Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

SESAR NAIK KALI JEBUG SEBAGAI INDIKASI PENGONTROL NAIKNYA BATUAN PRATERSIER DI KARANGSAMBUNG, KABUPATEN KEBUMEN-JAWA TENGAH Widagdo, Asmoro; Setijadi, Racmad; Purwasatriya, Eko Bayu; Suman, Huzaeli Latief; Aditama, Maulana Rizki; Laksono, FX Anjar Tri
Prosiding Seminar Teknologi Kebumian dan Kelautan Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Prosiding Seminar Teknologi Kebumian dan Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.103 KB)

Abstract

Kemunculan komplek batuan melang berumur pra-tersier di daerah Karangsambung, Jawa Tengah merupakan hal yang masih menjadi perdebatan dan telah melahirkan berbagai pendapat yang menjelaskannya. Struktur lipatanantiklin, sesar naik dan sesar mendatar yang dijumpai di sekitar daerah ini dapat menjadi penyebab kemunculan batuan tertua di Pulau Jawa ini. Penelitian ini dilakukan guna menjelaskan kontrol struktur geologi tertentu yang menyebabkan kemunculan batuan berumur Pra-Tersied di sekitar batuan berumur Tersier di Karangsambung. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan kajian struktur geologi pada batas selatan batuan Pra-Tersier. Pemetaansebaran batuan Pra-Tersier dan Tersier serta pengukuran unsur struktur sesar dilakukan pada batas ini. Analisis dilakukan dengan membuat penampang geologi, analisis stereografis data sesar dan lipatan. Sesar Naik Kali Jebugdengan kedudukan N250E/40N pitch 70 ke arah NE telah mengontrol kemunculan batuan Pra-Tersier di Karangsambung. Sesar naik miring ke utara ini menjadi batas batuan Pra-Tersier dan Batuan Formasi Karangsambung yang berumur Eosen di selatan. Sesar ini dihasilkan oleh gaya utama berarah Utara-Selatan yang bekerja pada batuan dasar dan mengasilkan antiklin dan sinklin di daerah Karangsambung.
Investigasi Kerentanan Tanah Berpotensi Likuifikasi Menggunakan Metode Mikroseismik Di Wilayah Prambanan, Yogyakarta Aditama, Maulana Rizki; Saadi, Achmad Gunar; Nurcahya, Budi Eka
Dinamika Rekayasa Vol 16, No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Dinamika Rekayasa - Agustus 2020
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.dr.2020.16.2.323

Abstract

Metode mikroseismik merupakan suatu metode pasif seismik yang menggunakan sumber pasif bumi. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis potensi efek kerentanan tanah di sekitar wilayah Prambanan, Yogyakarta, Indonesia. Studi kali ini berlandaskan pada teori gempa bumi yang dapat memicu mengaktifkan bahaya lain seperti likuifaksi yang disebabkan karena tanah kehilangan kekuatan akibat kehilangan tegangan yang berasal dari pori batuan yang terisi oleh fluida. Dengan demikian, informasi tentang potensi likuifaksi diperlukan untuk mencegah kerusakan, pada hal ini terfokus pada candi Prambanan. Teknik pengukuran dan analisis mikrotremor telah berhasil untuk mengidentifikasi keberadaan kerentanan tanah dan potensinya terhadap likuifaksi dengan cara mikrozonasi di banyak tempat di seluruh dunia. Makalah ini menyajikan studi eksperimental mikrotremor untuk penyelidikan karakteristik tanah berdasarkan tiga parameter seismik pasif yaitu frekuensi dominan (f0), amplifikasi (A0), dan indeks kerentanan seismic (SVI). Dilakukan pengambilan data sebanyak 56 titik titik di sekitar candi Prambanan untuk menyelidiki sifat-sifat tanah di daerah ini. Dalam hasil penelitian ini, perlu dicatat bahwa karakteristik mikrotremor tergantung pada jenis endapan tanah dengan menghasilkan nilai amplifikasi diatas 4 dan nilai indeks SVI berada pada 20 - 100.  Dengan demikian, wilayah penelitian termasuk pada zona berbahaya potensi likuifaksi apabila terjadi gempa lokal maupun regional, terkhusus di wilayah utara dan timur, dibuktikan dengan distribusi nilai Ao dan SVI yang tinggi. Peta mikrozonasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pembangunan dan perencanaan kota di sekitar Prambanan dan mendorong inovasi untuk mengurangi dampak kerentanan seismik dan likuifaksi di sekitar Candi Prambanan
Tholeiitic Basalt in Banyumas Basin (Kebasen, Central Java): The Evidence of Sedimentary Recycling Input and the Contribution of Oceanic Slab on Fore-arc Active Continental Margin (ACM) Magmatism fadlin, fadlin; Godang, Shaban; Ariyanti, Nita; Hamzah, Wildan Nur; Aditama, Maulana Rizki
Indonesian Journal on Geoscience Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : Geological Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6942.936 KB) | DOI: 10.17014/ijog.8.2.233-253

