Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGELOLAAN KEHAMILAN 18 MINGGU DENGAN KEK (KEKURANGAN ENERGI KRONIS) Sari, Sylviani Dessiana; Harjanti, Agnes Isti
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 8, No 2 (2016): Juni 2016
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang :Kondisi Kurang Energi Kronis sampai sekarang masih menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Kurang energi pada ibu hamil akan terjadi jika kebutuhan tubuh akan energi tidak tercukupi oleh diet. ibu hamil membutuhkan energi yang lebih besar dari kebutuhan energi individu normal. Hal ini dikarenakan pada saat hamil ibu, ibu tidak hanya memenuhi kebutuhan energi untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk janin yang dikandungnya. Oleh sebab itu jika pemenuhan kebutuhan energi pada ibu hamil kurang dari normal, maka hal itu tidak hanya akan membahayakan ibu, tetapi juga janin yang ada di dalam kandungan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012, prevalensi ibu hamil risiko Kurang Energi Kronis di Indonesia sebesar 21,6% (Sandjaja, 2012, hlm. 5). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2012, prevalensi Kurang Energi Kronis wanita usia subur di provinsi Jawa Tengah adalah 17,2% (Depkes RI, 2013). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Semarang jumlah ibu hamil pada tahun 2014 sebanyak 29.026 orang, yang mengalami Kurang Energi Kronis sebanyak 1,147 (3,95%), sedangkan data yang di peroleh dariPuskesmas Bangetayu Semarang jumlah ibu hamil pada tahun 2014 sebanyak 990 orang, yang mengalami Kurang Energi Kronis di puskesmas Bangetayu sebanyak 65 orang (6,56%). Resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Kurang Energi Kronis adalah keadaan di mana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Seorang ibu hamil dikatakan terkena Kurang Energi Kronis apabila LILA 23,5 cm. Wanita yang bersikeras hamil di kala status gizinya buruk, menghadapi risiko melahirkan bayi berberat badan rendah 2—3 kali lebih besar dibandingkan mereka yang berstatus gizi baik; disamping kemungkinan menyumbang angka kematian pada bayi.Tujuan :Mengetahui penanganan pola asuhan pada ibu hamil Ny.W umur 25 tahun G2P1Ao usia kehamilan 18 minggu dengan Kurang Energi Kronis di Puskesmas Banget Ayu Semarang.Metode :Studi kasus ini merupakan jenis diskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan sampel dengan quota sampling, memilih sampel sesuai dengan keinginan peneliti. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan penelitia ini Ny. W umur 25 tahun G2P1A0 sebagai subject observasi. Data dikumpulkan adalah data primer dengan mengikuti perkembangan subject selama intervensi diberikan dalam kurun waktu 21 hari dengan mengamati kenaikan berat badan dan LILA. Istrumen studi kasus ini yang digunakan format asuhan kebidanan ibu hamil. Teknik analisis data yang digunakan secara diskriptif.Hasil :Pada ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis asuhan yang terpenting diberikan yaitu pengawasan makan pada subjek dengan cara memberikan format recole kepada ibu agar mengetahui pola makan ibu dan jumlah kalori yang dipenuhi oleh subjek, selain itu juga dilakukan observasi berat badan dan LILA setiap minggunya.Hasilnya pada pengkajian ke IV, didapatkan kenaikan LILA sebesar 0,5 cm dari 22 cm menjadi 22,5 cm, kenaikan berat badan sebesar 2,5 kg dari 40 kg menjadi 42,5 kg, dan kenaikan IMT dari 17,0 menjadi 18,0. Hasil pengkajian yang telah didapatkan terlihat bahwa berat badan ibu dan 1 IMT sudah bisa mencapai tetapi LILA masih belum bisa mencapai karena kenaikan berat badan ibu tidak langsung dapat terlihat di lengan melainkan di perut dan pinggul terlebih dahulu sehingga kenaikan LILA yang bisa dicapai hanya sebesar 0,5 cm.Kesimpulan :Dengan IMT 18,0 ternyata belum dapat mencapai lingkar lengan 23,5, sedangkan kriteria Kurang Energi Kronis menurut pengukuran IMT 18,0, sudah tergolong tidak Kurang Energi Kronis. Dalam hal ini teori pengukuran LILA sebagai ukuran Kurang Energi Kronis bukan merupakan satu-satunya pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan pengukuran, melainkan harus dilihat dari pengukuran lain, seperti IMT dan pengukuran ketebalan lemak tubuh dengan alat.
