Trikusuma, Gusti Ayu Ardhia Candra
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Peran frekuensi latihan yoga terhadap tingkat kecemasan pada remaja di Kabupaten Tabanan Trikusuma, Gusti Ayu Ardhia Candra; Suarya, Luh Made Karisma Sukmayanti
Jurnal Psikologi Udayana Edisi Khusus
Publisher : Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.373 KB)

Abstract

Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran atau ketegangan berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh individu. Masa remaja merupakan masa yang rentan mengalami kecemasan akibat adanya faktor biologis seperti perkembangan fisiologis yang memengaruhi produksi hormon stres atau kecemasan, faktor hubungan interpersonal terkait dengan hubungan remaja tersebut dengan teman sebaya, serta faktor kognitif yaitu mengenai kemampuan remaja dalam menginterpretasikan suatu stimulus dari lingkungan. Salah satu cara yang efektif untuk mereduksi kecemasan adalah dengan berlatih yoga. Yoga merupakan kombinasi antara gerakan tubuh dan pengaturan napas yang dapat memberikan manfaat bagi fisik dan psikis individu. Efektivitas yoga dalam memberikan manfaat tersebut dipengaruhi oleh frekuensi latihan yoga atau jumlah latihan yoga yang dilakukan individu. Umumnya yoga akan memberikan dampak positif setelah individu melakukan yoga dalam waktu 3 (tiga) bulan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui peran frekuensi latihan yoga terhadap tingkat kecemasan pada remaja di Kabupaten Tabanan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 123 siswa. Alat ukur dalam penelitian ini yaitu Skala Kecemasan dan Kuesioner Frekuensi Latihan Yoga. Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa koefisien parameter frekuensi latihan yoga sebesar -0.883 serta nilai koefisien determinasi sebesar 0.109 , yang berarti frekuensi latihan yoga berperan secara negatif terhadap tingkat kecemasan dan memiliki peran yang signifikan terhadap kecemasan. Peran negatif frekuensi latihan yoga terhadap tingkat kecemasan berarti semakin tinggi frekuensi latihan yoga pada individu, maka semakin rendah tingkat kecemasan pada individu tersebut.
Distres Psikologis di Masa Pandemi COVID 19: Sebuah Tinjauan Literatur Sistematis Trikusuma, Gusti Ayu Ardhia Candra; Hendriani, Wiwin
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 6 No 2 (2021): INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V6I22021.106-116

Abstract

Pandemi Coronavirus Disease-19 (COVID-19) menimbulkan distres psikologis bagi masyarakat yang terdampak sehingga dibutuhkan adanya kesadaran terkait seperti apa distres psikologis yang ditimbulkan di masa pandemi. Studi ini merupakan tinjauan literatur dengan pendekatan sistematis yang bertujuan untuk menggali tentang ragam distres psikologis yang muncul pada masyarakat terdampak pandemi COVID-19, gejala-gejala yang ditimbulkan, serta mengenali apa saja stressor yang menimbulkan gejala-gejala tersebut. Adapun hasil dari studi ini yaitu distres psikologis yang dominan dirasakan masyarakat terdampak COVID-19 meliputi gejala kecemasan, gejala depresi, gejala stres akut, serta gejala post-traumatic stress disorder (PTSD). Gejala-gejala distres psikologis lainnya yang dirasakan berupa perasaan kesepian, ketidakberdayaan, kemarahan, ketakutan, insomnia, penghindaran stressor, mimpi buruk, pusing, serta palpitasi. Penyebab kemunculan gejala tersebut dipicu oleh adanya stressor berupa kondisi ketidakpastian, hilangnya sense of control, ketidakberdayaan, persepsi negatif terkait kesehatan orang lain, tinggal sendirian saat menjalani karantina, tingginya risiko individu terpapar COVID-19, dekatnya jarak dengan orang yang berisiko tinggi atau penderita COVID-19, serta adanya stigmatisasi dari orang sekitar.