Mahfudh, Mahfudh
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN MAJENE Mahfudh, Mahfudh; Saleh, Haeruddin; Saleh, Muhammad Yusuf
Indonesian Journal of Business and Management Vol. 3 No. 2 (2021): Indonesian Journal of Business and Management, Juni 2021
Publisher : Postgraduate Bosowa University Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/jbm.v3i2.651

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (a) pengaruh pendapatan perkapita terhadap pendapatan asli daerah. (b) pengaruh jumlah perusahaan terhadap pendapatan asli daerah. (c) pengaruh jumlah penduduk terhadap pendapatan asli daerah. (d) faktor dominan yang berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Penelitian ini bersifat kausal dengan tipe konklusif berstruktur dan sistematik untuk menentukan hubungan sebab-akibat beberapa variabel. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan dan data sekunder pendapatan asli daerah Kabupaten Majene tahun 2014-2018. Hasil penelitian menunjukkan (a) pendapatan perkapita berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Majene Tahun 2014-2018. Pertumbuhan pendapatan perkapita dengan trend positif dapat meningkatkan jumlah pendapatan asli daerah. (b) Jumlah perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Majene Tahun 2014-2018. Semakin banyak jumlah perusahaan maka akan menambah kontribusi pajak ke Pemerintah Daerah Kabupaten Majene. (c) Jumlah penduduk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Majene Tahun 2014-2018. Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan pendapatan yang ditarik dari subyek pajak (penduduk) secara berkesinambungan. (d) Pendapatan perkapita merupakan faktor yang paling dominan dalam berkontribusi meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Majene Tahun 2014-2018. This research aims to determine (a) the influence of percapita income on local own-source revenue. (b) the effect of the number of companies on local own-source revenue. (c) the effect of population on local own-source revenue. (d) the dominant factor that affects local own-source revenue. This research is causal, structured and systematic type of study which determines the cause-effect relationship of several variables. The data collection technique uses literature study and secondary data of local own-source revenue from Majene Regency between 2014 and 2018. The results showed that (a) Per capita income had a positive and significant effect on the local own-source revenue of Majene Regency in 2014-2018. The growth of per capita income with a positive trend can increase the amount of local own-source revenue. (b) The number of companies had a positive and significant effect on the local own-source revenue of Majene Regency in 2014-2018. The more companies that were established, the more tax contribution will be added to the Regional Government of Majene Regency. (c) The population had a positive and significant effect on the local own-source revenue of Majene Regency in 2014-2018. Increasing the number of residents would increase the income drawn from the tax subject (resident) continuously. (d) Per capita income was the most dominant factor contributing to increasing of the local own-source revenue of Majene Regency in 2014-2018.
Problematika Wali Kelas dalam Penerapan Kurikulum Merdeka Mahfudh, Mahfudh
MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Vol 10 No 4 (2023): Desember
Publisher : Program Studi PGMI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Hikmah Mojokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69896/modeling.v10i4.2129

