Abstrak Kemajuan teknologi digital menghadirkan peluang pembelajaran yang luas sekaligus tantangan serius bagi pembentukan karakter siswa sekolah dasar, sehingga penguatan literasi budaya yang kontekstual di kelas menjadi agenda strategis. Program pengabdian ini bertujuan meneguhkan nilai kearifan lokal Bugis–Makassar, Kuru Sumange, sebagai basis pendidikan karakter melalui kegiatan seni mewarnai pada siswa kelas 3B SD Inpres Mallengkeri Bertingkat, Makassar. Desain kegiatan menerapkan pendekatan partisipatif empat tahap: (1) apersepsi nilai untuk mengaktivasi skema budaya dan memaknai Kuru Sumange sebagai ungkapan penguatan jiwa/semangat, doa kebaikan, dan hormat; (2) demonstrasi teknik mewarnai (urutan pewarnaan, kontrol garis tepi, gradasi sederhana); (3) praktik terarah dengan umpan balik selama proses; dan (4) refleksi bersama untuk mengkristalkan pemahaman nilai menjadi contoh perilaku sehari-hari. Evaluasi dilakukan menggunakan lembar observasi partisipasi (antusiasme, ketekunan, kemandirian, kepatuhan instruksi), rubrik kreativitas (kerapian, pemilihan warna, eksperimen teknik, konsistensi tema), serta tanya jawab pemahaman nilai (minimal dua perilaku hormat–bakti). Hasil menunjukkan keterlibatan siswa yang tinggi, peningkatan kualitas ekspresi kreatif pasca demonstrasi, serta pemahaman yang lebih terartikulasikan tentang hormat, patuh, dan bakti selaras dengan makna Kuru Sumange. Guru memperoleh model pembelajaran seni berbasis budaya yang replikatif, rendah biaya, dan mudah diintegrasikan ke agenda kelas serta pameran karya mini. Temuan ini menegaskan efektivitas kegiatan seni berbasis kearifan lokal dalam memperkuat literasi budaya dan karakter yang relevan dengan tantangan era digital, serta kelayakan replikasi pada tingkat sekolah dasar dengan adaptasi konteks nilai lokal. Kata kunci: literasi budaya, kearifan lokal, kuru sumange, sekolah dasar, kegiatan mewarnai