Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

BEBERAPA HASIL AWAL PENELITIAN ARKEOLOGI DI KAWASAN KARS BUKIT BULAN, SAROLANGUN Fauzi, Mohammad Ruly
Siddhayatra Vol 21, No 1 (2016): Jurnal Arkeologi Siddhayatra
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/siddhayatra.v21i1.12

Abstract

Selama ini belum pernah dilakukan suatu penjajakan arkeologis di wilayah kars Bukit Bulan yang termasuk wilayah Kabupaten Sarolangun, Jambi. Penelitian eksploratif berupa survei oleh balai arkeologi palembang menghasilkan sejumlah temuan yang tergolong penting dalam kajian prasejarah di Sumatera. Lima lokasi situs baru ditemukan diantara banyak gua lainnya yang berada di wilayah penelitian. Temuan arkeologi yang berhasil terdata antara lain: gambar cadas, artefak litik khususnya alat obsidian, tembikar serta sisa fauna yang kemungkinan merupakan bekas aktivitas manusia. Temuan gambar cadas warna hitam berupa figur antropomorfik di Gua Sungai Lului dan Gua Kerbau 1 mengisyaratkan tinggalan budaya prasejarah dari petutur Austronesia di wilayah tersebut.
Komposisi Fauna Vertebrata Holosen Awal di Situs Gua Panglima, Gunung Parung, Kalimantan Timur Shidqi, Benyamin Perwira; Fauzi, Mohammad Ruly; Puspaningrum, Mika Rizki; Rizal, Yan; Simanjuntak, Truman
Bulletin of Geology Vol 6 No 1 (2022): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2022.6.1.3

Abstract

Gua panglima merupakan salah satu gua karst yang terletak di Gunung Parung, Kalimantan Timur, Indonesia. Penelitian arkeologi dilakukan dalam endapan lantai Gua Panglima yang dibagi menjadi 5 zona stratigrafi utama. Penelitian berfokus di kotak galian TP1 dan TP2 yang menghasilkan temuan sisa fauna vertebrata melimpah yang terdiri atas gigi, rahang, tulang utama, dan fragmen tulang lainnya. Analisis temuan vertebrata berupa identifikasi takson dan kuantifikasi temuan teridentifikasi (NISP) bertujuan untuk mengetahui himpunan fauna dan kondisi lingkungan di sekitar Gua Panglima. Sisa temuan vertebrata di Gua Panglima terdiri atas 8 kelompok besar takson yaitu Primata, Artiodactyla, Perrisodactyla, Carnivora, Rodentia, Reptilia, Pholidota, Chiroptera, dan Actinopterygii. Keseluruhan temuan diidentifikasi menjadi 38 takson yang terdiri atas tingkat famili hingga spesies. Temuan sisa fauna vertebrata berjumlah 8723 spesimen dengan total temuan teridentifikasi (NISP) berjumlah 2278 dan temuan tidak teridentikasi berjumlah 6445. Temuan terdiri atas elemen gigi berupa incisor, canine, premolar, dan molar(16,3% NISP, n = 360), elemen rahang berupa mandibula dan maxilla (5,5% NISP, n = 124), dan elemen tulang utama berupa antler, astragalus, calcaneus, carapace, carpal, caudal, costae, femur, humerus, metacarpal, metatarsal, oscoxa, pelvis, phalanges, plastron, radius, scapula, supraorbital, tibia, ulna, dan vertebrae (78,2% NISP, n = 1794). Temuan hasil penggalian Gua Panglima diperkirakan memiliki rentang umur kurang Holosen Awal – Tengah. Komposisi fauna di Gua Panglima memiliki signifikansi secara kronologi dengan beberapa situs pada periode dan lokasi berdekatan seperti Gua Niah dan Pulau Palawan. Kemiripan komposisi fauna di ketiga situs tersebut memberikan gambaran bagaimana perkembangan ekologi di hutan hujan tropis Kalimantan yang relatif tidak terlalu berubah pada periode tersebut. Meskipun begitu, komposisi fauna di temuan Gua Panglima tidak dapat dipisahkan dengan konteks hunian manusia prasejarah dengan ditemukannya artefak arkeologi lainnya. Kata kunci: Gua Panglima, Fauna, Taksonomi. Holosen, Kalimantan Timur.
Enigmatic Perforated Stone Disk and Grooved Stones from Three Caves Sites in Sumatra Fauzi, Mohammad Ruly; Simanjuntak, Truman; Forestier, Hubert
KALPATARU Vol. 32 No. 2 (2023)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/kpt.2023.3024

