Wonmut, Xaverius
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Korelasi Aktivitas Hidup Menggereja dan Perkembangan Peradaban Manusia Wonmut, Xaverius
Jurnal Masalah Pastoral Vol 9 No 2 (2021): JUMPA (Jurnal Masalah Pastoral)
Publisher : Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dengan judul, Korelasi Aktivitas Hidup Menggereja Dan Perkembangan Peradaban Manusia mengkaji secara teoritik kaitan antara pelaksanaan kegiatan kegerejaan dan perkembangan peradaban manusia. Kegiatan kegerejaan adalah aktivitas yang berkaitan tugas-tugas pelayanan Gereja dalam bidang liturgi (liturgia), pelayanan (diakonia), kesaksian (martyria), koinonia (persekutuan), dan kerygma (pewartaan). Penelitian ini dilakukan di paroki Bunda Hati Kudus Kuper dengan fokus penelitian pada motivasi dan pemahaman para petugas Gereja tentang tugas-tugas pelayanan Gereja yang dipercayakan. Sampel penelitian terdiri atas empat orang, tiga diantaranya adalah pengurus stasi dan satu orang adalah pastor paroki. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah Gereja turut berkontribusi terhadap perkembangan peradaban manusia? Data penelitian diperoleh melalui teknik wawancara dengan sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan. Menurut Max Weber Agama adalah sumber ide dan praktik yang mentransendensikan dunia sosial dengan cara yang independen dan tidak dapat diramalkan. Agama selain menjadi sumber perubahan dan tantangan sosial, juga sebagai sumber keteraturan sosial dan legitimasi status quo. Berdasarkan pengolahan hasil penelitian dan kajian teori disimpulkan bahwa secara implisit aktivitas kegerejaan tersebut berdampak pada pembentukan watak dan kepribadian (motivasi dan pemahaman hidup) yang mencerminkan nilai-nilai hidup Kristiani.
Ritual “YAMU": Sebuah Proses Dekonstruksi Dan Rekonstruksi Dalam Kehidupan Marind-Anim Wonmut, Xaverius
Jurnal Masalah Pastoral Vol 1 No 1 (2012): JUMPA (Jurnal Masalah Pastoral)
Publisher : Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v1i1.2

Abstract

Penelitian dengan judul “Ritual Kematian Marind anim di Kuper, distrik Semangga – Kabupaten Merauke”, berlangsung dari bulan Februari hingga awal bulan Mei 2005. Ritual ini terdiri dari tiga bagian dan salah satunya sempat dilaksanakan saat saya berada di lokasi penelitian adalah Yamu. Ritual Yamu dilaksanakan pada tanggal, 18 Maret 2005 dalam hubungan dengan kematian almarhuma nenek Gema Samkakai, menantu kepala kampong Kuper.Data-data berhubungan dengan prosesi ritual maupun unsur-unsur simbolik ritual ini saya peroleh melalui pengamatan langsung dan dengan cara mewawancarai para informan baik took adat, pelaku ritual serta instansi dari mana informasi pendukung lainnya dapat saya peroleh.Analisis atas aktivitas simbolik ritual Yamu ini menggunakan kerangka teori simbolik menurut Van Gennep dan Victor Turner disamping pikiran beberapa ahli lainnya. Aktivitas ritual tersebut memperlihatkan adanya suatu proses pengolahan batin bagi para pelaku ritual dalam hal ini kerabat almarhuma Gema. Proses tersebut dikemas dalam berbagai aktivitas ritual dan media simbolik yang digunakan sejak diadakannya ritual pemakaman hingga ritual Yamu. Selain itu makna simbolik ritual ini memiliki kaitannya dengan beberapa aspek penting dalam kehidupan Marind anim Kuper saat ini yakni, aspek sosiologis, religious, politis, ekonomis dan ekologis.Secara keseluruhan aktivitas Yamu bertujuan menormalisasi kondisi Marind anim Kuper (khusunya kerabat almarhuma, para arwa kaum kerabat) yang labil akibat peristiwa kematian, mempererat relasi sosial yang ada, mempersatukan paham-paham yang berbeda dengan cara mendeskontruksikan kondisi kehidupan yang ada sekaligus merekontruksikannya kembali baru (proses refleksi formatif). Dalam kondisi kehidupan yang baru ini aktivitas hidup harian dapat berjalan normal dan harmonis tanpa adanya perasaan tertekan, cemas dan sedih, saling mencurigai.Menurut Turner, tahapan dalam ritual peralihan mengindikasikan adanya proses dialektik yakni dari masyarakat (struktur) yang dilandasi oleh semangat hidup, pengetahuan dan nilai-nilai moral yang baru. Masyarakat adalah proses atau dinamika yang terus berkembang ketahap yang lebih tinggi atau bermutu.
Kebudayaan: Karunia Allah Dan Hasil Daya Cipta Manusia Wonmut, Xaverius
Jurnal Masalah Pastoral Vol 4 No 2 (2016): JUMPA (Jurnal Masalah Pastoral)
Publisher : Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v4i2.29

