Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Investigasi Kerentanan Tanah Berpotensi Likuifikasi Menggunakan Metode Mikroseismik Di Wilayah Prambanan, Yogyakarta Aditama, Maulana Rizki; Saadi, Achmad Gunar; Nurcahya, Budi Eka
Dinamika Rekayasa Vol 16, No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Dinamika Rekayasa - Agustus 2020
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.dr.2020.16.2.323

Abstract

Metode mikroseismik merupakan suatu metode pasif seismik yang menggunakan sumber pasif bumi. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis potensi efek kerentanan tanah di sekitar wilayah Prambanan, Yogyakarta, Indonesia. Studi kali ini berlandaskan pada teori gempa bumi yang dapat memicu mengaktifkan bahaya lain seperti likuifaksi yang disebabkan karena tanah kehilangan kekuatan akibat kehilangan tegangan yang berasal dari pori batuan yang terisi oleh fluida. Dengan demikian, informasi tentang potensi likuifaksi diperlukan untuk mencegah kerusakan, pada hal ini terfokus pada candi Prambanan. Teknik pengukuran dan analisis mikrotremor telah berhasil untuk mengidentifikasi keberadaan kerentanan tanah dan potensinya terhadap likuifaksi dengan cara mikrozonasi di banyak tempat di seluruh dunia. Makalah ini menyajikan studi eksperimental mikrotremor untuk penyelidikan karakteristik tanah berdasarkan tiga parameter seismik pasif yaitu frekuensi dominan (f0), amplifikasi (A0), dan indeks kerentanan seismic (SVI). Dilakukan pengambilan data sebanyak 56 titik titik di sekitar candi Prambanan untuk menyelidiki sifat-sifat tanah di daerah ini. Dalam hasil penelitian ini, perlu dicatat bahwa karakteristik mikrotremor tergantung pada jenis endapan tanah dengan menghasilkan nilai amplifikasi diatas 4 dan nilai indeks SVI berada pada 20 - 100.  Dengan demikian, wilayah penelitian termasuk pada zona berbahaya potensi likuifaksi apabila terjadi gempa lokal maupun regional, terkhusus di wilayah utara dan timur, dibuktikan dengan distribusi nilai Ao dan SVI yang tinggi. Peta mikrozonasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pembangunan dan perencanaan kota di sekitar Prambanan dan mendorong inovasi untuk mengurangi dampak kerentanan seismik dan likuifaksi di sekitar Candi Prambanan
Mikrozonasi Berdasarkan Data Mikrotremor dan Kecepatan Gelombang Geser di Kotamadya Yogyakarta Purnama, Aditya Yoga; Nurcahya, Budi Eka; Nurhanafi, Kholis; Perdhana, Radhitya
POSITRON Vol 11, No 2 (2021): Vol. 11 No. 2 Edition
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Univetsitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/positron.v11i2.46860