Abstract

Ground stone tools, especially perforated stone disks and grooved stones, are rarely discussed in Indonesian prehistory. In terms of its quantity and workmanship, these types of artifacts are fairly unique. They are often limited in quantity, which makes it difficult to compare with the other references. Moreover, their technological aspect still needs to be widely understood by academics. For the first time in Indonesia, this article will discuss perforated stone disks and grooved stones in the context of prehistoric cave sites in Sumatra. Through formal analysis of its attributes at medium to high magnification, we provide a reference for their technological aspects as well as the context of the artifact. Our study reveals that both types of artifacts appear to be closely related to the aquatic culture. The practical function of these artifacts is associated with a fishery tradition on the rivers inland. Our argument is corroborated by the remnants of aquatic fauna associated with these two types of artifacts. Apart from that, the perforated stone disks that were previously reported were found in the mainland of Southeast Asia and, in fact, also found in Sumatra. It further emphasizes the connection between the cultural entities of prehistoric populations that inhabited insular and mainland Southeast Asia.
IDENTIFIKASI SUMBER-SUMBER OBSIDIAN DI MERANGIN DAN SAROLANGUN (JAMBI, SUMATRA) BERDASARKAN ANALISIS PORTABLE X-RAY FLUORESCENCE SPECTROMETRY (PXRF) Fauzi, Mohammad Ruly; Wibowo, Andy S; Wibawa, Rhis Eka
AMERTA Vol. 37 No. 2 (2019)
Publisher : Penerbit BRIN (BRIN Publishing)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract. Multiple-Sources Identification of Obsidian in Merangin and Sarolangun (Sumatra) Based on Portable X-Ray Fluorescence Spectrometry (pXRF) Determination. Prehistory of Sumatra well characterized by its abundant numbers of obsidian industry, one of which is in Jambi Province. However, determination on the geochemical characteristic of obsidian from Jambi is still lacking. Portable X-Ray Fluorescence analysis (pXRF) on obsidian samples from Merangin and Sarolangun proved the existence of three different obsidian sources in Jambi. It is obtained through the determination of pXRF on the particular trace elements: Rb, Sr, Zr, Y, Nb, Ti and Mn. The results are then analyzed by the Principal Component Analysis (PCA) to arrange the same obsidian sources. This result is then corroborated with the Independent Sample T-Test. This analysis reveals the similarity in trace-element concentration amongst the same source, as well as their differences within different sources. This study contributes to the identification of two new obsidian sources from Sarolangun that have never been reported before. As a result, there are five known-sources of obsidian in Southern Sumatra, in which three other sources were previously identified by Ambrose et al. (2009) and Reepmeyer et al. (2011). Keywords: Obsidian Source, XRF, Geoarchaeology, Prehistory of Sumatra   Abstrak. Prasejarah Sumatra terkenal dengan industri obsidiannya yang melimpah, salah satunya yaitu di wilayah Jambi. Namun demikian, determinasi karakteristik geokimia obsidian dari wilayah Jambi hingga saat ini masih sangat terbatas jumlahnya. Analisis Portable X-Ray Fluorescence (pXRF) pada sampel obsidian dari Merangin dan Sarolangun membuktikan adanya tiga sumber obsidian yang berbeda di wilayah Jambi. Perbedaan tersebut diperoleh melalui determinasi pXRF pada unsur-jejak Rb, Sr, Zr, Y, Nb, Ti dan Mn. Hasil determinasi kemudian dianalisis dengan metode Principal Component Analysis (PCA) untuk mengelompokkan sumber-sumber obsidian yang sama. Hasil analisis tersebut kemudian diperkuat oleh analisis Independent Sample T-Test yang menunjukkan kemiripan proporsi unsur-jejak pada sumber yang sama, sekaligus perbedaannya pada sumber yang berlainan. Studi memberikan kontribusi berupa identifikasi dua sumber obsidian baru dari Sarolangun (Batang Asai 1 dan 2) yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Dengan demikian terdapat lima sumber obsidian di Sumatra Bagian Selatan, dimana tiga sumber lainnya (i.e. Kerinci, OKU dan Tapus) telah berhasil diidentifikasi oleh Ambrose dkk. (2009) dan Reepmeyer dkk. (2011). Kata Kunci: Sumber Obsidian; XRF; Geoarkeologi; Prasejarah Sumatra