Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI “PREHOSPITAL DELAY TIME” PADA PASIEN NON-ST ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION (NSTEMI) Widyarani, Linda
Jurnal Media Ilmu Kesehatan Vol 7 No 1 (2018): Media Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.341 KB) | DOI: 10.30989/mik.v7i1.224

Abstract

Background: AMI is the leading cause of morbidity and disability among Indonesian population. In referrals centre hospital, in-hospital mortality of NSTEMI is equal or even exceeds STEMI, increased from 17% to 21% during 12 months. Prehospital delay is an important cause of increasing early and also late mortality in NSTEMI. Objective: We investigated factors associated with prolonged prehospital delay in patients with NSTEMI. Method: In this cross-sectional study design, data were analyzed by chi-square and one-way ANOVA using SPSS 20 and data were collected from 50 patients with NSTEMI using patient?s medical notes and semi- structured interviews. Patients were pain-free and hemodynamically stable at the time of interview. Data were collected on the time from the onset of chest pain to hospital admission. Results: Mean of prehospital delay times were 7,89±1,44 hours. The predictor were singularly significantly associated with prolonged prehospital delay were self medication and health care seeking pattern. Traditional healers had longest prehospital delay time (24,30±2,65hours). Most of the people in Java from various social strata still believe in traditional healers (dukun) to treat their disease. Conclusion: Health care providers can educate the public on NSTEMI to enable them recognize the signs and symptoms of NSTEMI correctly and realize the benefits of early treatment. Keyword: Prehospital delay time and NSTEMI
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN TERHADAP PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA PADA ANAK AUTIS BERBASIS DISASTER NURSING COMPETENCY Nur Indriasari, Fika; Widyarani, Linda; Daniyati Kusuma, Prima
MEDIA ILMU KESEHATAN Vol 7 No 3 (2018): Media Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.858 KB) | DOI: 10.30989/mik.v7i3.242

Abstract

Background: A powerful earthquake in Yogyakarta, causing major damage and many deaths. Children with autism are more vulnerable and have a greater risk of earthquake because they are have an intellectual, social and verbal disability to safe life independently. Objective: This research discussed the influence of play therapy on learning of disaster mitigation for children with autism. Method: This research used qualitative descriptive design and consider a sample of 30 children with autism in SLB N Pembina Yogyakarta. Play therapy in this research use drawing and coloring methods, also watching video about disaster preparedness. Results: Play therapy could effectively be applied as earthquake mitigation lesson to children with autism in SLB N Pembina Yogyakarta. Before interventions, there were 2 children (7%) able to draw on actions when an earthquake occurred, and increased to 19 children (63,33%) after interventions. Conclusion: Play therapy could be effectively applied to children with autism as earthquake disaster mitigation showed by an increase of children’s drawing and coloring ability on actions when an earthquake occurred for as much as 56,33%. Keyword: Children with autism, mitigation ability, play therapy
Pelatihan Pengendalian Hipertensi dengan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Widyarani, Linda; Kustanti, Cecilya
Jurnal Peduli Masyarakat Vol 6 No 4 (2024): Jurnal Peduli Masyarakat: Desember 2024
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jpm.v6i4.3845

Abstract

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Salah satu terapi non farmakalogis pada penderita hipertensi adalah mengkonsumsi Tanaman Obat Keluarga (TOGA) tanaman seledri (Apium graveolens L.). Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan penderita hipertensi tentang a) penyakit hipertensi dan tatalaksananya, b) manfaat, khasiat dan cara pembuatan ramuan obat dari tanaman seledri dalam manajemen tekanan darah dan c) bagaimana cara mengukur tekanan darah di rumah. Kegiatan ini dilakukan pada Bulan Januari-April 2023. Metode kegiatan ini dilakukan dengan teknik ceramah dan diskusi dengan media booklet dan media audio visual. Hasil kegiatan ini menunjukkan adanya peningkatan tingkat pengetahuan penderita hipertensi tentang a) penyakit hipertensi dan tatalaksananya (56,38±5,45 vs 79,89±8,92), b) manfaat, khasiat dan cara pembuatan ramuan obat dari tanaman seledri dalam manajemen tekanan darah (68,56±7,96 vs 80,62±5,48), c) bagaimana cara mengukur tekanan darah di rumah, baik kognitif (28,43±3,87 vs 77,72±6,82) dan juga ketrampilan/skill (25,89±5,89 vs 72,35±7,89).
Upaya Pencegahan Diabetic Foot Ulcer pada Penyandang Diabetes Mellitus melalui Edukasi Kesehatan dengan Penerapan Teknologi Berbasis Website Widyarani, Linda; Sari Utami, Maria Putri; Sumekar, Ariana
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 8, No 5 (2025): Volume 8 No 5 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v8i5.18133

