Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Produksi Bawang Merah Tumpangsari Dengan Cabai Pada Beberapa Jarak Tanam Despita, rika; Nizar, Achmad; Purnomo, Dwi; Fernanda, Yan
AGRIEKSTENSIA Vol 19 No 2 (2020): AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.542 KB) | DOI: 10.34145/agriekstensia.v19i2.1453

Abstract

ABSTRAK Bawang merah adalah komoditas yang dibutuhkan masyarakat Indonesia setiap hari sebagai bumbu masak. Produksi bawang merah perlu ditingkatkan seiiring dengan meningkatnya kebutuhan bawang merah. Salah satu upaya perluasan penanaman bawang merah adalah intensifikasi seperti tumpangsari. Tanaman bawang merah dapat ditumpangsarikan dengan tanaman cabai. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari produksi bawang merah dengan pola tanam tumpangsari pada beberapa jarak tanam. Metode penelitian adalah rancangan acak kelompok dengan 6 perlakuan yaitu: tumpangsari, jarak tanam 15 x 15 cm; tumpangsari, jarak tanam 20 x 20 cm; tumpangsari jarak tanam 25 x 25 cm; monokultur, jarak tanam 15 x 15 cm; monokultur 20 x 20 cm; monokultur 25 x 25 cm. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 24 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan terhadap berat segar umbi, berat umbi kering konsumsi, produksi per ha, jumlah umbi, diameter umbi. Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji F taraf 5% dan DMRT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bawang merah dalam satuan ha dengan pola tanam monokultur dan tumpangsari jarak tanam 15 x 15 cm memberikan hasil yang sama. oleh karena itu tumpangsari tanaman bawang merah dengan cabai jarak tanam 15 x 15 cm dapat diterapkan di tingkat petani. Kata kunci: Produksi, Bawang merah, cabai, tumpangsari ABSTRACT Shallots are a commodity that Indonesians need every day as a cooking spice. Production needs to be increased in line with the need for shallots. The increase in the planting area of ​​shallots is intensification such as intercropping. Onion plants can be intercropped with chilli plants. This study aims to study the production of shallots with an intercropping cropping pattern at planting distance. The research method was a randomized group with 6 treatments, namely: intercropping, spacing 15 x 15 cm; intercropping, spacing 20 x 20 cm; intercropping with 25 x 25 cm spacing; monoculture, spacing 15 x 15 cm; monoculture 20 x 20 cm; monoculture 25 x 25 cm. Each treatment was repeated 4 times in order to obtain 24 experimental units. Observations were made on tuber fresh weight, dry tuber weight consumption, production per ha, tuber number, tuber diameter. Observation data were analyzed by means of the F test at 5% level and DMRT level 5%. The results showed that the production of ha-1 with a cropping pattern of monoculture and intercropping with a spacing of 15 x 15 cm gave the same results. Therefore, intercropping of shallots with chillies at a spacing of 15 x 15 cm can be applied to farmers. Keywords: Production, shallots, chillies, intercropping
PENGARUH UMUR BIBIT DAN APLIKASI PGPR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI Nizar, Achmad; Permadi, Gunawan; Rahmi, Ainu
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol. 27 No. 1 (2020): Juli
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta-Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55259/jiip.v27i1.78

Abstract

Produksi tanaman padi dipengaruhi oleh umur pindah bibit ke lapangan. PGPR dapat meningkatkan produksi tanaman Padi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh umur bibit dan aplikasi PGPR pada pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Penelitian dilaksanakan di Lahan Praktik Kampus Polbangtan Malang pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2020. Metode percobaan menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan faktor pertama yaitu umur bibit (10,15 dan 20 HSS) dan faktor kedua konsentrasi PGPR (0,7,5,15 ml/liter), sehingga memperoleh 9 kombinasi perlakuan dan diulang 3 kali. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif dan produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan umur bibit 15 hss dan konsentrasi PGPR 15 ml/liter dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif dan jumlah produksi pada tanaman padi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
The Role of Mediation of Psychological Safety and Voice Efficacy on the Influence of Inclusive Leadership on Vocal Behavior Nizar, Achmad; Parahanti, Andang
Eduvest - Journal of Universal Studies Vol. 4 No. 11 (2024): Journal Eduvest - Journal of Universal Studies
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/eduvest.v4i11.44743

Abstract

PT. XYZ as a company engaged in non-bank financial services, is required to continue to innovate. To be able to bring out innovation is through the contribution of all employees. These contributions include employees carrying out vocal behaviors, namely proactive behavior that comes from themselves or initiatives, is forward-oriented, and aims to improve a certain condition. On the other hand, the bureaucratic organizational structure makes vocal behavior a challenge for companies to develop. To encourage vocal behavior, internal and external factors of employees need to be elaborated further. This study aims to explore the role of voice efficacy and psychological safety in mediating the influence of inclusive leadership on vocal behavior. The research was conducted at PT XYZ by involving 154 respondents to fill out a questionnaire. Using the Social Cognitive Theory (SCT) approach to look at the dynamics of the influence of inclusive leadership on vocal behavior mediated by psychological safety and voice efficacy, the results show that voice efficacy significantly mediates the influence of inclusive leadership on vocal behavior, while psychological safety does not mediate the influence of inclusive leadership on vocal behavior. The results of this study indicate that the factor of individual perception of one's ability to speak up (voice efficacy) needs to be a concern by leaders so that vocal behavior can appear in the organization.