Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

KARAKTERISTIK PENGAYAAN LOGAM SKANDIUM (Sc) PADA ENDAPAN NIKEL LATERIT DAERAH POMALAA, KABUPATEN KOLAKA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Setiawan, Erwin; Rizal, Yan; Wildani, Mayang Putri
Bulletin of Geology Vol 8 No 2 (2024): Bulletin of Geology Vol. 8 no. 2
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2024.8.2.5

Abstract

Pada saat proses pembentukan endapan nikel laterit ternyata tidak hanya logam nikel saja yang mengalami pengayaan, tetapi terdapat logam lain yang bernilai ekonomis mengalami pengayaan salah satunya adalah logam skandium (Sc). Lokasi penelitian berada di IUP OP UBPN Kolaka, PT Antam Tbk, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara disusun oleh dominan batuan ultramafik yang merupakan batuan pembawa logam skandium (Sc). Metode penelitian yang dilakukan yaitu pemetaan geologi, pengeboran sebanyak 52 titik dan percontohan sampel bor sebanyak 1253 sampel. Evaluasi pengayaan skandium menggunakan data sampel inti bor yang kemudian dilakukan analisis geokimia dengan metode X-Ray Fluoresence (XRF) untuk mengetahui kadar major element dan Inductively Coupled Plasma – Optical Emission Spectometry (ICP-OES) untuk mengetahui kadar skandium. Petrografi sampel inti bor sebanyak 20 sampel sedangkan untuk mengetahui presentase mineral penyusun dilakukan analisis X-Ray Diffraction (XRD) sebanyak 230 sampel atau 5 titik bor. Daerah penelitian dibagi menjadi tiga prospek yaitu Prospek Blok Utara, Prospek Blok Tengah dan Prospek Blok Maniang. Pada daerah penelitian, skandium mengalami pengayaan pada zona limonit yang berkorelasi dengan senyawa Fe2O3, Al2O3 dan Cr2O3 serta mineral goetit dan hematit. Zona limonit dibagi menjadi dua karakteristik yaitu zona red limonite dan yellow limonite, secara umum ketika memasuki zona yellow limonite kadar skandium akan naik seiring dengan peningkatan kehadiran mineral goetit. Kadar geokimia skandium pada zona limonit area Pomalaa berkisar 60 ppm - 127 ppm. Faktor lain yang menyebabkan logam skandium naik secara signifikan adalah batuan dasar pembawanya. Pada daerah penelitian logam skandium cenderung lebih tinggi kadarnya jika berkorelasi dengan batuan harsburgit dan serpentinit yang mengandung lebih dominan piroksen dibandingkan dengan litologi dunit yang dominan disusun oleh mineral olivin. Kata kunci : nikel, laterit, skandium, limonit, pengayaan, piroksen
POTENSI PENGAYAAN TIMAH PRIMER DAN SEKUNDER SERTA UNSUR TANAH JARANG DI DAERAH SIMPANG PESAK, KABUPATEN BELITUNG TIMUR Rizal, Yan
Bulletin of Geology Vol 5 No 3 (2021): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2021.5.3.2

Abstract

Studi pengayaan timah primer dan sekunder sertaunsur tanah tanah jarangpada studiini dilakukan di daerah Simpang Pesak, Kabupaten Belitung Timur yang terletak pada koordinat UTM 823865 –827977 mE dan 9653722 –9658725 mS.Studi ini dilakukan untuk menentukan daerah potensi kandungan timah primer dan sekunder sertaunsur tanah jarang pada endapan plaserdan batuan induk granit. Analisis dilakukan atas data primer yang diambil langsung di lapangan, berupa sampel batuan dan sampel endapan plaser. Analisis sampel endapan plaser dilakukan pada tiga fraksi ukuran butir, yaitu fraksi #48 (297-354 μm), fraksi #100 (149 μm) dan fraksi -100 (<149 μm). Analisis geokimia dilakukan dengan X-Ray Fluorescence (XRF) portable pada sampel batuan dan konsentrat endapan plaser untuk mengetahuikadar timah dan unsur tanah jarang. Analisis statistik univariat dilakukan untuk menentukan batas nilai anomali kadar unsur. Grain Counting Analysis (GCA) dilakukan juga pada sampel konsentrat endapan plaser untuk mengetahui mineral-mineral yang terkandung pada endapan tersebut. Unsur tanah jarang yang ditemukan di daerah penelitian meliputi Yttrium, Cerium, dan LanthGanum. Kadar timah yang tinggi berada di bagian Selatan dan beberapa di bagian tengah daerah penelitian. Unsur tanah jarang dengan kadar tinggi tersebar di bagian tengah daerah penelitian. Anomali timah dan unsur tanah jarang terkayakan pada morfologi undak sungai dengan jenis plaser aluvial purba. Faktor yang mempengaruhi daerah anomali unsur tersebut yaitu batuan sumber, tingkat pelapukan, transportasi dan sedimentasi.Eksplorasi lebih lanjut direkomendasikan mulai dari bagian barat ke tenggara kemudian mengarah ke utara menuju perbukitan granit di daerah penelitian. Kata kunci: Belitung timur, endapan plaser, timah, unsur tanah jarang, Grain Counting Analisys, X-ray Fluorescence portable
PENGAYAAN TIMAH (Sn) DAN UNSUR TANAH JARANG (Ce, La, dan Y) ENDAPAN PLASER DI BADAU, KABUPATEN BELITUNG Rizal, Yan
Bulletin of Geology Vol 5 No 3 (2021): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2021.5.3.1