PENGARUH PEMBERIAN SEMANGKA TERHADAP PRODUKSI ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGAYU KOTA SEMARANG Puspita, Nella Vallen; Harjanti, Agnes Isti
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 8, No 3 (2016): Edisi Khusus September 2016
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ASI merupakan nutrisi terbaik bagi bayi penting bagi pertumbuhan dan kehidupan bayi selama 6 bulan pertama kehidupan, ASI mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan. ASI berisi banyak unsur atau zat yang memenuhi kebutuhan individu dan walaupun terjadi kemajuan teknologi, ASI tidak dapat digantikan secara akurat oleh susu buatan, ASI seringkali dirujuk sebagai cairan kehidupan (Pollard, 2015). Belum maksimalnya capaian asi eksklusif pada bayi dimana untuk Kota Semarang cakupan ASI eksklusif tahun 2016 sebanyak 67,16% termasuk di wilayah kerja Puskesmas Karangayu Kota Semarang. Rancangan penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain penelitian control group design with pretest posttest. Sampel yang digunakan 54 orang dengan uji T test. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 27 responden setelah dilakukan breastcare, 16 responden  mengalami peningkatan produksi ASI (59,25 %). Sedangkan 11 responden  lainnya tidak mengalami peningkatan produksi ASI (40,75%). Dari 27 responden yang diberikan ASI dan semangka didapatkan, peningkatan ASI dengan menggunakan breastcare dan pemberian semangka didapatkan responden yang mengalami peningkatan ASI sebanyak 21 responden (77,78 %) dan terdapat 6 responden (22,22 %) yang tidak mengalami peningkatan produksi ASI.
PENGELOLAAN KEHAMILAN 34 MINGGU DENGAN LETAK SUNGSANG MENGGUNAKAN METODE KNEE-CHEST Harjanti, Agnes Isti; Miskiyah, Zakiyatul
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 9, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Angka Kematian Ibu (AKI) juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas Angka Kematian Ibu (AKI) terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2013, hlm. 17). Masalah komposisi letak janin dalam rahim, juga merupakan bagian dari penatalaksanaan perbaikan pelayanan kesehatan, yang perlu diketahui lebih awal sebelum persalinan berlangsung. Perkiraan komposisi letak janin dalam rahim adalah: 96% letak kepala, 2,5-3% letak sungsang, sedangkan sekitar 0,5% letak melintang. Komposisi kelainan letak dapat mempersulit kelahiran janin, kalau tidak ditangani dengan tepat. Angka kematian bayi dengan persalinan letak sungsang sekitar 25-30%, hal ini cukup tinggi dan membutuhkan perhatian dalam pengelolaan selama kehamilan dan persalinan. Tindakan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas karena persalinan sungsang, perlu dilakukan intervensi pada masa kehamilan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan bulan Februari 2015 di RSUD Kota Semarang dibagian poli obsgyn, dari 296 ibu hamil ditemukan 5 ibu hamil dengan letak janin sungsang. Kehamilan letak sungsang untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah letak sungsang yaitu bidan melakukan tindakan secara komprehensif pada ibu dengan kehamilan letak sungsang dengan posisi knee-chest atau sering dikenal dengan gerakan antisungsang. Tujuan : Mengetahui penatalaksanaan kehamilan letak sungsang dengan intervensi kneechest pada Ny. M umur 25 tahun G1P0A0 hamil 34 minggu di RSUD.Kota Semarang pada tahun 2015. Metode : Studi kasus ini merupakan jenis diskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan sampel dengan quota sampling, memilih sampel sesuai dengan keinginan peneliti. