Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Representasi Diri Gelandangan di Kota Semarang Luthfiana, Nusaiba; Oktafiana, Sofi Dwi; Rakhma, Nurhida
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 11, No 2 (2019): Juli 2019
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v11i2.22570

Abstract

Keberadaan lingkungan di jalanan yang bebas dan kurang normatif turut memengaruhi sudut pandang kaum gelandangan mengenai kehidupan mereka. Dengan hadirnya lingkungan yang berbeda tersebut membuat kaum gelandangan mengalami perubahan mengenai perspektif hidupnya, termasuk cara mereka dalam merepresentasikan diri dengan lingkungan barunya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana gambaran gelandangan merepresentasikan diri di Kota Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Sumber data dalam penelitian ini adalah gelandangan yang telah hidup menggelandang di jalanan lebih dari 2 tahun. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengecekan keabsahan menggunakan triangulasi sumber, teknik pengumpul data, serta triangulasi waktu. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data melalui pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini adalahgelandangan merepresentasikan diri di jalanan dengan cara terlibat pergaulan bebas dengan anak jalanan, menjalin hubungan relasi pertemanan, merasa malu hidup di jalanan, dan mengalami gangguan kesehatan. Ditemukan tema terkait hubungan dengan anak yaitu gelandangan merefleksikan hidupnya dijalanan dengan rasa frustrasi karena sikap anak yang sulit dikontrol dan adanya perasaan bersalah terhadap anak. The existence of a free and less normative environment on the streets also influences the vantage point of view of their lives. With the presence of a different environment makes homeless people experience changes regarding their life perspective, including the way they represent themselves with their new environment.The purpose of this study is to find out how the vagrant image represents itself in the city of Semarang. The type of research used is qualitative research using the phenomenology approach. The data sources in this study were homeless people who had been living on the streets for more than 2 years. Data collection techniques used were interviews, observation, and documentation. Validity checking techniques use source triangulation, data collection techniques, and time triangulation. The data analysis technique used is data analysis techniques through the phenomenology approach. The results of this study were that homeless people represented themselves on the streets by engaging in promiscuity with street children, establishing friendship relations, feeling ashamed to live on the streets, and experiencing health problems. Found a theme related to the relationship with children, namely homeless, reflecting his life on the streets with frustration because of the child's attitude that is difficult to control and the feeling of guilt towards children.
Peran Kesejahteraan di Tempat Kerja terhadap Keinginan untuk Tetap bertahan pada Milenial Luthfiana, Nusaiba; Zamralita, Zamralita; Idulfilastri, Rita Markus
GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan dan Konseling Vol 13, No 4 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/gdn.v13i4.8261

Abstract

This research investigates the role of workplace well-being on Millennials'  intention to stay. Intention to stay refers to a person's tendency to stay in the organization where they work for a more extended period. Workplace well-being is a sense of well-being obtained from work related to the feelings of workers in general (core affect) and intrinsic and extrinsic work values. A cross-sectional survey design was used in this study. Data was collected through a Google form distributed to employees in the Jabodetabek area aged 27-40 with a minimum of 1 year of working experience, and the last education was high school or equivalent—the completed questionnaire obtained 211 answers. The instrument for measuring the will to survive uses the Intention to Stay Scale adaptation scale from Kyndt et al. (2009), and well-being at work is measured by the Work Well-Being Questionnaire from Parker and Hyett (2014). The statistical analysis used was descriptive statistics, Spearman correlation statistics, Confirmatory Factor Analysis (CFA), and exponential regression. There is a positive and significant role of workplace well-being on intention to stay in Millennials with an R square of 0.821, and the regression equation is Y = 1.431 + 0.255 X. Research has shown that when employees feel cared for, valued, and supported at work, they tend to have higher intentions to stay employed.
Pemberdayaan Karyawan Melalui Program Kesejahteraan: Meningkatkan Kebahagiaan dan Komitmen di Tempat Kerja Luthfiana, Nusaiba; Randiyanto Mantulu, Muhamad; Zamralita, Zamralita
DEDIKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6 No 2 (2024): Dedikasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, Juli-Desember 2024
Publisher : Pusat Pengabdian Masyarakat LPPM IAIN Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32332/22fwpd17

Abstract

Pengabdian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak dari implementasi program kesejahteraan di tempat kerja terhadap tiga aspek penting karyawan: kebahagiaan, komitmen, dan kinerja. Program kesejahteraan yang dikaji dalam pengabdian ini bersifat komprehensif, mencakup berbagai aspek seperti kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesejahteraan emosional karyawan. Melalui survei dan analisis data yang melibatkan 8 karyawan, pengabdian ini menemukan adanya korelasi positif antara program kesejahteraan yang komprehensif dengan peningkatan kepuasan kerja, loyalitas (yang tercermin dari penurunan tingkat turnover), dan produktivitas (yang terlihat dari peningkatan output rata-rata). Hasil pengabdian ini memberikan bukti empiris yang mendukung pentingnya investasi dalam program kesejahteraan karyawan. Dengan memprioritaskan kesejahteraan karyawan, perusahaan tidak hanya dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif dan suportif, tetapi juga dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas secara keseluruhan. Temuan ini relevan bagi para pemimpin perusahaan dan praktisi sumber daya manusia yang ingin mengembangkan strategi untuk meningkatkan keterlibatan dan efektivitas karyawan.
Keinginan untuk Tetap Bertahan Gen Z: Peran Kesejahteraan di Tempat Kerja Luthfiana, Nusaiba
Psikobuletin:Buletin Ilmiah Psikologi Vol 5, No 1 (2024): Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/pib.v5i1.24542

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki peran kesejahteraan di tempat kerja terhadap niat Gen Z untuk bertahan. Intention to stay mengacu pada kecenderungan seseorang untuk bertahan dalam organisasi tempatnya bekerja dalam jangka waktu yang lebih lama. Workplace well-being merupakan rasa sejahtera yang diperoleh dari pekerjaan yang berkaitan dengan perasaan pekerja secara umum. Desain survei cross-sectional digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui Google form yang dibagikan kepada pegawai di wilayah Jabodetabek berusia 20-26 tahun dengan pengalaman kerja minimal 1 tahun dan pendidikan terakhir SMA atau sederajat. Kuesioner yang diselesaikan, diperoleh 160 jawaban. Instrumen pengukuran keinginan untuk tetap bertahan menggunakan skala Intention to Stay Scale dan kesejahteraan di tempat kerja diukur dengan Work Well-Being Questionnaire. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif, statistik korelasi Pearson, Confirmatory Factor Analysis, dan regresi eksponensial. Ada peran positif dan signifikan kesejahteraan di tempat kerja terhadap niat untuk bertahan di Gen Z Penelitian menunjukkan bahwa ketika karyawan merasa diperhatikan, dihargai, dan didukung di tempat kerja, mereka cenderung memiliki niat yang lebih tinggi untuk tetap bekerja.