Abstract

Penelitian dilakukan di dalam wilayah Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, dengan tujuan untuk mengetahuidaerah sebaran dan pengayaan timah dan unsur tanah jarang pada endapan plaser. Metode yang dilakukan pada penelitian ini antara lain pemetaan geologi, penyontohan batuan, dan penyontohan endapan plaser. Kandungan mineral pada contoendapan plaser diidentifikasi menggunakan metoda Grain Counting Analysis (GCA). Analisis geokimia conto dilakukan dengan menggunakan metoda X-Ray Fluorescence (XRF) fortableuntuk menentukan kandungan unsur Sn, Ce, La, dan Y. Untuk mendapatkan nilai anomalikandunganunsur dilakukan analisis univariat.Hasil analisis univariat kemudian dihubungkan dengan kondisi geologi daerah penelitian sehingga dapat ditentukan daerah pengayaan timah dan unsur tanah jarang dominan di bagian tengah daerah penelitianberupa endapan alluvial purba.Kandungan unsur Sn memiliki nilai kandungan dengan rentangyang sangat jauh 9,67 ppm –82652 ppm, unsur Ce memiliki nilai kandungan dengan rentang 113,33 ppm –3570 ppm, unsur La memiliki nilai kandungan dengan rentang 72,67 ppm –1404,33 ppm, dan unsur Y memiliki nilai kandungan dengan rentang 6 ppm –784,67 ppm. Kata kunci: Endapan plaser, timah, unsur tanah jarang, sebaran, daerah pengayaan
Komposisi Fauna Vertebrata Holosen Awal di Situs Gua Panglima, Gunung Parung, Kalimantan Timur Shidqi, Benyamin Perwira; Fauzi, Mohammad Ruly; Puspaningrum, Mika Rizki; Rizal, Yan; Simanjuntak, Truman
Bulletin of Geology Vol 6 No 1 (2022): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2022.6.1.3

Abstract

Gua panglima merupakan salah satu gua karst yang terletak di Gunung Parung, Kalimantan Timur, Indonesia. Penelitian arkeologi dilakukan dalam endapan lantai Gua Panglima yang dibagi menjadi 5 zona stratigrafi utama. Penelitian berfokus di kotak galian TP1 dan TP2 yang menghasilkan temuan sisa fauna vertebrata melimpah yang terdiri atas gigi, rahang, tulang utama, dan fragmen tulang lainnya. Analisis temuan vertebrata berupa identifikasi takson dan kuantifikasi temuan teridentifikasi (NISP) bertujuan untuk mengetahui himpunan fauna dan kondisi lingkungan di sekitar Gua Panglima. Sisa temuan vertebrata di Gua Panglima terdiri atas 8 kelompok besar takson yaitu Primata, Artiodactyla, Perrisodactyla, Carnivora, Rodentia, Reptilia, Pholidota, Chiroptera, dan Actinopterygii. Keseluruhan temuan diidentifikasi menjadi 38 takson yang terdiri atas tingkat famili hingga spesies. Temuan sisa fauna vertebrata berjumlah 8723 spesimen dengan total temuan teridentifikasi (NISP) berjumlah 2278 dan temuan tidak teridentikasi berjumlah 6445. Temuan terdiri atas elemen gigi berupa incisor, canine, premolar, dan molar(16,3% NISP, n = 360), elemen rahang berupa mandibula dan maxilla (5,5% NISP, n = 124), dan elemen tulang utama berupa antler, astragalus, calcaneus, carapace, carpal, caudal, costae, femur, humerus, metacarpal, metatarsal, oscoxa, pelvis, phalanges, plastron, radius, scapula, supraorbital, tibia, ulna, dan vertebrae (78,2% NISP, n = 1794). Temuan hasil penggalian Gua Panglima diperkirakan memiliki rentang umur kurang Holosen Awal – Tengah. Komposisi fauna di Gua Panglima memiliki signifikansi secara kronologi dengan beberapa situs pada periode dan lokasi berdekatan seperti Gua Niah dan Pulau Palawan. Kemiripan komposisi fauna di ketiga situs tersebut memberikan gambaran bagaimana perkembangan ekologi di hutan hujan tropis Kalimantan yang relatif tidak terlalu berubah pada periode tersebut. Meskipun begitu, komposisi fauna di temuan Gua Panglima tidak dapat dipisahkan dengan konteks hunian manusia prasejarah dengan ditemukannya artefak arkeologi lainnya. Kata kunci: Gua Panglima, Fauna, Taksonomi. Holosen, Kalimantan Timur.
GEOLOGI DAN SUMBERDAYA BATUBARA DAERAH SATIUNG – KUALA KUAYAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rizal, Yan; Fahmi, Muhammad Agung Akrom; Haq, Hamzal Imanul
Bulletin of Geology Vol 3 No 3 (2019): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2019.3.3.2