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan penelitia ini Ny. M umur 25 tahun G1 P0 A0 sebagai subjek observasi. Data dikumpulkan adalah data primer dengan mengikuti perkembangan subject selama intervensi diberikan dalam kurun waktu 10 hari dengan mengamati perubagan letak janin setelah dilakukan intervensi knee chest. Istrumen studi kasus ini yang digunakan format asuhan kebidanan ibu hamil. Teknik analisis data yang digunakan secara diskriptif. Hasil : Pada kasus ini dilakukan metode knee chest 3-4 kali sehari selama 10 menit atau selama 15 menit setiap dua jam setelah bangun tidur, selama 10 hari, tetapi dalam pelaksanaan hanya dilakukan 2 kali sehari selama 8 menit dalam waktu 5 hari pertama perlakuan dilaksanakan belum berhasil dan observasi janin masih dalam keadaan sungsang, namun setelah metode knee chest diberikan sesuai 3-4 kali sehari selama 10 atau selama 15 menit, dilanjutkan dan setelah 10 hari dilakukan observasi janin sudah dalam keadaan normal. Kesimpulan : Data yang didapatkan dari pengkajian mengatakan sudah tidak ada lagi benda keras yang mendesak tulang iga, dan pemeriksaan Leopold bagian terbawah janin teraba bagian bulat, keras, melenting yaitu presentasi kepala, hal ini terjadi karena kepala janin yang mendesak tulang iga sudah berputar dan kepala janin sudah berada pada bagian terbawah janin. Maka dapat disimpulkan tindakan knee-chest yang dilakukan pada Ny. M umur 25 tahun G1P0A0 hamil 34 minggu dengan letak sungsang dilakukan intervensi knee-chest selama 10 hari janin sudah dalam keadaan letak normal.
ANALISIS MANFAAT PENERAPAN PIJAT OKSITOSIN DAN EDUKASI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN Harjanti, Agnes Isti; Puspita, Nella Valen Ika
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 10, No 2 (2019)
Publisher : STIKES Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33666/jitk.v10i2.223

Abstract

ABSTRAK                                                                             Latar Belakang Analisis secara nasional dari Riskesdas 2013 dan Laporan rutin Direktorat Jendral Bina Gizi-KIA Kementrian Kesehatan Cakupan ASI Eksklusif saat ini belum bisa mencapai target pemerintah Indonesia yaitu sebesar 80%. Masalah hambatan dalam pencapaian ASI Eksklusif yaitu tingginya praktik pemberian makanan prelaktal ibu bekerja dan pemberian susu formula bayi, sehingga sangat sedikit bayi yang diberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan.TujuanMenganalisis tingkat manfaat pijat, tingkat manfaat edukasi ASI Eksklusif, mendiskripsikan pemberian ASI eksklusif dan membedakan besarnya manfaat penerapan pijat oksitosin dengan edukasi ASI eksklusif pada ibu nifas yang menyusui eksklusif pada bayi di Kelurahan Karangayu Semarang.                                                  Metode       Penelitian ini merupakan jenis studi corelasional, yang menghubungkan variabel independent dengan variabel dependent yaitu edukasi ASI eksklusif dan pijat oksitosin dengan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif dan pijat oksitosin yang benar. Sampel yang digunakan sebesar 40 ibu nifas dengan teknik sampling total sampling..                     Hasil Analisis tingkat manfaat pijat oksitosin pada ibu lebih meningkatkan ibu untuk melakukan pijat oksitosin sesuai anjuran sebanyak 50%-57,1%. Dengan hasil uji statistik ada perbedaan yang bermakna yaitu dengan hasil T-test 21,877 dan 7,804 dengan siknifikasnsi P< 0,000. Analisis tingkat manfaat edukasi ASI Eksklusif bahwa edukasi kurang meningkatkan keinginan ibu untuk menyusui eksklusif sebanyak 33,3%-50%. Analisis perbedaan tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif didapatkan ada perbedaan yang bermakna pada ibu nifas yang tingkat pengetahuannya baik dan akan memberikan ASI secara ekskusif dengan hasil T-test 21,877 dan 3,199 dengan signifikansi P < 0,000. Diskripsikan pemberian ASI eksklusif masih tergolong rendah sebanyak 47,5%. Perbedaan besarnya manfaat penerapan pijat oksitosin dengan edukasi ASI eksklusif pada ibu nifas yang menyusui eksklusif pada bayi. ada perbedaan yang bermakna pada ibu nifas yang tingkat pengetahuannya baik dan akan memberikan ASI secara ekskusif dengan hasil T-test 21,877 dan 3,199 dengan signifikansi