Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENENTUAN DISTRIBUSI LAHAN BAKU UNTUK INDUSTRIALISASI PERTANIAN Shalihat, Annisa Kurnia; Ardiwinata, Yogie
Jurnal Inovisi (Teknik Industri) Vol 17, No 1 (2023): INOVISI : JURNAL TEKNIK INDUSTRI
Publisher : Universitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Laju pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan laju pertambahan lahan pertanian. Akibatnya, jumlah petani dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,50 ha bertambah dari 10,80 juta rumah tangga petani (RTP) pada tahun 1993 menjadi lebih dari 15 juta RTP pada 2010. Selain itu, konversi lahan, degradasi lahan dan air, perubahan iklim, dan kerusakan lingkungan menjadi kendala utama dalam pembangunan pertanian di masa yang akan datang. Apabila konversi lahan dapat ditekan 60.000 ha/tahun dan sawah baru bertambah 67.700 ha/tahun maka luas lahan yang dibutuhkan untuk mempertahankan swasembada beras dan pangan lainnya sampai tahun 2020 secara kumulatif mencapai 1,61 juta ha atau 6,08 juta ha hingga tahun 2050. Untuk lahan kering diperlukan perluasan sekitar 11,75 juta ha menjelang tahun 2050. Apabila kebutuhan energi juga akan dipasok dari bahan baku pangan (jagung, kedelai, ubi kayu, tebu, kelapa, kelapa sawit) maka lahan yang dibutuhkan makin luas. Berdasarkan sifat biofisik, lahan yang sesuai untuk pertanian dan saat ini belum dimanfaatkan mencapai 30,67 juta ha dan 8,28 juta ha di antaranya sesuai untuk sawah. Lahan tersebut belum diketahui status kepemilikannya, tetapi sebagian besar (20,40 juta ha) berada di kawasan hutan (hutan produksi, hutan konversi, HPH) dan 10,30 juta ha berada di kawasan budi daya pertanian. Selain dengan perluasan, pemanfaatan lahan perlu dioptimalkan melalui intensifikasi, peningkatan intensitas tanam (IP200, IP300, IP400), pengembangan inovasi teknologi, perbaikan pengelolaan DAS, konservasi tanah dan air, serta perlindungan lahan terhadap konversi, penelantaran dan degradasi Kata Kunci: Pertanian, distribusi, industri
Analisis Jangkauan Jarak Fasilitas Kesehatan Terhadap Pemukiman Kumuh di Kecamatan Bukit Kecil Palembang (Studi Kasus: Rumah Susun 24 Ilir) Muhammad Fikri Ramadhan; Shalihat, Annisa Kurnia; Putri, Debi Nadia
Jurnal Tekno Global Vol. 12 No. 02
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jtg.v12i02.3377

Abstract

ABSTRACT  One of the impacts of high levels of urbanization is the increase in the number of urban residents. This problem causes an increase in the need for housing. If this is not balanced with residential development, it will lead to illegal or slum housing. The increasing number of urban residents will also encourage the emergence of various urban activities. To accommodate and support various emerging activities, adequate land is needed, especially for low-income communities (MBR). To fulfill the need for affordable housing for MBR, certainty of ownership and control is provided in the form of a Sarusun Building Ownership Certificate (SKBG Sarusun) for Flats (sarusun) for MBR. Flat 24 Ilir, Bukit Kecil District is one of the flats in Palembang where most of the people living there have economic limitations or are classified as poor. However, the existence of health facilities around the 24 Ilir flats is not evenly distributed so that the community's ability to access health facilities is limited. This research discusses the gap between health facilities and slum areas. The aim of this research is to determine the distribution pattern and distance of accessibility of health facilities in the 24 Ilir flats, Bukit Kecil District, Palembang. This research uses the nearest neighbor method and buffer analysis using a Geographic Information System. The data collection technique used is primary and secondary data collection. Based on the results of the research and discussion, it was concluded that the distribution of health facilities in the 24 Ilir flats, Bukit Kecil District, Palembang has a uniform pattern. Meanwhile, only 2 health facilities are affordable with 24 ilir flats with a reach of 0-300 m. And there are 3 health facilities that are difficult to reach and take quite a long time with a range of 600-1200 m and 1200-3000 m.  Keywords: Nearest Neighbor, Distribution Pattern, Accessibility Distance, Buffer    ABSTRAK Salah satu dampak dari tingginya tingkat urbanisasi adalah bertambahnya jumlah penduduk perkotaan. Permasalahan ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan perumahan. Jika hal ini tidak diimbangi dengan pembangunan pemukiman maka akan menimbulkan perumahan liar atau kumuh. Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan juga akan mendorong munculnya berbagai aktivitas perkotaan. Untuk menampung dan mendukung berbagai kegiatan yang bermunculan, diperlukan lahan yang memadai, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Untuk memenuhi kebutuhan hunian terjangkau bagi MBR, diberikan kepastian kepemilikan dan penguasaan dalam bentuk Surat Keterangan Pemilikan Bangunan Gedung Sarusun (SKBG Sarusun) untuk Rumah Susun (sarusun) bagi MBR. Rumah Susun 24 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil merupakan salah satu rumah susun di Palembang yang sebagian besar masyarakatnya yang tinggal di sana memiliki keterbatasan ekonomi atau tergolong miskin. Namun keberadaan fasilitas kesehatan di sekitar rumah susun 24 Ilir belum merata sehingga kemampuan masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan terbatas. Penelitian ini membahas kesenjangan antara fasilitas kesehatan dan permukiman kumuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sebaran dan jarak aksesibilitas fasilitas kesehatan di rumah susun 24 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang. Dalam penelitian ini menggunakan metode nearest neighbor dan analisis buffer dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data primer dan sekunder. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan bahwa persebaran fasilitas kesehatan di rumah susun 24 ilir, Kecamatan Bukit Kecil Palembang memiliki pola yang seragam. Sedangkan keterjangkauan fasilitas kesehatannya hanya 2 yang terjangkau dengan rusun 24 ilir dengan jangkauan 0-300 m. Dan fasilitas kesehatan yang sulit dijangkau dan memerlukan waktu lumayan lama ada 3 dengan jangkauan 600-1200 m dan 1200-3000 m. Kata Kunci: Nearest Neighbor, Pola Persebaran, Jarak Keterjangkauan, Buffer
Pemetaan Kerentanan Tanah Longsor di Kabupaten Lahat Muhammad Rijalullah; Natul, Al Shida; Shalihat, Annisa Kurnia
Jurnal Tekno Global Vol. 12 No. 02
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jtg.v12i02.3378