Abstract

Geological mapping on a scale of 1:25.000 was held in Satiung – Kuala Kuayan and its surrounding, East Kotawaringin, CentralKalimantan. The goal of this study is to identify the geological setting and coal potential in the research area. Primary data used in this research obtained from field observation and field data collection, such as outcrop data and drilling data. The stratigraphy of research area is divided into three unofficial units from the oldest to the youngest: Basement (Mesozoic), Dahor Formation (Pliocene – Pleistocene) and Alluvial. Coal quality of the study area shows lignite to sub-bituminous rank, with total resources is 291.737.730,9 Ton (measured 95.928.991,0 Ton and indicated 195.808.739,9 Ton).
GEOLOGI BATUBARA DAERAH TANJUNG ENIM, KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN Rizal, Yan
Bulletin of Geology Vol 5 No 2 (2021): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2021.5.2.3

Abstract

Penelitian dilakukan dalam areal seluas 52,8 km2. Satuan batuan yang dijumpai dapat dibagi atas enam satuan batuan, yaitu Satuan Batu pasir, Satuan Batu lempung termasuk tujuh lapisan batubara utama didalam nya (lapisan batubara A1, A2, B, B1, B2, C, D).Satuan Batupasir –Batulanau termasuk empat lapisan batubara gantung didalamnya, Satuan Batupasir –Tuf, Satuan Intrusi Andesit, dan Satuan Endapan Alluvial.SatuanBatulempung dan Satuan Batupasir –Batulanaumemilikikesetaraan dengan Formasi Muaraenimyang merupakan formasi pembawa Batubara di daerah penelitian. Batubara didaerah penelitian diendapkan pada lingkungan Lower delta plain –Transitional lower delta plain –Upper delta plain. Peningkatan kematangan batubara pada beberapa contoh dari lapisan batubara utama disebabkan oleh pengaruh panas intrusi yang terdapat didalam daerah penelitian. Hasil perhitungan sumberdaya batubara didasarkan pada data pemetaan permukaan dan didukung oleh 27 data pengeboran di dalam daerah penelitianmilik PT. Bukit Asam,Tbk., didapat kandungan sumber daya lapisan batubara gantung adalah sebesar 25.570.170 tondan lapisan batubara utama sebesar 1.275.631.640 ton. Peringkat kualitas batubara padalapisan batubara gantung adalah Subbituminous B coal, lapisan batubara A1 adalah Subbituminous A Coal sedangkan peringkat lapisan batubara A2,B,B1, B2, dan C adalah High volatile C Bitumious. Kata Kunci: Pemetaan geologi, Formasi Muaraenim, batubara, penyebaran, sumberdaya, kualitas
Studi Fasies dan Elemen Arsitektur Formasi Ranggam Di Daerah Belo Laut, Kabupaten Bangka Barat Rizal, Yan; Annisa, Elvira Risyeu Nur
Bulletin of Geology Vol 5 No 2 (2021): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2021.5.2.4