P < 0,000, dan hasil T-test 21,877 dan 5,339 dengan siknifikansi P < 0,000. Perbedaan yang dapat dilihat bahwa ibu nifas yang memberikan ASI Eksklusif cenderung melakukan pijat oksitosin untuk meningkatkan ASInya dibandingkan dengan ibu nifas yang tidak menyusui secara eksklusif mereka juga tidak melakukan pijat oksitosin dengan baik dan benar.Kesimpulan  Membedakan besarnya manfaat penerapan pijat oksitosin dengan edukasi ASI eksklusif pada ibu nifas yang menyusui eksklusif pada bayi didapatkan perbedaan  hasil T-test 21,877 dan 3,199 dengan signifikansi P < 0,000, dan ada perbedaan hasil T-test 21,877 dan 5,339 dengan siknifikansi P < 0,000. Hasil perbedaan tingkat pengetahuan ASI eksklusif dengan pemberian pijat oksitosin pada ibu nifas terjadi perbedaan yang bermakna yaitu dengan hasil T-test 21,877 dan 7,804 dengan siknifikasnsi P< 0,000. Kata Kunci : ASI Eksklusif, Edukasi, Pijat Oksitosin,Ibu Nifas.     ABSTRACT                                                               Background National analysis of the 2013 Riskesdas and KIA Ministry of Health's Directorate General of Nutrition Development, Exclusive of breastfeeding Coverage has not been able to achieve the Indonesian government's target of 80%. The problem of obstacles in achieving exclusive breastfeeding is the high practice of prelactal feeding of mothers working and the provision of infant formula milk, so that very few babies are given exclusive breastfeeding for up to 6 months.Purpose  Analyzing the benefits of massage, the level of benefits of exclusive breastfeeding education, describing exclusive breastfeeding and differentiating the benefits of applying oxytocin massage with exclusive breastfeeding education for postpartum mothers who exclusively breastfed infants in Karangayu SemarangMethod This study is a correlational study, which relates the independent variables to the dependent variable, namely exclusive breastfeeding education and oxytocin massage with the implementation of exclusive breastfeeding and correct oxytocin massage. The sample used was 40 postpartum mothers with total sampling technique.                  Result  Analysis of the level of benefits of oxytocin massage on the mother further increased the mother to do oxytocin massage according to the recommendation of 50% -57.1%. With the results of statistical tests there were significant differences with the results of the T-test of 21.877 and 7.804 with a P <0.000.   Analiasis of the level of benefits of exclusive breastfeeding education that education does not increase the desire of mothers to exclusively breastfeed as much as 33.3% -50%. Analysis of differences in the level of knowledge with exclusive breastfeeding found that there were significant differences in postpartum mothers whose level of knowledge was good and would give exclusive breastfeeding with the results of T-test of 21.877 and 3.199 with a significance of P <0.000.       The description of exclusive breastfeeding is still as low as 47.5%. The difference in the benefits of applying oxytocin massage with exclusive breastfeeding education for postpartum mothers who exclusively breastfed infants. there is a significant difference in postpartum mothers with good knowledge level and exclusive breastfeeding with T-test results of 21.877 and 3.199 with a significance of P <0.000, and T-test results of 21.877 and 5.339 with a significance of P <0.000.  The difference can be seen that postpartum mothers who provide exclusive breastfeeding tend to do oxytocin massage to increase their breast milk compared to postpartum women who do not exclusively breastfeed they also do not do oxytocin massage properly and correctly.                                  Conclusion Differentiating the magnitude of the benefits of applying oxytocin massage with exclusive breastfeeding education for postpartum mothers who exclusively breastfed infants found differences in T-test results of 21.877 and 3.199 with a significance of P <0.000, and there were differences in T-test results of 21.877 and 5.339 with a significance of P <0.000. The results of differences in the level of knowledge of exclusive breastfeeding with oxytocin massage on postpartum mothers had a significant difference, with T-test results of 21.877 and 7.804 with P <0.000.Keywords: Exclusive breastfeeding, Education, Oxytocin Massage, Postpartum Mother