Abstract

DOI:10.17014/ijog.8.2.233-253The study of tholeiitic basalt is a general-classic study from geotectonic MORB, ocean island (OIB), continental rift, volcanic-arcs {IAB or Active Continental Margin (ACM)}. However, the geotectonic study of the tholeiitic volcanic-arcs is still unclear at the moment. In general, the arc tholeiitic is directly pointed to an island-arc volcanic, and the result of google search engine defines no existence of tholeiitic geochemistry which is formed from continental-arc volcanic (ACM). The problem lies in the model of discrimination diagram which is not able to discriminate ACM from the island arc volcanic. The spider diagram shows relatively similar of patterns as well as in the use of the isotope 143Nd/144Nd versus 87Sr/86Sr. Tholeiitic Kebasen pillow lava exhibits a slightly hydrothermal alteration (propyilitic alteration) which consists of plagioclase (labradorite-bytownite), olivine, pyroxene (diopside), hornblende, volcanic glass and other secondary minerals (such as iddingsite, zeolite, carbonate, sericite and opaque minerals). The results of the interpretation using the overlay diagram of Mg# and FeO(t)/MgO, diagram Nb/La vs. La/Yb, the overlaid diagram between the diagram of Zr/Y vs. Zr, newly developed diagram for sedimentary recycling (Th/Ce vs. SiO2) reveal the Kebasen lava is a differentiated tholeiitic rock with relatively low of Mg# (Mg# < 55) which is generated from geotectonic forearc ACM (Active Continental Margin) and involves the sedimentary recycling (Th/Ce > 0.1); furthermore, the trace element constituent is interpreted based upon the melting of oceanic slab (Zr/Y ~ 3). The magmatism of Kebasen lava is potentially formed at temperature of ~ 1240 oC and a pressure of ~ 1.7 GPa at the depth of ~ 56 Km.
Tholeiitic Basalt in Banyumas Basin (Kebasen, Central Java): The Evidence of Sedimentary Recycling Input and the Contribution of Oceanic Slab on Fore-arc Active Continental Margin (ACM) Magmatism fadlin, fadlin; Godang, Shaban; Ariyanti, Nita; Hamzah, Wildan Nur; Aditama, Maulana Rizki
Indonesian Journal on Geoscience Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : Geological Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17014/ijog.8.2.233-253

Abstract

DOI:10.17014/ijog.8.2.233-253The study of tholeiitic basalt is a general-classic study from geotectonic MORB, ocean island (OIB), continental rift, volcanic-arcs {IAB or Active Continental Margin (ACM)}. However, the geotectonic study of the tholeiitic volcanic-arcs is still unclear at the moment. In general, the arc tholeiitic is directly pointed to an island-arc volcanic, and the result of google search engine defines no existence of tholeiitic geochemistry which is formed from continental-arc volcanic (ACM). The problem lies in the model of discrimination diagram which is not able to discriminate ACM from the island arc volcanic. The spider diagram shows relatively similar of patterns as well as in the use of the isotope 143Nd/144Nd versus 87Sr/86Sr. Tholeiitic Kebasen pillow lava exhibits a slightly hydrothermal alteration (propyilitic alteration) which consists of plagioclase (labradorite-bytownite), olivine, pyroxene (diopside), hornblende, volcanic glass and other secondary minerals (such as iddingsite, zeolite, carbonate, sericite and opaque minerals). The results of the interpretation using the overlay diagram of Mg# and FeO(t)/MgO, diagram Nb/La vs. La/Yb, the overlaid diagram between the diagram of Zr/Y vs. Zr, newly developed diagram for sedimentary recycling (Th/Ce vs. SiO2) reveal the Kebasen lava is a differentiated tholeiitic rock with relatively low of Mg# (Mg# < 55) which is generated from geotectonic forearc ACM (Active Continental Margin) and involves the sedimentary recycling (Th/Ce > 0.1); furthermore, the trace element constituent is interpreted based upon the melting of oceanic slab (Zr/Y ~ 3). The magmatism of Kebasen lava is potentially formed at temperature of ~ 1240 oC and a pressure of ~ 1.7 GPa at the depth of ~ 56 Km.
Integrated Subsurface Analysis of Thickness and Density for Liquefaction Hazard: Case Study of South Cilacap Region, Indonesia. Maulana Rizki Aditama; Huzaely Latief Sunan; FX Anjar Tri Laksono; Gumilar Ramadhan; Sachrul Iswahyudi; Fadlin
Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and Technology Vol. 6 No. 1 (2021): JGEET Vol 06 No 01 : March (2021)
Publisher : UIR PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/jgeet.2021.6.1.5892