Abstract

Gempabumi Yogyakarta dengan magnitude 6,3 Skala Richter yang terjadi pada tahun 2006 menyebabkan kerusakan bangunan di Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Kerusakan banyak terjadi di daerah sedimen Yogyakarta daripada di perbukitan Wonosari yang memiliki lapisan lebih keras. Kerusakan ini mengindikasikan adanya kontrol efek tapak lokal. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan daerah rawan kerusakan gempabumi di Kotamadya Yogyakarta berdasarkan analisis kurva Horizontal-to-Vertical Spectral Ratio (HVSR) dan mengetahui litologi bawah permukaan berdasarkan ground profiles kecepatan gelombang geser (Vs) dengan metode inversi kurva HVSR. Penelitian dilakukan di Kotamadya Yogyakarta dan sekitarnya yang dibatasi pada koordinat 7o45’58.09’’- 7o50’59.01’’ Lintang Selatan dan 110o19’7.87’’-110o24’35.43’’ Bujur Timur. Data mikrotremor sebanyak 280 diolah menggunakan metode HVSR. Proses inversi HVSR juga dilakukan untuk memperkirakan model perlapisan tanah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nilai frekuensi dominan (fo) di Kotamadya Yogyakarta dan sekitarnya berkisar antara 1,1-5,8 Hz, nilai amplifikasi (A0) berkisar antara 1-21, nilai Vs30 berkisar antara 210-376 m/s. Hasil inversi menunjukkan bahwa ketebalan lapisan sedimen di Kotamadya Yogyakarta dan sekitarnya berkisar antara 104 meter hingga 262 meter. Persebaran daerah lebih rentan secara seismik terdapat pada nilai amplifikasi tinggi sebesar 9-21 dengan rentang frekuensi 1,1-2,3 Hz yaitu di Kecamatan Sewon, Banguntapan dan Umbulharjo. Sebaran lokasi kejadian likuifaksi bersesuaian dengan nilai kecepatan gelombang geser rendah dengan rentang 210-262 m/s dengan jenis tanah sedang (SD) yaitu di Kecamatan Sewon, Banguntapan dan Umbulharjo.
Seismic Interpretation Using RMS Amplitude and Envelope Attributes to Identify Hydrocarbon Prospects in the “CAT” Field, Central Sumatra Basin Sulaiman, Ryan; Adhi, M. Aryono; Nurcahya, Budi Eka
Rekayasa : Jurnal Penerapan Teknologi dan Pembelajaran Vol. 21 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/rekayasa.v21i1.19597

Abstract

To enhance oil production rates, optimising idle wells with reserve potential and continuing exploration efforts to discover new hydrocarbon resources are necessary. The CAT Field in the Central Sumatra Basin is one of Indonesia's prospective oil and gas-producing areas. This study aims to identify and map the distribution of sandstone reservoirs through 3D seismic data interpretation using RMS Amplitude and Envelope seismic attributes. The data used are secondary data from a reflection seismic survey processed at the Energy Study Centre. The interpretation stages include well-to-seismic tie, horizon picking, time structure mapping, and seismic attribute analysis. The interpretation results show that RMS Amplitude values in the Duri Formation range from 0.80 to 5.60, while in the Bekasap Formation, they range from 0.00 to 4.00. The Envelope attribute values in the Duri Formation range from 0.60 to 8.40, and from 0.50 to 6.00 in the Bekasap Formation. High attribute value zones are consistently detected around wells CAT_01, CAT_03, and northwest of CAT_02, corresponding to elevated topography based on the time structure map. These findings indicate potential hydrocarbon accumulation in the area, making it a prime target for field development and revitalisation. Seismic attribute interpretation offers an efficient exploration approach and supports future sustainable exploration efforts.
Identification of Hydrocarbon Reservoir Distribution Using Seismic Attributes: RMS Amplitude and Sweetness in the Bani Field, South Sumatra Basin Tamba, Shallsa Bella. W; Adhi, M. Aryono; Nurcahya, Budi Eka
Rekayasa : Jurnal Penerapan Teknologi dan Pembelajaran Vol. 21 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/rekayasa.v21i2.20846

Abstract

The Bani Field is in the South Sumatra basin, which is considered to have potential hydrocarbon reserves. The seismic reflection method is one method that can be used to describe geological conditions. In addition, this method is also able to provide analyses related to the presence of hydrocarbon reserves in the form of oil and gas, where one of the analyses that can be used is seismic attributes. In this study, the seismic attributes used are the RMS Amplitude and the Sweetness attribute, both of which play a role in identifying subsurface structures and determining hydrocarbon indicators. This study was conducted to analyze the results of the application of the RMS amplitude attribute and the sweetness attribute in determining the distribution of hydrocarbon reservoirs and analyzing the results of the application of the variance attribute in detecting the fault structure of the Bani Field. From the results of the analysis using the RMS amplitude attribute, the Batu Raja Formation layer describes a good response with a yellow to reddish brown color scale with a value scale between 220,000 to 320,000 ms, while the Talang Akar Formation layer describes a good response with a value scale of 160,000 to 240,000 ms. The analysis using the sweetness attribute confirmed the interpretation of the RMS amplitude attribute, indicating the presence of hydrocarbons, as depicted by the sweet spot region. Meanwhile, the geometrical attribute analysis used, namely structural smoothing and variance attributes, helped map structures and identify faults.