PEMBERDAYAAN KADER SEBAGAI KELOMPOK PENDUKUNG KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS KARANG AYU SEMARANG Qomariyah, Qomariyah; Maharani, Kristina; Harjanti, Agnes Isti
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan
Publisher : Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jpmk.v3i2.7858

Abstract

Keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu dan kelahiran dalam hubungan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Manuaba, 2016). Data yang didapatkan pada puskesmas Karang Ayu tahun 2018 yang menunjukan bahwa sebanyak 98% atau 490 pengguna kontrasepsi hormonal, sedangkan pengguna kontrasepsi non hormonal hanya 2% atau 10 ibu yang menggunakan. Berdasarkan data dari puskesmas, didapatkan pengguna kontrasepsi hormonal lebih banyak dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi non hormonal. Berdasarkan pengamatan wanita usia subur mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Pengetahuan merupakan salah satu faktor dalam pemilihan kontrasepsi. Selain itu juga terbatasnya metode yang tersedia faktor lain juga diantaranya pendidikan, umur dan dukungan suami. Oleh sebab itu sehubungan dengan kondisi diatas, penulis merasa perlu diadakan pengabdian masyarakat tentang “Pemberdayaan Kader Sebagai Kelompok Pendukung Keluarga Berencana Di Puskesmas Karang Ayu Semarang”.
Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Kemandirian Fungsi Gerak Fisik Pasien 6 Jam Setelah Sectio Caesaria Di Ruang Amarilys 5 SMC RS Telogorejo Semarang savita, elinda; Harjanti, Agnes Isti; Hartini, Sri
Health Research Journal of Indonesia Vol 1 No 3 (2023): Health Research Journal of Indonesia
Publisher : CV. Wadah Publikasi Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.863 KB) | DOI: 10.63004/hrji.v1i3.108

Abstract

Pendahuluan: data dari SMC RS Telogorejo Semarang pada tahun 2021 adalah 749 persalinan. Persalinan normal sebanyak 41,6% dan persalinan sectio caesaria sebanyak 58,3%. Saat ini pasien di SMC RS Telogorejo belum melakukan mobilisasi dini dalam kurun waktu 2 jam setelah operasi, rara-rata pasien mulai melakukan mobilisasi dini 4 jam setelah operasi. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap kemandirian fungsi gerak fisik pasien 6 jam setelah sectio caesaria. Metode: Penelitian ini adalah kuantitatif jenis Quasy eksperimen dengan rancangan “One-group posttest-only design” melibatkan satu kelompok yang diberikan perlakuan. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin sectio caesaria dengan spinal anesthesi tanpa komplikasi pada bulan Juni - Juli 2022 yang ANC di KOG SMC RS Telogorejo Semarang sejumlah, 36 orang. Tehnik pengambilan sampel dengan cara total sampling, dan didapatkan jumlah sampel sebesar 36 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer melalui observasi Analisis menggunakan uji one sampel t test. Hasil: berdasarkan analisis data diperoleh nilai sig 0,000 < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini terhadap kemandirian fungsi gerak fisik pasien 6 jam setelah sectio caesaria di SMC RS Telogorejo Semarang. Berdasarkan nilai t diperoleh sebesar 5,562 yang berarti bahwa setiap 1 kali intervensi mobilisasi dini yang diberikan membuat pasien berpotensi 5,562 kali untuk mandiri dalam fungsi gerak fisiknya. Simpulan: diharapkan pelayanan kesehatan perlunya menerapkan mobilisasi 2 jam post  sectio caesaria  sesuai dengan tahapanya agar dapat mempercepat kemandirian pasien  pasca sectio caesaria
