Penelitian ini mengangkat isu kekerasan terhadap anak yang divisualisasikan melalui pendekatan fotografi konseptual dengan gaya naratif dan simbolis. Kekerasan yang dimaksud mencakup tindakan fisik dan verbal yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak dalam ruang lingkup domestik. Fenomena ini sering kali tersembunyi dan tidak mudah terlihat secara kasat mata, sehingga dibutuhkan pendekatan visual yang mampu menggambarkan dampak psikologis serta emosional yang dialami oleh anak korban kekerasan. Melalui bahasa visual yang kuat, menyentuh, dan penuh makna, fotografi digunakan sebagai medium ekspresi untuk menyuarakan kepedihan serta kerentanan anak-anak yang menjadi korban dalam lingkungan yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi mereka bertumbuh dan berkembang. Dalam proses penciptaannya, karya ini didasari oleh teori fotografi konseptual yang berpadu dengan pendekatan semiotika untuk memperkuat makna simbolik dari setiap elemen visual yang ditampilkan. Teknik pencitraan digital juga diterapkan untuk membangun suasana emosional dan memperkuat intensitas pesan dalam setiap foto. Selain itu, prinsip pencahayaan, sudut pengambilan gambar, serta komposisi artistik dimanfaatkan secara maksimal untuk mengarahkan perhatian penonton kepada isu utama yang ingin diangkat. Proses artistik ini mencakup tahapan observasi langsung di lapangan, wawancara dengan individu yang relevan, studi literatur terkait isu kekerasan anak, serta eksplorasi visual dalam merumuskan dan mengembangkan konsep gambar secara kreatif. Karya yang dihasilkan berupa dua puluh foto hitam putih yang menyajikan narasi visual tentang penderitaan batin anak akibat kekerasan domestik. Warna monokrom dipilih untuk menegaskan kesan suram, getir, dan menyakitkan dari tema yang diangkat. Melalui karya ini, diharapkan muncul kesadaran kolektif masyarakat terhadap pentingnya pola asuh yang sehat, penuh empati, dan mendorong keterlibatan seni sebagai suara kritis terhadap isu sosial dan kemanusiaan, khususnya terkait kekerasan terhadap anak