Abstract

Kehidupan manusia adalah sebuah gejala yang menarik untuk disimak. Artikel dengan judul; “Kebudayaan: Karunia Allah Dan Hasil Daya Cipta Manusia” merupakan suatu upaya untuk menyoroti kehidupan manusia (hal kebudayaan manusia) sebagai bagian dari ciptaan Allah. Banyak orang berpendapat bahwa budaya adalah sesuatu yang kuno, kafir, gelap dan tidak bermanfaat, lebih-lebih bertolak belakang dengan iman Kristiani. Pertanyaannya: apakah kebudayaan dapat menjadi landasan penanaman dan pengembangan iman Kristiani?Permasalahan di atas akan didekati melalui pendekatan kitab suci khususnya kitab Perjanjian Lama tentang kisah penciptaan (Teologi Penciptaan)2 Kej 1:1-24 dan kebudayaan (Culture)3. Dari sudut pandang kitab suci, penciptaan dunia dengan segala isinya dimaksudkan mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan umat manusia yang akan dimulai di dunia dan akan mencapai kesempurnaannya di akhirat nanti. Selain itu manusia pun diikutsertakan secara aktif sebagai co-pencipta dalam proses penciptaan tersebut. Dari sudut kajian kebudayaan dalam pendekatan kebudayaan nampak bahwa masing-masing masyarakat pemangku kebudayaan secara kreatif telah mengembangkan berbagai unsur kebudayaan sehingga mampu beradaptasi dan menjujung nilai-nilai hidup bersama.
Totemisme Dan Perkawinan Sakramental Wonmut, Xaverius
Jurnal Masalah Pastoral Vol 5 No 1 (2017): JUMPA (Jurnal Masalah Pastoral)
Publisher : Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v5i1.41

Abstract

Penghayatan totemis dan sakramen perkawinan merupakan dua bentukaktivitas manusia yang bersifat keagamaan. Totemisme adalah bentukkepercayaan pada suku-suku primitive yang terdapat di berbagai tempatdi muka bumi antara lain pada suku-suku Indian di Amerika, Aborigin diAusdtralia, Marind- Anim di Papua dan pada berbagai suku bangsalainnya di Afrika.2 Penghayatan totemis berkaitan erat dengan ikatanikatankekerabatan dalam klen-enksogam. Subjek pemujaan adalahleluhur, kerabat. Di dalam sakramen perkawinan, Allah menjadi dasarpemersatu suami-istri. Allah dihadirkan melalui cinta suasami-isteri.Ketaatan dan kesetiaan suami istri menghadirkan Allah dalam hidupmereka3. Praktek totemisme maupun sakramen perkawinan berupayamewujudkan suatu persekutuan hidup yang utuh dengan menghadirkansecara nyata citra diri leluhur mitis maupun Allah. Konsekuensi daripraktek tersebut adalah bahwa dari waktu ke waktu setiap anggota pemiliktotem yang maupun mereka yang telah menerima sakramen perkawianan(keluaga-keluarga Kristen) selalu berusaha untuk menjadi bagian darikehidupan subyek keyakinan imannya (leluhur mitis maupun Allah).Dalam totemisme, ritual-ritual pemujaan totem menjadi saranamempersatukan anggota totem dengan subyek pemujaannya sedangkandalam sakramen perkawinan, berbagai kegiatan kerohanian seperti doa,novena, ret-ret, perayaan ulang tahun, misa untuk pasutri bertujuanmenghadirkan “cinta” yakni Allah sendiri sebagai sumber rahmat Ilahiyang menghidupkan.
Rekonsiliasi Dan Penguatan Tatanan Sosial Sebagai Puncak Prosesi Ritual Yamu Dalam Budaya Marind Wonmut, Xaverius
Jurnal Masalah Pastoral Vol 10 No 1 (2022): JUMPA (Jurnal Masalah Pastoral)
Publisher : Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v10i2.64

