Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Perbedaan Basal Metabolic Rate Berdasarkan Pengukuran dan Formula pada Atlet Bola Basket Remaja Putri Indonesia: Comparison between Measured and Predicted Basal Metabolic Rate in Indonesian Adolescent Female Basketball Players Rizal, Mochammad; Gifari, Nazhif; Arini, Ni Putu Dewi
Amerta Nutrition Vol. 8 No. 4 (2024): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v8i4.2024.567-573

Abstract

Background: Accurate estimation of energy requirement is significantly crucial for athletes to support performance. Meanwhile, Basal Metabolic Rate (BMR) constitutes the largest component of Total Energy Expenditure (TEE) and is commonly assessed using estimation formulas. Objectives: This study aimed to compare measured and predicted BMR using Body Impedance Analysis (BIA) and estimation formulas respectively among adolescent female basketball players in the Youth Sports Training Center (PPOP) Special Capital Region (DKI) Jakarta. Methods: A total of 12 adolescent female basketball players aged 14-18 years were subjected to BIA measurements to obtain BMR and body composition. BMR was compared with 24 formulas using paired t-tests, while mean differences and effect size were analyzed to determine the best predictive formula. Results: The results showed significant differences between measured (1473.6±201.2 kcal) and the majority of all predicted BMR (p-value<0.05), except for Cunningham (1459.0±102.1 kcal), Harris-Benedict (1441.7±87.0 kcal), IMNA (1398.7±91.1 kcal), and Kim (1384.3±69.6 kcal). The smallest differences between measured and predicted BMR were observed in Cunningham (14.7±113.3 kcal) and Harris-Benedict (31.9±116.2 kcal). Effect size analyses showed large differences in the majority of formulas (>1), while Cunningham (0.129) and Harris-Benedict (0.274) had the smallest effect sizes. Conclusions: Cunningham and Harris-Benedict may serve as alternative estimations for BMR aside from using BIA in adolescent female basketball players in PPOP DKI Jakarta. Future studies should consider indirect calorimetry methods to enhance BMR measurement accuracy. Similar studies should also be performed on various athletes in Indonesia with larger sample sizes.
Peramalan Close Price Mata Uang Crypto Solana Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Model Backpropagation Rizal, Mochammad; Yustanti, Wiyli
Journal of Emerging Information Systems and Business Intelligence Vol. 4 No. 4 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jeisbi.v4i4.56159

Abstract

Penerapan Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien Malnutrisi dengan Dispnea Tuberkulosis Paru dan Pneumotoraks Dekstra: Diet Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) Tambunan, Maria; Rizal, Mochammad; Monalisa, Suci Retno; Sapang, Mertien
Jurnal Sains Kesehatan Vol 32, No 2 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37638/jsk.32.2.260-268

Abstract

Tuberkulosis paru dan pneumotoraks merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang sering kali berkaitan dengan kejadian malnutrisi, sehingga selama masa perawatan diperlukan proses asuhan gizi terstandari untuk memperbaiki kondisi dan kecukupi kebutuhan gizi pasien Tujuan penelitian : Untuk memberikan asuhan gizi kepada pasien  malnutrisi dengan penyakit penyerta dispnea tuberkuloasis paru dan pneumotoraks dekstra serta melakukan dokumentasi seluruh prosesnya. Metode:  Studi kasus ini dilakukan pada bulan Mei 2024 pada pasien rawat inap di RS. Penerapan asuhan gizi diberikan selama 4 hari dimulai dengan pelaksanaan pengkajian gizi hingga proses monitoring evaluasi. Hasil: Berdasarkan hasil pengkajian gizi pada pasien ditegakkan diagnosis gizi N.C 4.1 Malnutisi berkaitan dengan penyakit kronis, peningkatan kebutuhan zat gizi, dan penurunan nafsu makan ditandai oleh IMT 12.7 kg/m2, kehilangan masssa otot dan lemak subkutan, serta asupan energi dan zat gizi makro 30%. Pasien diberikan intervensi berupa pemberian diet TETP secara bertahap melalui rute oral serta pemberian edukasi dan konseling pada pasien dan keluarga. Hasil monitoring dan evaluasi menunjukkan asupan pasien mulai meningkat tanpa memperberat kondisi klinis pasien. Selain itu, pasien dan keluarga juga memahami adanya peningkatan kebutuhan pasien karena penyakit pasien. Kesimpulan: Pemberian asuhan gizi yang dirancang khusus untuk pasien memberikan tanda yang baik selama intervensi selama 3 hari, sehinggga pelaksanaan intervensi dapat dilanjutkan untuk mendapatkan perbaikan gizi lebih baik.Kata Kunci: diet tinggi energi tinggi protein (TETP), malnutrisi pneumotoraks, proses asuhan gizi, tuberkulosis paru