Hubungan Kombinasi Massage Efflurage dan Massage Counter Pressure Terhadap Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif di Ruang Amaryllis 5 SMC RS Telogorejo Semarang Sukmaningrum, Rr. Sri Endah; Harjanti, Agnes Isti; Hartini, Sri
Health Research Journal of Indonesia Vol 1 No 3 (2023): Health Research Journal of Indonesia
Publisher : CV. Wadah Publikasi Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.032 KB) | DOI: 10.63004/hrji.v1i3.109

Abstract

Pendahuluan : Nyeri persalinan yang terjadi saat proses persalinan merupakan kondisi fisiologis yang dirasakan oleh ibu hamil ketika menjelang proses persalinan. Jika nyeri persalinan tersebut  tidak  dikelola dengan baik dan benar akan menyebabkan masalah lain salah satunya timbulnya rasa cemas, stress serta perasaaan khawatir. Tujuan : Penelitian ini untuk menganalisis hubungan kombinasi massage  efflurage dan massage counterpressure terhadap nyeri ibu bersalin kala I fase aktif. Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu quasy experiment design dengan rancangan one group pre test-post test control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang akan melahirkan secara normal di Ruang Amaryllis 5 SMC RS Telogorejo Semarang, pada bulan Juni dan Juli sejumlah 55 orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi nyeri. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan uji Wilcoxon dengan α = 0,05). Hasil : Hasil dari penelitian ini didapatkan nilai p value 0,000 (p<0,05), maka H0 ditolak, dn Ha diterima, artinya signifikan, sehingga hubungan kombinasi massage efflurage dan massage counterpressure terhadap nyeri ibu bersalin kala I fase aktif di Ruang Amaryllis 5 SMC RS Telogorejo Semarang. Simpulan: pasien dan keluarga dapat mengaplikasikan asuhan kebidanan yang telah diberikan oleh penulis sehingga dapat meningkatan pengetahuan dan pengalaman, serta peran keluarga diharapkan tetap membantu memenuhi kebutuhan ibu baik pada saat hamil, bersalin, nifas dan bayi, memberikan dukungan psikologis serta mengenali sedini mungkin komplikasi atau penyulit yang mungkin dirasakan oleh ibu dan bayi.
Operasi Katarak di RS Telogorejo: Jalan Pembuka Terangnya Dunia Kwartawati, Nana Noviada; Harjanti, Agnes Isti; Slamet, Slamet; Rahayu, Sri
Manggali Vol 3 No 1 (2023): Manggali
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Ivet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31331/manggali.v3i1.2433

Abstract

Survei Kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) pada 2014-2016 oleh Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dan Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan menyebut angka kebutaan mencapai 3% dan katarak merupakan penyebab kebutaan tertinggi (81%). Dari jumlah tersebut, sekira 90 persen ganggguan penglihatan terdapat di wilayah penduduk berpenghasilan rendah, dan 82 persen kebutaan terjadi pada usia 50 tahun atau lebih. Diperkirakan pengeluaran rata-rata per pasien yang menderita kebutaan adalah hampir dua kali lipat dari biaya lainnya dan untuk buta dengan dua mata diperkirakan akan mengeluarkan biaya berkisar 12.175 – 14.029 US $ atau sekira Rp170 juta sampai Rp196 juta rupiah. Selain itu, juga ditambah dengan biaya tidak langsung yang cukup besar karena kerugian produktivitas. Jika dibiarkan rawan terjadi tsunami katarak. Artinya, seiring bertambahnya Usia Harapan Hidup (UHH) diperkirakan pada tahun 2030 itu semua penduduk di atas usia 50 tahun akan semakin banyak terpapar katarak. Sekadar diketahui, rata-rata UHH meningkat dari usia 63 tahun pada 1990 mejadi 69 tahun pada 2017. Ini artinya peningkatan usia harapan hidup akan berdampak pada peningkatan penyakit- penyakit degeneratif. Termasuk pada peningkatan kasus katarak, dan gangguan penglihatan lainnya yang diakibatkan oleh penyakit degeneratif seperti Diabetes Melitus dan Glaukoma.