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan makna rekonsiliasi yang terdapat dalam prakteksis ritual “Yamu” suku bangsa Marind anim di kampung Kuper. Data penelitian diperoleh melalui observasi pelaksanaan ritual Yamu serta melalui wawancara dengan berbagai informan baik pelaku ritual maupun tiga orang tokoh adat Marind anim di kampung Kuper. Observasi maupun wawancara difokuskan pada aktivitas puncak ritual ‘Yamu’ yakni santap sagu “sep” bersama dan mekanisme penyelesaian konflik atas sebab-sebab kematian arwah sanak keluarga yang bersangkutan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan ritual “Yamu” berpuncak pada pertemuan dan percakapan bersama anggota keluarga yang masih hidup maupun arwah anggota keluarga yang sudah meninggal. Hal ini menunjukan ikatan persekutuan yang tak terpisahkan antara kerabatan yang masih hidup dan sudah meninggal. Selain itu komunikasi antara kaum kerabat tersebut bertujuan mewujudkan kondisi batin individu dimana tercipta rasa damai, tenang, harmonis hidup bagi mereka yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Di dalam gereja, ikatan relasi iman yang sama antara mereka yang masih hidup maupun yang sudah meninggal terus meneruskan dihidupkan.1 Ritual Yamu menjadi penting bagi suku bangsa Marind anim karena memberi penegasan dan kepastian terhadap situasi “chaos” yang ditimbulkan oleh adanya peristiwa kematian. Dengan kata lain dinamika dan mekanisme percakapan dalam pertemuan kaum berabat dalam ritual “Yamu” tersebut bertujuan mewujudkan “rekonsiliasi” antara berbagai unsur yang bertentangan dan adanya suasana “chaos” karena adanya prasangka di antara anggota masyarakat damaikan dan diharmonisasikan.2 Di dalam kondisi hidup yang kondusip dan harmonis kehidupan berjalan normal.
Keluarga: Organisme yang Hidup (Refleksi Antropologis atas Keluarga Katolik KAMe) Wonmut, Xaverius; Wagi, Donatus
Jurnal Masalah Pastoral Vol 7 No 2 (2019): JUMPA (Jurnal Masalah Pastoral)
Publisher : Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v7i2.94

Abstract

Artikel ini mengkaji tema keluarga dengan fokus pada hasil pembahasan Pra Sinode Keuskupan Agung Merauke tahun 2015. Pra Sinode Keuskupan Agung Merauke tahun 2015 mengangkat tema “keluarga” dengan fokus pada bidang pendidikan, ekonomi, hukum sipil , hukum gereja (kanonik) dan pelayanan pastoral keluarga. Hasil pembahasan kuisioner menunjukkan bahwa keluarga-keluarga Katolik KAMe saat ini mengalami tantangan dan pergumulan hidup yang tidak ringan berkaitan dengan eksistensinya baik sebagai Gereja maupun sebagai masyarakat. Pergumulan hidup itu berkaitan dengan peran, fungsi dan struktur sebuah keluarga. Tantangan dan pergumulan hidup tersebut berkaitan kemajuan zaman yang dikuti oleh perubahan-perubahan dalam berbagai aspek kehidupan.3 Dalam perspektif antropologi, “keluarga” adalah bagian dari unsur kebudayaan (sistim sosial) yang bersifat integral dan dinamis. Secara spesifik oleh paham structural-fungsional kebudayaan“ dianalogikan dengan “organisme” yang hidup, bersifat adaptatif dan tetap survive. (langgeng). Organisme tersebut memiliki struktur dan fungsi yang berbeda namun bersifat integral dan saling mendukung. Struktur dan fungsi budaya tetap langgeng karena adanya pergantian peran dalam fungsi-fungsi sosial dalam mayarakat tersebut.4 Konsekuensi tantangan dan pergumulan hidup keluarga-keluarga Katolik KAMe saat ini berdampak pada pilihan-pilihan profesi hidup baik pria (suami) maupun wanita (istri), waktu, tempat yang berarti beralihnya peran dan fungsi di dalam keluarga. Selain itu tantangan dan pergumulan hidup keluarga katolik KAMe saat ini turut berdampak pada perubahan struktur keluarga.
Korelasi Aktivitas Hidup Menggereja dan Perkembangan Peradaban Manusia Wonmut, Xaverius
Jurnal Masalah Pastoral Vol 9 No 2 (2021): JUMPA (Jurnal Masalah Pastoral)
Publisher : Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v9i2.116

