan faktor perlakuan pemberian bubuk daging dan biji buah kecombrang (0-4,5%). Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi optimum pemberian bubuk daging dan biji buah kecombrang dalam memperpanjang masa simpan bakso ikan pada suhu ruang adalah 4,5% yaitu hingga penyimpanan hari ke-2 dengan jumlah total angka lempeng total (4,71 log CFU/g), jumlah S. aureus (0 log CFU/g), kadar air (56,22%), kadar protein (10,82%), total asam tertritrasi (2,73%), pH (6,29), dan tingkat kekenyalan (6,93 mm). Kesimpulan yang diperoleh adalah bubuk daging dan biji buah dapat digunakan untuk pengawet alami bakso ikan.Potential of Kecombrang (Etlingera elatior) Fruit Pulp and Seeds Powder as a Natural Preservative of Fish MeatballsAbstractFish meatball has known as manufactured fish food with a shelf life of 12 to 24 hours at room temperature. Natural preservatives can be a good alternative to synthetic preservatives. The pulp and seeds of the kecombrang fruit (Etlingera elatior) can be utilized as natural preservatives. This study aims to determine the ability of pulp and fruit seeds of kecombrang powder to inhibit the growth of Escherichia coli (Gram negative) and Staphylococcus aureus (Gram positive), determine the effect of giving pulp and fruit seeds of kecombrang on the quality of fish meatballs, and determine the optimum concentration of pulp and fruit seeds of kecombrang in extending the shelf life of meatballs. The experimental design used was a Factorial Complete Randomized Design based on two factors: duration of storage (0 to 3 days) and factor concentration of pulp and fruit seeds of kecombrang powder (0 to 4.5%). The results show that pulp and fruit seed kecombrang powder can inhibit the growth of E. coli and S. aureus. The optimum concentration in extending the shelf life of fish meatballs at room temperature was 4.5% which able to extended the shelf life until 2 days with the total plate count of 4,71 log CFU/g, total S. aureus of 0 log CFU/g, water content of 56.22%, protein content of 10.82%, total irritated acid of 2.73%, pH of 6.29, and springiness of 6.93 mm. As conclusion, pulp and fruit seed kecombrang might be used to extend the shelf life of fish meatball.
Potensi daging buah pisang dan kulit pisang (Musaceae) untuk peningkatan kualitas roti dan kue Fransisca Krista Arinta; Franciscus Sinung Pranata; Yuliana Reni Swasti

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/tp.v12i2.2416

Abstract

Pangan fungsional saat ini menjadi sebuah tren bagi masyarakat karena lebih banyak yang peduli serta tertarik pada produk pangan yang memiliki manfaat untuk kesehatan. Penggunaan bahan pangan lokal seperti pisang, baik kulitnya maupun daging buah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang memiliki kandungan serat pati yang tinggi, vitamin, mineral dan antioksidan, sehingga dapat memberikan pengaruh pada suatu produk pangan, seperti pada produk roti dan kue. Pisang merupakan tanaman yang dapat dijumpai di beberapa negara terutama di Indonesia dengan berbagai macam spesies. Buah pisang rentan terhadap kerusakan mekanis dan daya simpannya yang rendah, sehingga perlu diolah menjadi tepung untuk meningkatkan daya simpan. Pengolahan pisang utuh dengan menggunakan daging buah maupun kulitnya, dapat digunakan sebagai bahan substitusi tepung gandum yang memiliki kandungan serat pangan untuk meningkatkan zat gizi produk. Serat pangan terdiri dari pektin, selulosa, hemiselulosa, lignin, dan pati resisten yang memiliki manfaat bagi kesehatan terutama dalam proses pencernaan. Produk roti dan kue dengan penambahan tepung daging buah maupun kulit pisang memberikan hasil peningkatan kandungan gizi dibandingkan dengan produk roti dan kue dipasaran. Tujuan dari penulisan Literature Review ini adalah untuk mengevaluasi mengenai potensi daging buah pisang dan kulit pisang untuk peningkatan kualitas roti dan kue terhadap kualitas kimia, sensori dan fisik. Kata Kunci: daging buah pisang, kulit pisang, serat, roti, kue