Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Acute Myeloid Leukemia in a Three-Year-Old Girl Mimicking Chronic Myeloid Leukemia in Blast Crisis, Challenge in Diagnosis and Treatment in Limited-Resourced Health Care Facility: A Case Report Predani, Ni Luh Putu Diaswari; Gunawan, Andre; Mustika, Putu Pradnyanita; Tedja, I Gusti Ayu Wiradari
Indonesian Journal of Cancer Vol 18, No 1 (2024): March
Publisher : http://dharmais.co.id/

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33371/ijoc.v18i1.1073

Abstract

Introduction: : Acute myeloid leukemia (AML) is the second most common hematologic cancer in childhood. Clinically, AML has similar symptoms to other types of leukemias, and diagnosis remains a challenge due to limited access to pediatric hemato-oncology diagnostic examination. This study aims to report AML in a 3-year-old girl who was first suspected of Chronic Myeloid Leukemia (CML) in blast crisis, using a combination of clinical-hematology parameters and conventional morphology examination in a limited-resourced healthcare facility. Case Presentation: A 3-year-old girl was referred from a rural Eastern Indonesia hospital with symptoms of prolonged fever, leucocytosis, severe anemia, and severe thrombocytopenia. In the previous hospital, the patient had a history of hyperleukocytosis and peripheral blood smear suspected of CML in blast crisis. A peripheral blood smear was repeated in our hospital and showed findings of Auer rod cells suggesting AML. Two bags of packed red cells and 2 thrombocyte concentrations were administered before referral for further diagnostic evaluation with bone marrow aspiration. Bone marrow aspiration revealed multiple nucleoli suggested for AML with FAB classification as M4 subtypes, and she received chemotherapy in a tertiary hospitalConclusions: With limited resources, suspicion based on persistent clinical symptoms, routine hematology tests, and peripheral blood smear examination are important to distinguish AML from CML in blast crisis. Understanding clinical hematology parameters and peripheral blood smears is the first step in AML diagnosis pathway and decision for further diagnostic referral. Supportive therapy and early recognition of oncologic emergency must be done before referral to a tertiary referral hospital.
Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kematian Neonatus: Studi Retrospektif di Rumah Sakit Wangaya Denpasar Predani, Ni Luh Putu Diaswari; Bikin Suryawan, I Wayan; Suryaningsih, Putu Siska
Sari Pediatri Vol 25, No 5 (2024)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.5.2024.322-7

Abstract

Latar belakang. Kematian pada masa neonatal masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada bayi dan balita di Indonesia pada tahun 2021 dengan angka kematian bayi di Indonesia 12 dari 1000 bayi lahir hidup. Upaya untuk menurunkan angka kematian neonatus di Indonesia terus dilakukan dengan target 9 per 1000 kelahiran pada tahun 2025. Berat badan lahir rendah, asfiksia, prematuritas, kelainan kongenital serta sepsis menjadi faktor risiko tertinggi kejadian kematian neonatus. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian neonatus di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya, Denpasar.Metode. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional cross-sectional dengan data sekunder menggunakan rekam medis. Teknik pengambilan sampel adalah dengan consecutive sampling dengan total sampel 114 neonatus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel yang diteliti adalah berat badan lahir rendah, asfiksia, prematuritas, kelainan kongenital dan infeksi. Data dianalisis dengan SPSS versi 23 mengunakan uji Chi-square. Hubungan antar variabel dikatakan signifikan apabila nilai p<0,05 dengan interval kepercayaan 95%.Hasil. Faktor yang berhubungan dengan kematian neonatus adalah berat badan lahir rendah (p=0,001 dan RP 2,02 dengan IK 95%: 1,18-3,07), asfiksia (p=0,000 dan RP 2,56 dengan IK 95%: 1,7-3,85) dan usia kehamilan kurang bulan (p=0,000 dan RP 2,52 dengan IK 95%: 1,68-3,89). Sedangkan kelainan kongenital dan infeksi tidak berhubungan secara bermakna dengan kejadian kematian neonatus (p=0,1 RP 1,6; 95%; IK 95%: 1,09-2,44 dan p=0,5 RP 1,14; IK 95%: 0,7-1,68)Kesimpulan. Disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara berat badan lahir rendah, asfiksia dan usia kehamilan kurang bulan dengan kematian neonatus di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya, Denpasar.