Abstract

The thickness of the liquefable layer can be the factor inducing liquefaction hazard, apart from seismicity. Several studies have been conducted to predict the possibility of the liquefable layer based on the filed sampling. However, a detailed investigation of the subsurface interpretation has not been defined, in particular the thickness estimation of the liquefable layer. This study is carried out in south Cilacap area where potential liquefaction is exists due to the earthquake history data and near surface condition. The aim of this study is to investigate the physical properties and thickness distribution using GGMplus gravity data and resistivity data. This research is conducted by spectrum analysis of gravity model and 2D resistivity model . This study’s main results is by performing the residual gravity anomaly with the associated SRTM/DEM data to define the subsurface physical distribution and structural orientation of the area. Residual gravity anomaly is also separated through the low pass filter in order to have robust interpretation. The residual anomaly indicates that the area has identical structural pattern with geological and SRTM map. The results show a pattern of high gravity index in the northeast area of ​​the study having range of 70 – 115 MGal gravity index, associated with the volcanic breccia, and a low gravity profile with less than 65 in the southwest, associated with the alluvial and water table dominated distribution. The thickness of Alluvial is determined by resistivity model with H1 at a range of 3 meters and H2 at a range of 4 m. This research is included in the potential liquefaction category with the potential for a large earthquake.
Tholeiitic Basalt in Banyumas Basin (Kebasen, Central Java): The Evidence of Sedimentary Recycling Input and the Contribution of Oceanic Slab on Fore-arc Active Continental Margin (ACM) Magmatism fadlin fadlin; Shaban Godang; Nita Ariyanti; Wildan Nur Hamzah; Maulana Rizki Aditama
Indonesian Journal on Geoscience Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : Geological Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17014/ijog.8.2.233-253

Abstract

DOI:10.17014/ijog.8.2.233-253The study of tholeiitic basalt is a general-classic study from geotectonic MORB, ocean island (OIB), continental rift, volcanic-arcs {IAB or Active Continental Margin (ACM)}. However, the geotectonic study of the tholeiitic volcanic-arcs is still unclear at the moment. In general, the arc tholeiitic is directly pointed to an island-arc volcanic, and the result of google search engine defines no existence of tholeiitic geochemistry which is formed from continental-arc volcanic (ACM). The problem lies in the model of discrimination diagram which is not able to discriminate ACM from the island arc volcanic. The spider diagram shows relatively similar of patterns as well as in the use of the isotope 143Nd/144Nd versus 87Sr/86Sr. Tholeiitic Kebasen pillow lava exhibits a slightly hydrothermal alteration (propyilitic alteration) which consists of plagioclase (labradorite-bytownite), olivine, pyroxene (diopside), hornblende, volcanic glass and other secondary minerals (such as iddingsite, zeolite, carbonate, sericite and opaque minerals). The results of the interpretation using the overlay diagram of Mg# and FeO(t)/MgO, diagram Nb/La vs. La/Yb, the overlaid diagram between the diagram of Zr/Y vs. Zr, newly developed diagram for sedimentary recycling (Th/Ce vs. SiO2) reveal the Kebasen lava is a differentiated tholeiitic rock with relatively low of Mg# (Mg# < 55) which is generated from geotectonic forearc ACM (Active Continental Margin) and involves the sedimentary recycling (Th/Ce > 0.1); furthermore, the trace element constituent is interpreted based upon the melting of oceanic slab (Zr/Y ~ 3). The magmatism of Kebasen lava is potentially formed at temperature of ~ 1240 oC and a pressure of ~ 1.7 GPa at the depth of ~ 56 Km.
Interpretasi Struktur Geologi Berdasarkan Fault Fracture Density (FFD) dan Implikasinya Terhadap Potensi Likuefaksi di Daerah Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah Huzaely Latief Sunan; Akhmad Khahlil Gibran; Maulana Rizki Aditama; Sachrul Iswahyudi; Fajar Rizki Widiatmoko; Asmoro Widagdo; FX Anjar Tri Laksono
EKSPLORIUM Vol 42, No 1 (2021): Mei 2021
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/eksplorium.2021.42.1.6129

