Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Microplastics Abundance and Characteristics in Mytilus spp. from Southwest Western Australia Urban Estuaries Saraswati, Ni Luh Gede Rai Ayu; Paterson, Harriet; Hovey, Renae
International Journal of Environment and Geosciences Vol 4 No 1 (2022)
Publisher : Graduate Study of Environmental Sciences, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ijeg.2022.v04.i01.p01

Abstract

As global plastic production continuously increases, plastic waste is no doubt becoming an emerging threat to aquatic ecosystems. This condition has directly linked to the abundance of microplastics in the aquatic system, especially in the semi-enclosed system of estuary. This study aims to investigate the microplastics abundance and characteristics in sedentary filter feeder of Mytilus spp. inhabited urban estuaries of southwest Western Australia. Microplastics were detected in 69% of total individual sampled. The mean of microplastics was 1.31±1.26 items per invidual and 0.27±0.45 Items per mussels wet weight (gww). The most common microplastics types from all samples was films (51%), then followed by fibers (43%). Our results highlight that microplastics contamination is widespread across the Western Australia estuaries and has contaminated the sedentary organisms lived in the estuary, including Mytilus spp. This study was a pilot study and is considered to be the first study in Western Australia among similar studies on microplastics in mussels. A further study in developing standard methods and expanding the study area and sample size is important to be conducted. This will give more confirmation on using mussels (Mytilus spp.) for global microplastics biomonitoring. Keywords: Microplastics; Mussel; Mytilus spp.; Urban Estuary; Southwest Western Australia
Estimasi Total Simpanan Karbon Hutan Mangrove Teluk Gilimanuk, Bali Wulandari, Ni Komang Putri; Ernawati, Ni Made; Saraswati, Ni Luh Gede Rai Ayu
Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v13i3.63104

Abstract

Hutan mangrove memiliki potensi yang sangat besar dalam carbon sequestration karena mampu menyerap emisi karbon 3-5 kali lebih banyak daripada hutan tropis daratan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai simpanan karbon organik hutan mangrove Teluk Gilimanuk pada bulan September-November 2023. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode transek kuadrat berukuran 10 m x 10 m yang dibuat pada zona vegetasi yang ditemukan. Data simpanan karbon pohon dianalisis menggunakan metode alometrik, sedangkan sampel sedimen dianalisis di laboratrium menggunakan metode gravimetri. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 6 zona vegetasi utama yaitu Sonneratia, Ceriops, Bruguiera, Avicennia, Rhizophora dan Lumnitzera. Nilai simpanan karbon atas hutan mangrove Teluk Gilimanuk tertinggi terdapat pada zona vegetasi Ceriops yaitu sebesar 66,03±17,66 ton/ha, sedangkan simpanan karbon atas terendah berada pada zona vegetasi Bruguiera sebesar 18,60±11,88 ton/ha. Nilai simpanan karbon bawah hutan mangrove Teluk Gilimanuk tertinggi terdapat pada zona vegetasi Rhizophora yaitu sebesar 44,00±32,57 ton/ha, sedangkan simpanan karbon bawah terendah berada pada zona vegetasi Lumnitzera sebesar 13,73±2,41 ton/ha. Nilai simpanan karbon organik sedimen hutan mangrove Teluk Gilimanuk tertinggi terdapat pada zona vegetasi Sonneratia sebesar 237,51±46,31 ton/ha, sedangkan simpanan karbon terendah terdapat pada zona vegetasi Avicennia sebesar 55,3678,28± ton/ha. Total simpanan karbon pada hutan mangrove Teluk Gilimanuk didapatkan sebesar 193,91 ton/ha.   Mangrove forests have immense potential for carbon sequestration as they can absorb carbon emissions 3-5 times more effectively than terrestrial tropical forests. This study aimed to determine the organic carbon storage value of the mangrove forest in Teluk Gilimanuk during September-November 2023. The research utilized a transect quadrat method with dimensions of 10 m x 10 m established in identified vegetation zones. Data on tree carbon storage were analyzed using allometric methods, while sediment samples were analyzed in the laboratory using gravimetric methods. Based on the research findings, six main vegetation zones were identified: Sonneratia, Ceriops, Bruguiera, Avicennia, Rhizophora, and Lumnitzera. The highest carbon storage value for the Teluk Gilimanuk mangrove above ground as found in the Ceriops vegetation zone at 66.03±17.66 tons/ha, whereas the lowest above ground storage was observed in the Bruguiera zone at 18.60±11.88 tons/ha. Regarding below ground carbon storage, the highest value was recorded in the Rhizophora vegetation zone at 44.00±32.57 tons/ha, while the lowest was in the Lumnitzera zone at 13.73±2.41 tons/ha. The Sonneratia vegetation zone exhibited the highest organic sediment carbon storage at 237.51±46.31 tons/ha, whereas the lowest was found in the Avicennia zone at 55,3678.28± tons/ha. The total carbon storage in the Teluk Gilimanuk mangrove forest was calculated at 193.91 tons/ha.
Analisis Morfometrik dan Seks Rasio Kepiting air Tawar (Parathelphusa sp.) di Subak Penarungan Desa Penarungan Kecamatan Mengwi Badung Sitepu, Petrus Holy; Restu, I Wayan; Saraswati, Ni Luh Gede Rai Ayu
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 4 No. 5: April 2025
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jim.v4i5.8690

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis karakter morfometrik dan rasio jenis kelamin pada kepiting air tawar (Parathelphusa sp.) di Subak Penarungan, Mengwi, Badung, Bali. Ekosistem subak yang kaya mendukung berbagai organisme, termasuk kepiting air tawar yang dapat merusak pematang sawah dan menurunkan volume air, sehingga mengganggu produktivitas padi. Penelitian dilakukan pada September 2023 dengan purposive sampling di tiga stasiun (Munduk Umeriyon, Munduk Bucutumpal, dan Munduk Kaping), dengan total 150 ekor yang dikumpulkan melalui penangkapan manual. Sampel diawetkan dalam larutan spritus selama 2–3 hari sebelum dilakukan pengukuran morfometrik. Identifikasi jenis kelamin dilakukan dengan mengamati bentuk abdomen; jantan memiliki abdomen ramping berbentuk T terbalik, sedangkan betina memiliki abdomen bulat dan lebar. Hasil penelitian menunjukkan variasi morfometrik signifikan antara jantan dan betina. Di stasiun Munduk Umeriyon, kepiting jantan cenderung memiliki ukuran yang lebih besar pada lebar karapas dan panjang sternum, sedangkan di Munduk Bucutumpal dan Munduk Kaping, kepiting betina umumnya lebih besar pada sebagian besar parameter yang diukur. Analisis rasio jenis kelamin mengungkapkan dominasi betina, dengan total 112 betina dan 38 jantan, serta rasio masing-masing 1:2,84, 1:2,33, dan 1:4 di tiga stasiun tersebut. Temuan ini memberikan wawasan penting untuk pengelolaan hama pertanian, pengembangan agribisnis, dan konservasi sumber daya perairan secara berkelanjutan.