Abstract

Penelitian dengan judul, Korelasi Aktivitas Hidup Menggereja Dan Perkembangan Peradaban Manusia mengkaji secara teoritik kaitan antara pelaksanaan kegiatan kegerejaan dan perkembangan peradaban manusia. Kegiatan kegerejaan adalah aktivitas yang berkaitan tugas-tugas pelayanan Gereja dalam bidang liturgi (liturgia), pelayanan (diakonia), kesaksian (martyria), koinonia (persekutuan), dan kerygma (pewartaan). Penelitian ini dilakukan di paroki Bunda Hati Kudus Kuper dengan fokus penelitian pada motivasi dan pemahaman para petugas Gereja tentang tugas-tugas pelayanan Gereja yang dipercayakan. Sampel penelitian terdiri atas empat orang, tiga diantaranya adalah pengurus stasi dan satu orang adalah pastor paroki. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah Gereja turut berkontribusi terhadap perkembangan peradaban manusia?Data penelitian diperoleh melalui teknik wawancara dengan sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan. Menurut Max Weber Agama adalah sumber ide dan praktik yang mentransendensikan dunia sosial dengan cara yang independen dan tidak dapat diramalkan. Agama selain menjadi sumber perubahan dan tantangan sosial, juga sebagai sumber keteraturan sosial dan legitimasi status quo. Berdasarkan pengolahan hasil penelitian dan kajian teori disimpulkan bahwa secara implisit aktivitas kegerejaan tersebut berdampak pada pembentukan watak dan kepribadian (motivasi dan pemahaman hidup) yang mencerminkan nilai-nilai hidup Kristiani.
MENGGALI SINERGI KATEKESE DAN PASTORAL: IMPLIKASI PRAKTEK PERDUKUNAN DAN MAGI DALAM KEHIDUPAN KEAGAMAAN SUKU MALIND-ANIM DI STASI SANTO ANTONIUS KAISA Wonmut, Xaverius; Gaol, Erly Lumban; Sedo, Raimundus
Jurnal Masalah Pastoral Vol 13 No 2 (2025): JUMPA (Jurnal Masalah Pastoral)
Publisher : Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60011/jumpa.v13i2.235

Abstract

This study aims to explore the synergy between catechesis and pastoral ministry in the context of how shamanism and magic practices affect the religious life of the Malind-Anim tribe in St. Antonius Kaisa Station, St. Peter and Paul Parish, Archdiocese of Merauke. The method used is descriptive qualitative research with ethnographic and grounded theory methods. Data were collected through participatory observation, in-depth interviews with religious leaders, traditional leaders, and members of the Malind-Anim community. Data analysis was conducted thematically with a focus on how the implications of shamanism and magic practices shape the dynamics of faith and community participation. The findings show that shamanism and magic practices are still an integral part of the traditional belief system that influences the religious life of the Malind-Anim tribe. The synergy of contextual catechesis and pastoral care provides a space for dialogue and integration of Catholic values with local wisdom, thus opening up opportunities for spiritual renewal without neglecting cultural identity. In addition, adaptive pastoral strategies and dialogical catechesis are effective solutions in facing the challenges of inculturation. The practical implications of this research suggest that a humanistic and contextual catechetical-pastoral approach can strengthen the involvement of the Malind-Anim people in church life while respecting their cultural heritage.