Abstract

ABSTRACT Lahat Regency is one of the areas in Indonesia that is prone to landslides. Efforts to minimize the risk of landslides are by mapping landslide-prone areas. The aim of this research is to determine the distribution of landslide-prone areas in Lahat Regency and to find out appropriate mitigation measures for landslide-prone areas. This research utilizes a geographic information system (GIS) using scoring, weighting and overlay methods. The data used is administrative data, rainfall data, geological data, soil type data, elevation data and land cover data for Lahat Regency. The results of the data processing are a landslide hazard map for Lahat Regency which is grouped into four levels of vulnerability classes, namely low, medium, high and very high levels. Landslide-prone areas in Lahat district with a low level covering 5.2%, a medium level covering 56.32%, a high level covering 32.94%, and a very high level covering 5.54%. The high level of vulnerability includes the sub-districts of Tanjung Sakti Pumi, Tanjung Sakti Pumu, West Merapi, South Merapi, Mulak Ulu, Pagar Gunung, Gumay Ulu, South Kikim, Gumay Talang, East Kikim, Pseksu, Pajar Bulan, Pulau Pinang, Tanjung Tebat, Jarai Sukamerindu and Kota Agung. The very high level of vulnerability includes the sub-districts of Kota Agung, Pagar Gunung, Tanjung Sakti Pumi, Mulak Ulu, Tanjung Sakti Pumu, South Merapi, Jarai, South Kikim, Pajar Bulan, Pseksu, Sukamerindu and Gumay Ulu. Mitigation efforts for areas that have a high level of vulnerability to landslides include installing an Early Warning System (EWS), compiling a database of potential disaster areas, providing information to the community, training and simulating disasters in the community, making terraces, reforesting with deep-rooted plants and avoiding disaster-prone areas to build settlements.  Keywords : Landslide, Geographic Information System, Mitigation, Scoring, Overlay   ABSTRAK Kabupaten Lahat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang rawan terjadi bencana tanah longsor. Upaya untuk meminimalisir risiko dari longsor yaitu dengan pemetaan daerah rawan longsor. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk menentukan sebaran daerah rawan longsor Kabupaten Lahat serta mengetahui upaya tindakan mitigasi yang tepat terhadap daerah rawan longsor. Penelitian ini memanfaatkan sistem informasi geografis (SIG) menggunakan metode skoring, pembobotan, dan overlay. Data yang digunakan berupa data administrasi, data curah hujan, data geologi, data jenis tanah, data elevasi dan data tutupan lahan Kabupaten Lahat. Hasil pengolahan data tersebut berupa peta rawan tanah longsor Kabupaten Lahat yang dikelompokkan menjadi empat tingkatan kelas kerentanan yaitu tingkat rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Daerah rawan longsor kabupaten Lahat dengan tingkat rendah mencakup 5,2%, tingkat sedang mencakup 56,32%, tingkat tinggi mencakup 32,94% , dan tingkat sangat tinggi mencakup 5,54%. Tingkat kerentanan tinggi mencakup daerah Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Tanjung Sakti Pumu, Merapi Barat, Merapi Selatan, Mulak Ulu, Pagar Gunung, Gumay Ulu, Kikim Selatan, Gumay Talang, Kikim Timur, Pseksu, Pajar Bulan, Pulau Pinang, Tanjung Tebat, Jarai Sukamerindu dan Kota Agung. Tingkat kerentanan sangat tinggi mencakup daerah Kecamatan Kota Agung, Pagar Gunung, Tanjung Sakti Pumi, Mulak Ulu, Tanjung Sakti Pumu, Merapi Selatan, Jarai, Kikim Selatan, Pajar Bulan, Pseksu, Sukamerindu dan Gumay Ulu. Upaya mitigasi terhadap wilayah yang memiliki tingkat kerentanan tinggi terjadi terhadap bencana longsor yaitu pemasangan Early Warning System (EWS), penyusunan database daerah potensi bencana, pemberian informasi pada masyarakat, pelatihan dan simulasi bencana pada masyarakat, pembuatan terasering, penghijauan dengan tumbuhan berakar dalam dan menghindari daerah rawan bencana untuk membangun pemukiman. Kata Kunci : Tanah Longsor, Sistem Informasi Geografis, Mitigasi, Skoring, Overlay