Abstract

Pendidikan merupakan fondasi utama untuk membangun masa depan bangsa. Pemerintah Indonesia telah menerapkan Kurikulum Merdeka sebagai bagian dari transformasi menuju masyarakat 5.0 dalam upaya memajukan sistem pendidikan. Meskipun ide ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, banyak masalah muncul saat diterapkan, terutama terkait peran guru dan wali kelas. Oleh karena itu, artikel ini akan membicarakan tentang masalah yang dihadapi guru dan wali kelas saat menerapkan Kurikulum Merdeka era Society 5.0 di SD NU Darusaalam Semen. Dengan memahami masalah-masalah ini, kami berharap dapat menemukan cara yang lebih baik untuk meningkatkan efisiensi dan kesetaraan pelaksanaan kurikulum. Ini akan menjadi titik penting untuk mencetak generasi unggul di masa depan. Penelitian ini mengeksplorasi "Problematika Walikelas dan Guru dalam Penerapan Kurikulum Merdeka Era Society di SD NU Darussalam Semen Kediri" melalui pendekatan deskriptif kualitatif. Sugiyono (2019) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif, yang berbasis pada filsafat post-positivisme, digunakan untuk mempelajari subjek dalam keadaan alami, atau keadaan riil, tanpa setting atau keadaan eksperimen, dengan peneliti sebagai alat utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kurikulum merdeka di SD NU Darussalam Semen Kediri, dimana saat ini pedoman penerapan yang dilakukan guru adalah buku teks siswa dan buku pedoman kurikulum mandiri. Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa hambatan yang dialami dalam pelaksanaan kurikulum merdeka, dimana hambatan tersebut sama dengan penyebab kurangnya kesiapan guru dalam menghadapi kurikulum merdeka. Antara lain: 1) kurangnya sosialisasi tentang implementasi kurikulum merdeka, 2) kurangnya keaktifan Kelompok Kerja Guru (KKG), 3) kurangnya waktu guru untuk belajar kurikulum merdeka dikarenakan disibukkan oleh administrasi kelas/sekolah, serta 4) kurangnya media belajar untuk guru. Tantangan bagi guru dalam melaksanakan kurikulum merdeka antara lain: guru harus lebih kreatif, inovatif, serta harus bisa menilai siswa pada prosesnya, bukan semata-mata pada nilai akhir saja. Serta hambatan siswa dalam memahami kurikulum merdeka antara lain: lemahnya kemampuan siswa di bidang numerasi dan literasi serta kurangnya media belajar yang memadai. Solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut tentunya membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak khususnya pemerintah sebagai pembuat kebijakan yaitu dengan memberikan pelatihan bagi para guru, dan pembiasaan pembelajaran kurikulum merdeka agar dapat berjalan sesuai dengan fokus dan tujuannya. Selain itu dapat juga dengan mengikuti Wokshop Intern dan Ekstern, memperluas pengetahuan tentang metode pembelajaran, sharing dengan sesama pendidik dan mengubah mindset, pendidik harus lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam menyampaikan materi kepada anak didik, meningkatkan budaya literasi dan numerasi siswa, guru harus bisa membagi waktu untuk belajar lebih banyak lagi tentang cara pembuatan modul ajar Kurikulum Merdeka, serta sekolah harus melengkapi sarana dan prasarana yang ada.
Islamic Da‘wah of Wali Songo: Religious Moderation Through Cultural Acculturation in a Pluralistic Society Mahfudh, Mahfudh; Susetiyo, Ari
JASNA : Journal For Aswaja Studies Vol 5, No 2 (2025)
Publisher : Pusat Studi Aswaja An-Nahdliyyah UNISNU Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/jasna.v5i2.8675

Abstract

Abstract The spread of Islam by the Wali Songo in Indonesia is a relevant example of religious moderation, particularly in pluralistic societies. This study aims to analyze the cultural acculturation approach employed by the Wali Songo in their da’wah to promote the formation of an inclusive and tolerant society. A literature study method is used to examine the da'wah strategies of Wali Songo, the concept of cultural acculturation, and its implications for religious moderation. The results show that Wali Songo's da’wah successfully integrated local cultural elements, such as gamelan and wayang, in spreading Islam without requiring the community to abandon their original cultural identities. Their teachings emphasize tolerance, cooperation, and maintaining good relations between religious communities, which are in line with religious moderation principles. In today's increasingly pluralistic society, the inclusive and tolerant values taught by the Wali Songo are crucial for fostering social harmony. Therefore, their teachings, focusing on cultural acculturation and religious moderation, serve as an excellent model for application in Indonesia’s multicultural society. Keywords: Wali Songo, Religious Moderation, Cultural Acculturation. AbstrakPenyebaran Islam oleh Wali Songo di Indonesia merupakan contoh moderasi beragama yang relevan, terutama dalam masyarakat plural. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendekatan akulturasi budaya yang dilakukan Wali Songo dalam dakwahnya untuk mendorong pembentukan masyarakat inklusif dan toleran. Metode yang digunakan adalah studi pustaka untuk menganalisis strategi dakwah Wali Songo, konsep akulturasi budaya, serta implikasinya terhadap moderasi beragama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dakwah Wali Songo berhasil mengintegrasikan unsur-unsur budaya lokal, seperti gamelan dan wayang, dalam penyebaran Islam tanpa menghapus identitas budaya asli masyarakat. Ajaran mereka menekankan toleransi, kerja sama, dan menjaga hubungan baik antar umat beragama, sesuai dengan prinsip moderasi beragama. Dalam masyarakat yang semakin plural, nilai-nilai inklusif dan toleransi yang diajarkan Wali Songo sangat penting untuk membangun harmoni sosial. Oleh karena itu, ajaran mereka yang berfokus pada akulturasi budaya dan moderasi beragama dapat menjadi model yang baik untuk diterapkan dalam masyarakat multikultural Indonesia. Kata kunci: Wali Songo, Moderasi Beragama, Akulturasi Budaya.
Problematika Wali Kelas dalam Penerapan Kurikulum Merdeka Mahfudh, Mahfudh
MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Vol. 10 No. 4 (2023): Desember
Publisher : Program Studi PGMI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Hikmah Mojokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69896/modeling.v10i4.2129