Abstract

Pulau Bangka merupakan salah satu daerah dengan potensi timah dan mineral ikutan timah yang besar.Potensi timah dan mineral ikutan timah dijumpai sebagai endapan primer dan endapan plaser. Endapan plaser di pulau Bangka dikelompokkan sebagai endapan undak sungai Purba dan Formasi Ranggam. Formasi Ranggam merupakan endapan sedimen sungai yang berumur Tersier. Formasi Ranggam tersusun atas9 litofasies, yaitu Fasies Konglomerat Pasiran (Gmm), Batupasir Halus (Sm), Batupasir Konglomeratan (Gcm),Batulanau Tufan (Fsm), Batupasir Silang-siur Planar(S-p), Batupasir Konglomeratan Gradasi Terbalik(Gmg), Batulempung (Fm), Batulempung-Batupasir (FI), Batupasir Tufan(Sm). Berdasarkan pada Elemenarsi tekturnya Formasi Ranggam diendapkan dalam lingkungan Sungai sebagai endapan channel fill, flood plain, natural levee, dan crevasses play. Kata kunci: Bangka, Formasi Ranggam,Litofasies, Elemen Arsitektur
Palaeontological surveys in Central Sumatra and Bangka Louys, Julien; Zaim, Yahdi; Rizal, Yan; Price, Gilbert J.; Aswan, Aswan; Puspaningrum, Mika Rizki; Smith, Holly; Hascaryo, Agus Tri
Berita Sedimentologi Vol 47, No 3 (2021)
Publisher : Ikatan Ahli Geologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.858 KB) | DOI: 10.51835/bsed.2021.47.3.358

Abstract

We report on results from surveys undertaken in Sumatra during 2018 and 2019. The surveys had three objectives: (1) to examine, sample, and record the extensive Quaternary fossil deposits from caves in West Sumatra; (2) determine the potential for fluvial deposits in Riau and Jambi provinces; and (3) relocate the fossil proboscidean remains reported from Bangka Island. Our surveys produced several significant results. We mapped three important Padang Highland caves, Ngalau Lida Ajer, Ngalau Sampit, and Ngalau Gupin, locating and sampling the main fossil deposits in each, as well as recording additional caves in the region. Our surveys of the fluvial systems in central-west Sumatra did not reveal any vertebrate Pleistocene deposits but did yield Mio-Pliocene trace fossils. Finally, we relocated elephant fossils from Bangka, but no in situ vertebrate remains could be found. These finds add important new data to the geological history of Sumatra.
Fossil-bearing Citalang Formation, Sumedang-Majalengka, West Java Rizal, Yan
Berita Sedimentologi Vol 47, No 3 (2021)
Publisher : Ikatan Ahli Geologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.46 KB) | DOI: 10.51835/bsed.2021.47.3.366

Abstract

The Citalang Formation in Sumedang-Majalengka area comprises of various lithological units, including coarse-grained sandstones to conglomerates, greenish grey to dark grey claystone with sandstone and tuff interbeds, and pumice-bearing tuffaceous sandstones and tuff. All these units occur in the lower part of the formation and the contacts with older, underlying rock units are unconformable in several places.Vertebrate fossil fragments are frequently found in the lowermost part of the formation, especially within the coarse-grained sandstones to conglomerates unit. This unit also holds stone tools artefacts, which were made from different kind of stones and show quite simple or primitive shape. The age of Citalang Formation is not yet resolved and still needs to be researched. Some published literatures suggest Pleistocene while there are others that suggest Pliocene.
The Palaeo-Kambaniru river mouth, Sumba, East Nusa Tenggara, Indonesia: A record of strongly seasonal catastrophic flow in a monsoon-controlled deltaic complex Zonneveld, John-Paul; Zaim, Yahdi; Rizal, Yan; Aswan, Aswan; Fortuin, Anne; Larick, Roy; Ciochon, Russell L.
Berita Sedimentologi Vol 47, No 3 (2021)
Publisher : Ikatan Ahli Geologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1088.021 KB) | DOI: 10.51835/bsed.2021.47.3.360

Abstract

The Kambaniru River valley near the city of Waingapu preserves a thick succession of coarse-grained fluvial-deltaic sediment deposited during the Late Pleistocene. This succession incises through a thick uplifted coral reef terrace succession and records intervals of highly episodic flow events during the last glacial interval. The occurrence of intraclastic, coarse sand/gravel matrix olistostromes in several areas attests to the occasionally catastrophic nature of flow in the ancestral Kambaniru River. Small to moderate-sized coral-rich reefs and laterally restricted reef terraces occur on delta-front conglomerate successions at multiple horizons through the study interval. These reefs record both intervals of low flow as well as periodic river-mouth avulsion episodes. Comparison of radiometric dates obtained from pelecypod and coral material from both deltaic successions and laterally adjacent coral reef terrace intervals indicates that uplift/subsidence history of the terraces differs from that of the valley and that correlation between the two should be taken with care.