Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA MENGENAI AMERICAN SOCIETY OF ANESTHESIOLOGISTS PHYSICAL STATUS (ASAPS) CLASSIFICATION Marting, Millenia; Senapathi, Tjokorda Gde Agung; Wiryana, I Made; Sucandra, I Made Agus Kresna
E-Jurnal Medika Udayana Vol 12 No 2 (2023): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2023.V12.i02.P18

Abstract

Tindakan pembedahan berperanan penting dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan. Namun, setiap tindakan pembedahan pasti memiliki resiko. Oleh karena itu, diperlukan kecermatan para tenaga medis untuk mencegah terjadinya resiko yang tidak diinginkan. Salah satu caranya dengan melakukan evaluasi kondisi fisik pasien menggunakan klasifikasi American Society of Anesthesiologists Physical Status (ASAPS) sebelum melakukan pembedahan. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai American Society of Anesthesiologists Physical Status (ASAPS). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional. Penilaian tingkat pengetahuan dilakukan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 17 butir pertanyaan yang sudah divalidasi. Sampel penelitian berasal dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dipilih menggunakan metode stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 28 (10.3%) mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan baik, 58 (21.4%) mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 185 (68.3%) mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan kurang mengenai ASAPS. Sebanyak 250 (92.3%) responden baru pertama kali mengetahui ASAPS saat mengerjakan kuesioner ini. Hal ini diduga menjadi penyebab mayoritas mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan kurang. Kata kunci: American Society of Anesthesiologists Physical Status (ASAPS), tingkat pengetahuan, mahasiswa kedokteran
Evaluating The Efficacy of MGSO4 as an Adjuvant to 0.5% Bupivacaine in Supraclavicular-Intercostobrachial Nerve Blocks for Upper Extremity Hemodialysis Vascular Access Surgery Albert, Albert; Senapathi, Tjokorda Gde Agung; Sucandra, I Made Agus Kresna
Eduvest - Journal of Universal Studies Vol. 5 No. 6 (2025): Eduvest - Journal of Universal Studies
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/eduvest.v5i6.51263

Abstract

Magnesium sulfate (MgSO₄) has garnered increasing attention as an adjunct to regional anesthesia, particularly for patients with compromised kidney function requiring upper limb surgery for hemodialysis access. While peripheral nerve blocks are commonly selected for their safety and efficacy in such populations, their delayed onset of action can pose a clinical drawback. To address this issue, a randomized clinical study was conducted at RSUP Prof. I.G.N.G. Ngoerah to investigate the benefits of adding 200 mg of 20% MgSO₄ to supraclavicular-intercostobrachial nerve blocks. A total of 28 participants were randomized into two groups: one receiving the magnesium additive and another as a control. The study assessed onset time for full sensory and motor block as well as analgesia duration. Results indicated that patients in the MgSO₄ group experienced faster sensory (average 10.08 minutes) and motor block onset (average 17.98 minutes), compared to the control group (17.19 and 25.19 minutes, respectively). Moreover, the duration of pain relief was substantially extended in the MgSO₄ group, exceeding 470 minutes on average. Secondary observations also revealed a lower intraoperative requirement for fentanyl and a potential regulatory effect on inflammation-related biomarkers, such as neutrophil-to-lymphocyte and platelet-to-lymphocyte ratios. Overall, the findings suggest that MgSO₄ can serve as a valuable and safe enhancer of nerve block performance, especially in vulnerable surgical populations.
MANAJEMEN ANESTESI PADA PASIEN DENGAN TUMOR EXTRAAXIAL REGIO FRONTAL SEC SUSP MENINGIOMA CONVEXITY DENGAN TINDAKAN CRANIOTOMY TUMOR REMOVAL BICORONAL INCISION Khamandanu, Kadek Fabrian; Suarjaya, I Putu Pramana; Sucandra, I Made Agus Kresna
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.43215

Abstract

Tumor otak memerlukan penanganan khusus, terutama dalam aspek anestesi dan perawatan pascaoperasi. Pasien dengan tumor serebri sering menunjukkan gejala peningkatan tekanan intrakranial, seperti sakit kepala, mual, muntah, gangguan kesadaran, serta defisit neurologis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi anestesi dan manajemen perioperatif pada pasien dengan tumor otak guna menjaga stabilitas hemodinamik dan perfusi serebral. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada seorang pria berusia 52 tahun yang dirujuk dengan diagnosis tumor serebri. Pasien mengalami penurunan daya ingat progresif selama empat bulan terakhir, disertai perubahan perilaku menjadi lebih pendiam. Evaluasi praoperasi menunjukkan kesadaran yang baik tanpa gejala nyeri kepala, muntah, atau gangguan penglihatan. Anamnesis mengungkapkan riwayat dua kali operasi otak akibat kecelakaan tahun 2003. Anestesi dilakukan dengan teknik neuroanestesi yang mencakup Target Controlled Infusion (TCI), low flow anesthesia (LFA), serta penggunaan fentanil dan rocuronium untuk menjaga keseimbangan tekanan intrakranial. Pascaoperasi, pasien menjalani pemantauan intensif di ICU selama 48 jam dengan parameter fisiologis stabil, meskipun terdapat leukositosis sebagai respons inflamasi. Pemberian analgesik fentanyl efektif dalam mengontrol nyeri dan mencegah agitasi selama pemulihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan anestesi multimodal dan pemantauan ketat berkontribusi terhadap keberhasilan operasi dan pemulihan pasien. Intervensi yang tepat dalam manajemen intraoperatif dan pascaoperasi sangat penting untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan prognosis pasien.