Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KELAPARAN TERSEMBUNYI PADA ANAK DENGAN BERAT BADAN KURANG DI PEDESAAN PESISIR Darubekti, Nurhayati; Hanum, Sri Handayani
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 7 No. 1 (2023): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v7i1.13285.2023

Abstract

Data UNICEF menunjukkan bahwa 50-59 persen anak Indonesia di bawah lima tahun (balita) pertumbuhannya tidak baik. Anak-anak yang pertumbuhannya tidak baik adalah korban dari kelaparan tersembunyi. Kelaparan tersembunyi menunjukkan kekurangan mikronutrien kronis yang pengaruhnya tidak langsung terlihat dan yang konsekuensinya bersifat jangka panjang dan mendalam. Banyak penelitian terobosan tentang masalah kelaparan tersembunyi telah dilakukan dalam dua dekade terakhir, namun tetap banyak pertanyaan mengenai fenomena ini dan cara terbaik untuk mengatasinya. Dibandingkan dengan wilayah non-pesisir, angka kematian jauh lebih tinggi di wilayah pesisir. Oleh karena itu, kajian ini penting dilakukan, untuk mengetahui bagaimana kelaparan tersembunyi pada anak dengan berat badan kurang di wilayah pesisir. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif. Penelitian dilakukan kepada lima keluarga dengan anak yang berat badannya kurang (Kartu Menuju Sehat di area warna kuning), tentang karakteristik sosio-demografis, praktik pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MPAS), dan tanda umum kekurangan vitamin dan mineral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor sosio demografis berhubungan dengan berat badan anak kurang, dari 5 orang anak, 1 orang anak memiliki semua gejala defisiensi mikronutrien yang terjadi bersamaan (stunting), 4 orang anak memiliki tiga-empat gejala defisiensi mikronutrien. Kekurangan vitamin dan mineral yang paling umum adalah seng, folat, vitamin A, dan vitamin D.  Praktik pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) masih belum memenuhi 4 syarat, yaitu: kurang tepat waktu, tidak adekuat, kurang higienis, dan kurang memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang anak. Dari penelitian ini disarankan adanya program untuk memperbaiki defisiensi mikronutrien dan mencegah terjadinya, penyebaran informasi gizi dan ASI, serta pendekatan berbasis pangan berkelanjutan lainnya.    
Pengembangan Kawasan Lubuk Vi di Desa Surau Bengkulu Tengah sebagai Destinasi Wisata Darubekti, Nurhayati; Hanum, Sri Handayani; Widiono, Sumarto
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 9 No 1 (2024): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v9i1.603

Abstract

Desa Surau memiliki potensi sebagai desa wisata, namun sarana dan prasarananya masih sangat terbatas, serta tingkat kesadaran masyarakat belum tumbuh dengan baik. Pada tahun 2022 tim PPM telah melakukan persiapan sosial, sosialisasi, pendampingan, pelatihan, gotong royong, dan pemberian hibah sarana dan prasarana pendukung pariwisata. Sudah ada gerakan masyarakat/desa untuk mengelolanya menjadi desa wisata, namun pengembangan Desa Surau sebagai desa wisata rintisan masih harus dilanjutkan. PPM kali ini merupakan pengembangan lebih lanjut kawasan Lubuk Vi sebagai destinasi wisata. Metode pengembangan pariwisata berbasis komunitas diawali dengan rapat untuk membentuk tim kerja, menentukan desain gambar ikonik, hibah ornamen dan bahan untuk pengecatan jembatan, dilanjutkan dengan kegiatan gotong royong pemasangan ornamen dan pengecatan jembatan. Jembatan gantung di kawasan Lubuk Vi selain memudahkan dan mempersingkat waktu masyarakat untuk mengangkut hasil pertanian padi, juga dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Oleh karena itu, bersama tim PPM, jembatan ini dicat ulang dan dihiasi ornamen LUBUK Vi untuk menarik minat generasi milenial yang gemar selfie. Khalayak sasaran adalah perangkat desa, anggota Pokdarwis, Karang Taruna, dan masyarakat sekitar kawasan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa jembatan warna-warni dan ikon LUBUK Vi mempercantik desa, memiliki daya tarik, dan menjadi tujuan wisata, serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial budaya masyarakat melalui pendayagunaan sumber daya lokal. Pemberdayaan masyarakat berbasis pariwisata ini mengembangkan berbagai kualitas masyarakat yang saling melengkapi. Masyarakat penerima program antusias dan ikut andil dalam membangun pariwisata di desanya, terlibat dalam gotong royong, dan merawat permukiman di lingkungan sendiri. Surau Village has potential as a tourist village, but the facilities and infrastructure are still very limited, and the level of public awareness has not grown well. In 2022 the PPM team has carried out social preparations, outreach, mentoring, training, mutual cooperation, and providing grants for tourism supporting facilities and infrastructure. There is already a community/village movement to manage it as a tourist village, but the development of Surau Village as a pilot tourism village still needs to be continued. This PPM is a further development of the Lubuk Vi area as a tourist destination. The community-based tourism development method begins with a meeting to form a work team, determine the design of an iconic image, grant ornaments and materials for painting the bridge, followed by mutual cooperation activities to install ornaments and paint the bridge. The suspension bridge in the Lubuk Vi area apart from making it easier and shorter for people to transport rice agricultural products, can also be used as a tourist attraction. Therefore, together with the PPM team, this bridge was repainted and decorated with LUBUK Vi ornaments to attract the interest of the millennial generation who likes selfies. The target audience is village officials, members of Pokdarwis, Karang Taruna, and communities around the area. The results of the activity show that the colorful bridge and the LUBUK Vi icon beautify the village, have an attraction, and become a tourist destination, as well as improving the economic and socio-cultural welfare of the community through utilizing local resources. This tourism-based community empowerment develops various complementary community qualities. Community recipients of the program are enthusiastic and take part in developing tourism in their villages, are involved in mutual cooperation, and care for settlements in their own environment.
Transformasi Media dan Budaya Baru : Ketidakpatuhan Lalu Lintas Pengendara terhadap Penerapan ETLE (E-Tilang) di Kota Bengkulu Sijabat, Putra Michael; Nopianti, Heni; Hanum, Sri Handayani
Jurnal Sosiologi Andalas Vol. 10 No. 2 (2024)
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jsa.10.2.27-43.2024

Abstract

Abstract: This article describes the research findings behind the implementation of ETLE in motorists’ understanding and the causes of motorists' non-compliance with the implementation of CCTV-based ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) in Bengkulu City. The qualitative method uses non-participant observation techniques, interviews, triangulation and secondary data in the data collection process. Informants were determined by purposive sampling. The research data were analyzed using Robert K. Merton's functional structural theory. The results showed that the application of ETLE in the understanding of motorists in Bengkulu city is that this system is less effective. They argue that ETLE tends to be a form of excessive surveillance that is inappropriate in law enforcement. Motorists are also concerned about potential technical errors in the system that could result in unfairness or confusion in the administrative process. Meanwhile, the causes of motorist non-compliance with ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) in Bengkulu City are the low understanding of motorists towards ETLE and the culture of neglect of motorists in ignoring this ETLE system. The importance of awareness and knowledge of the use of CCTV-based ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) for motorists is the main focus of this topic. In addition, policymakers and law enforcement officials can take strategic steps to increase the use of CCTV-based ETLE.