Abstract

ABSTRAK Keberadaan struktur geologi sering dikaitkan dengan bencana tanah longsor dan gempa bumi. Daerah Kalibening merupakan lokasi yang cukup menarik untuk dilakukan penelitian terkait hal tersebut. Daerah ini tersusun atas satuan batuan berumur Pleistosen dan Resen. Berdasarkan stratigrafinya, batuan tersebut terpotong oleh struktur sesar. Hal ini berarti menjadikan sesar di daerah tersebut termasuk dalam kategori sesar aktif. Morfologi yang tinggi dengan suatu cekungan di tengahnya mengindikasikan bahwa daerah tersebut pembentukannya dipengaruhi oleh sesar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola struktur geologi yang mengontrol daerah penelitian. Untuk menentukan pola struktur geologi, digunakan metode pemetaan struktur Fault Fracture Density (FFD) yang dikombinasikan dengan peta residual anomali Bouguer dan peta kelurusan hillshade. Secara umum, hal yang paling penting dalam mempelajari struktur geologi adalah geometri elemen struktur. Model konseptual struktur geologi selanjutnya digunakan untuk menganalisis potensi likuefaksi yang ada pada daerah penelitian. Interpretasi struktur menunjukkan adanya sesar mendatar dekstral yang diikuti sesar-sesar penyerta dan cekungan pull-apart yang diduga merupakan hasil pensesaran normal yang timbul dari mekanisme strike-slip. Sesar mendatar dekstral ini menghasilkan cekungan yang terisi oleh sedimen lepas yang rentan mengalami likuefaksi jika terjadi gempa bumi dan gerakan tanah. Kajian ini menyimpulkan bahwa daerah Kalibening rentan terjadi likuefaksi karena adanya pergerakan sesar mendatar dekstral, sedimen lepas yang mendominasi daerah penelitian, dan muka air tanah yang dangkal. ABSTRACT The existence of geological structures is often associated with landslides and earthquakes. The Kalibening area is an interesting location for research on that purpose. This area is composed of Pleistocene and Recent rocks units. Based on its stratigraphy, the rocks in the area are truncated by fault structure. It means that the fault in the area is categorized as an active fault. The high morphology and a basin existence on its center indicate that the area formation was controlled by faults. The research is carried out to determine the trend of the geological structures that control the study area. To determine the trend of the geological structure, a structural mapping method of Fault Fracture Density (FFD) map combined with the Bouguer anomaly residual map and hillshade lineaments map is used. In general, the most important thing in the study of structural geology is the geometry of the structural elements. The conceptual model of geological structures is subsequently used to analyze the liquefaction potential of the study area. The interpretation of the structures shows the existence of dextral strike-slip fault followed by companion faults and pull-apart basin that is inferred as the result of normal faulting in the strike-slip mechanism. The dextral strike-slip fault produces a basin filled with loose sediment that is prone to liquefaction in the event of an earthquake and ground motion. This study concludes that the Kalibening area is prone to liquefaction due to the existence of the movement of dextral strike-slip fault, loose sediments that dominate the study area, and shallow groundwater table.
KONTROL STRUKTUR GEOLOGI PADA KEMUNCULAN MATA AIR PANAS BUMI DAERAH SUBANG, JAWA BARAT Sachrul Iswahyudi; Muhamad Afirudin Pamungkas; Huzaely Latief Sunan; Maulana Rizki Aditama
Jurnal Geosaintek Vol 5, No 3 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j25023659.v5i3.6237