Abstract

Pendidikan merupakan fondasi utama untuk membangun masa depan bangsa. Pemerintah Indonesia telah menerapkan Kurikulum Merdeka sebagai bagian dari transformasi menuju masyarakat 5.0 dalam upaya memajukan sistem pendidikan. Meskipun ide ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, banyak masalah muncul saat diterapkan, terutama terkait peran guru dan wali kelas. Oleh karena itu, artikel ini akan membicarakan tentang masalah yang dihadapi guru dan wali kelas saat menerapkan Kurikulum Merdeka era Society 5.0 di SD NU Darusaalam Semen. Dengan memahami masalah-masalah ini, kami berharap dapat menemukan cara yang lebih baik untuk meningkatkan efisiensi dan kesetaraan pelaksanaan kurikulum. Ini akan menjadi titik penting untuk mencetak generasi unggul di masa depan. Penelitian ini mengeksplorasi "Problematika Walikelas dan Guru dalam Penerapan Kurikulum Merdeka Era Society di SD NU Darussalam Semen Kediri" melalui pendekatan deskriptif kualitatif. Sugiyono (2019) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif, yang berbasis pada filsafat post-positivisme, digunakan untuk mempelajari subjek dalam keadaan alami, atau keadaan riil, tanpa setting atau keadaan eksperimen, dengan peneliti sebagai alat utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kurikulum merdeka di SD NU Darussalam Semen Kediri, dimana saat ini pedoman penerapan yang dilakukan guru adalah buku teks siswa dan buku pedoman kurikulum mandiri. Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa hambatan yang dialami dalam pelaksanaan kurikulum merdeka, dimana hambatan tersebut sama dengan penyebab kurangnya kesiapan guru dalam menghadapi kurikulum merdeka. Antara lain: 1) kurangnya sosialisasi tentang implementasi kurikulum merdeka, 2) kurangnya keaktifan Kelompok Kerja Guru (KKG), 3) kurangnya waktu guru untuk belajar kurikulum merdeka dikarenakan disibukkan oleh administrasi kelas/sekolah, serta 4) kurangnya media belajar untuk guru. Tantangan bagi guru dalam melaksanakan kurikulum merdeka antara lain: guru harus lebih kreatif, inovatif, serta harus bisa menilai siswa pada prosesnya, bukan semata-mata pada nilai akhir saja. Serta hambatan siswa dalam memahami kurikulum merdeka antara lain: lemahnya kemampuan siswa di bidang numerasi dan literasi serta kurangnya media belajar yang memadai. Solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut tentunya membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak khususnya pemerintah sebagai pembuat kebijakan yaitu dengan memberikan pelatihan bagi para guru, dan pembiasaan pembelajaran kurikulum merdeka agar dapat berjalan sesuai dengan fokus dan tujuannya. Selain itu dapat juga dengan mengikuti Wokshop Intern dan Ekstern, memperluas pengetahuan tentang metode pembelajaran, sharing dengan sesama pendidik dan mengubah mindset, pendidik harus lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam menyampaikan materi kepada anak didik, meningkatkan budaya literasi dan numerasi siswa, guru harus bisa membagi waktu untuk belajar lebih banyak lagi tentang cara pembuatan modul ajar Kurikulum Merdeka, serta sekolah harus melengkapi sarana dan prasarana yang ada.