Pendidikan merupakan fondasi utama untuk membangun masa depan bangsa. Pemerintah Indonesia telah menerapkan Kurikulum Merdeka sebagai bagian dari transformasi menuju masyarakat 5.0 dalam upaya memajukan sistem pendidikan. Meskipun ide ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, banyak masalah muncul saat diterapkan, terutama terkait peran guru dan wali kelas. Oleh karena itu, artikel ini akan membicarakan tentang masalah yang dihadapi guru dan wali kelas saat menerapkan Kurikulum Merdeka era Society 5.0 di SD NU Darusaalam Semen. Dengan memahami masalah-masalah ini, kami berharap dapat menemukan cara yang lebih baik untuk meningkatkan efisiensi dan kesetaraan pelaksanaan kurikulum. Ini akan menjadi titik penting untuk mencetak generasi unggul di masa depan. Penelitian ini mengeksplorasi "Problematika Walikelas dan Guru dalam Penerapan Kurikulum Merdeka Era Society di SD NU Darussalam Semen Kediri" melalui pendekatan deskriptif kualitatif. Sugiyono (2019) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif, yang berbasis pada filsafat post-positivisme, digunakan untuk mempelajari subjek dalam keadaan alami, atau keadaan riil, tanpa setting atau keadaan eksperimen, dengan peneliti sebagai alat utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kurikulum merdeka di SD NU Darussalam Semen Kediri, dimana saat ini pedoman penerapan yang dilakukan guru adalah buku teks siswa dan buku pedoman kurikulum mandiri. Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa hambatan yang dialami dalam pelaksanaan kurikulum merdeka, dimana hambatan tersebut sama dengan penyebab kurangnya kesiapan guru dalam menghadapi kurikulum merdeka. Antara lain: 1) kurangnya sosialisasi tentang implementasi kurikulum merdeka, 2) kurangnya keaktifan Kelompok Kerja Guru (KKG), 3) kurangnya waktu guru untuk belajar kurikulum merdeka dikarenakan disibukkan oleh administrasi kelas/sekolah, serta 4) kurangnya media belajar untuk guru. Tantangan bagi guru dalam melaksanakan kurikulum merdeka antara lain: guru harus lebih kreatif, inovatif, serta harus bisa menilai siswa pada prosesnya, bukan semata-mata pada nilai akhir saja. Serta hambatan siswa dalam memahami kurikulum merdeka antara lain: lemahnya kemampuan siswa di bidang numerasi dan literasi serta kurangnya media belajar yang memadai. Solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut tentunya membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak khususnya pemerintah sebagai pembuat kebijakan yaitu dengan memberikan pelatihan bagi para guru, dan pembiasaan pembelajaran kurikulum merdeka agar dapat berjalan sesuai dengan fokus dan tujuannya. Selain itu dapat juga dengan mengikuti Wokshop Intern dan Ekstern, memperluas pengetahuan tentang metode pembelajaran, sharing dengan sesama pendidik dan mengubah mindset, pendidik harus lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam menyampaikan materi kepada anak didik, meningkatkan budaya literasi dan numerasi siswa, guru harus bisa membagi waktu untuk belajar lebih banyak lagi tentang cara pembuatan modul ajar Kurikulum Merdeka, serta sekolah harus melengkapi sarana dan prasarana yang ada.