Abstract

Mata air panas Ciniru dan Subang terletak dibagian tenggara Gunung Ciremai, tepatnya terletak di Desa Subang, Kecamatan Subang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Terdapat 3 manifestasi panas bumi berupa mata air panas di Daerah Subang, yaitu 2 mata air panas di Daerah Ciniru dan 1 mata air panas Daerah Subang. Mata air panas Ciniru 1 keluar dari litologi batulempung, terdapat beberapa keluaran pada satu lokasi yang saling berdekatan, memiliki sinter travertin, rasa asin dan warna air berwarna coklat. Mata air panas Ciniru 2 keluar dari rekahan batuan yang terdapat di bawah tebing dengan litologi batupasir. Sedangkan mata air panas Subang keluar dari rekahan batupasir. Penelitian ini menggunakan metode pemetaan geologi, analisis anomali gaya berat, dan geokimia air mata air panas. Ketiga mata air panas terletak pada suatu kelurusan struktur geologi yang berarah relatif utara-selatan. Kehadiran stuktur geologi mengontrol kemunculan mata air panas di daerah penelitian. Beberapa struktur yang ditemukan adalah sesar mendatar kiri, sesar naik, dan lipatan sinklin dan antiklin. Berdasarkan analisis anomali residual dan geologi menunjukan perbedaan anomali yang signifikan yang kemudian diinterpretasikan sebagai daerah dengan litologi kompak batuan beku dengan densitas 2.8 - 3.1 gr/cm3; dan zona permeabel struktur geologi dengan densitas 1.97 - 2.6 gr/cm3. Ketiga manifestasi masuk dalam tipe air klorida, memiliki satu reservoir yang sama, memiliki temperature dari 136°C-159°C, dan tergolong sebagai sistem panas bumi temperatur sedang. 
Perhitungan Volume Stockpile Menggunakan Metode Cut And Fill Sebagai Upaya Penyelamatan Aset di Kabupaten Semarang Sachrul Iswahyudi; Muhamad Afirudin Pamungkas; Huzaely Latief Sunan; Maulana Rizki Aditama
Jurnal Geosaintek Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (944.152 KB) | DOI: 10.12962/j25023659.v4i2.4297

Abstract

Batubara merupakan sumber energi paling melimpah yang dimiliki Indonesia. Menyadari fenomena tersebut, pemerintah mencanangkan program peralihan sumber energi dari minyak bumi menjadi batubara untuk dapat dimanfaatkan oleh sektor industri sebagai upaya penghematan penggunaan BBM. Proses pengolahan batubara diawali dari penambangan pada pit kemudian penimbunan di stockpile.Lokasi stockpile salah satunya berada di pesisir utara Kabupaten Semarang. Berada di salah satu area yang rawan terhadap kenaikan permuakaan air laut, membuat stockpile  menjadi tenggelam ketika air laut pasang. Oleh karena itu sebagai upaya penyelamatan dari hilangnya status hak terhadap stockpile tersebut, kegiatan penimbunan perlu dilakukan. Metode penimbunan yang dilakukan adalah pemetaan volume  galian/timbunan (Cut/Fill). Perhitungan volume timbunan didasarkan   dari  pengukuran beda tinggi   pada  spotheight  di area penelitian dengan metode grid volumes. Perhitungan volume timbunan pada penelitian ini dilakukan dengan dua alternatif elevasi lokal. Hasil perhitungan menunjukkan volume timbunan  berdasarkan elevasi pondasi  pabrik  meubel lebih besar daripada elevasi pondasi pabrik  Sido Muncul.
Sesar Purworejo Sebagai Batas Timur Pegunungan Serayu Selatan Asmoro Widagdo; Subagyo Pramumijoyo; Agung Harijoko; Rachmad Setijadi; Eko Bayu Purwasatriya; Huzaely Latief Sunan; Maulana Rizki Aditama; FX Anjar Tri Laksono
Dinamika Rekayasa Vol 17, No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Dinamika Rekayasa - Februari 2021
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.dr.2021.17.1.335

Abstract

Struktur ekstensional Purworejo berada di bagian timur Pegunungan Serayu Selatan. Struktur ini adalah batas Pegunungan Serayu Selatan di bagian timur. Bagaimana pengaruh struktur ini dalam hubungan geologis Pegunungan Serayu Selatan dan Pegunungan Kulon Progo merupakan permasalahan penting, untuk itu menjelaskan kondisi geologis daerah ini perlu dilakukan. Penelitian dilakukan dengan meninjau data lapangan tentang struktur dan litologi yang berkembang di daerah sekitar patahan Purworejo. Distribusi batuan Gunung Gajah Barat merupakan indikasi keberadaan struktur patahan ekstensional Purworejo. Distribusi facies-medial Gunung Gajah Barat terpotong dan menjadi sempit di barat, sedangkan ke utara sangat luas. Fasies medial Gunung Gajah Barat terdiri dari lava andesit, breksi andesit dan batupasir tufaana. Di sebelah barat, patahan normal Purworejo ditemukan batuan yang berbeda dalam bentuk breksi polimik dengan fragmen batuan andesit, blok breksi andesit, blok batu pasir karbonatan, dan blok napal. Hasil analisis gores-garis pada garis patahan ini menunjukkan gaya kompresional minimum (T3) berarah barat ke barat laut yang telah bekerja untuk membuat patahan normal Utara-Selatan (N-S). Kehadiran gaya ini dengan kompresi utama / area Kompresi (T1) secara vertikal telah bekerja untuk membuat sesar normal dengan kemiringan ke barat