Abstract

ABSTRAK Posyandu Menur terletak di Desa Tirtonirmolo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Posyandu Menur memiliki anggota aktif sejumlah 152 orang, 62 orang diantaranya (40,78%) menderita penyakit Diabetes Mellitus, 17 dari 62 orang (27,42%) telah mengalami diabetic foot ulcer, bahkan sudah terjadi luka gangren dan infeksi dan 7 dari 62 orang (11,29%) sudah menjalani amputasi kaki. Diabetic foot ulcer yang tidak ditangani dengan tepat dan rutin dapat meningkatkan risiko amputasi. Amputasi berdampak buruk terhadap kualitas hidup penyandang Diabetes Mellitus dan meningkatkan ketergantungan terhadap keluarga dan pelayanan kesehatan. Amputasi dapat menyebabkan depresi, cemas, reaksi penolakan, berduka bahkan keinginan bunuh diri. Pemberdayaan berbasis masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penyandang Diabetes Mellitus tentang diabetic foot self-care sebagai upaya pencegahan diabetic foot ulcer. Pelaksanaan pemberdayaan berbasis masyarakat ini diawali dengan kegiatan sosialisasi dan focus group discussion bersama dengan pengurus Posyandu Menur dan Puskesmas Kasihan 2 tentang Plan of Action (PoA) dan Tem of Reference (ToR) kegiatan serta pemaparan teknologi berbasis website. Tahap selanjutnya, pemberian edukasi kesehatan dengan metode pelatihan dan workshop melalui penerapan teknologi berbasis website, website tersebut dapat diakses dimanapun dan kapanpun, diakses berulang kali secara gratis melalui smartphone. Website tersebut berisi artikel, gambar dan video animasi 2D. Hasil:Kegiatan Pemberdayaan berbasis masyarakat ini diikuti oleh 35 orang penyandang Diabetes Mellitus, dan diselenggarakan di Posyandu Menur. Rata-rata usia responden adalah 52,08±2,35 tahun. Mayoritas penyandang Diabetes Mellitus, berjenis kelamin perempuan (97,14%), sebagian besar berlatar pendidikan SMA (74,29%) dan mempunyai pekerjaan wiraswasta (65,71%). Pengetahuan tentang diabetic foot self care sebagai upaya pencegahan diabetic foot ulcer sebelum intervensi pada kategori baik hanya 8,6%, sedangan pengetahuan setelah intervensi pada kategori baik meningkat mencapai 85,7%, dengan p-value 0,000 artinya terdapat perbedaan secara signifikan, pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi. Ketrampilan tentang teknik/cara/prosedur diabetic foot self-care sebelum intervensi pada kategori baik hanya 8,6%, sedangan ketrampilan setelah intervensi pada kategori baik meningkat mencapai 85,7%, dengan p-value 0,000 artinya terdapat perbedaan secara signifikan, ketrampilan sebelum dan sesudah intervensi. Media edukasi kesehatan dengan penerapan teknologi berbasis website berdampak positif bagi pengetahuan dan ketrampilan penyandang Diabetes Mellitus dalam upaya pencegahan diabetic foot ulcer. Diharapkan keberlanjutan program kegiatan ini dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan dukungan dari puskesmas setempat agar penderita Diabetes Mellitus dapat melakukan pencegahan diabetic foot ulcer secara mandiri dan berkelanjutan.  Kata Kunci: Diabetic Foot Ulcer, Diabetic Foot Self-Care, Media Edukasi Kesehatan, Posyandu, Website ABSTRACT Posyandu Menur is located in Tirtonirmolo Village, Kasihan District, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta Province. Out of the 152 active members of Posyandu Menur, 62 (40.78%) have diabetes mellitus, 17 out of 62 (27.42%) have diabetic foot ulcers, some of which have even resulted in infections and gangrene, and 7 out of 62 (11.29%) have had their feet amputated. Untreated diabetic foot ulcers can increase the risk of amputation. Diabetes mellitus patients' quality of life is adversely affected by amputation, which also makes them more reliant on family and medical assistance. Anxiety, sadness, suicide thoughts, denial responses, and despair can all be brought on by amputation.  The goal of this community-based empowerment program is to help people with diabetes mellitus prevent diabetic foot ulcers by improving their knowledge and abilities about diabetic foot self-care. The implementation of this community-based empowerment began with socialization activities and focus group discussions with the Posyandu Menur and Puskesmas Kasihan 2 administrators about the Plan of Action (PoA) and Terms of Reference (ToR) of the activities, as well as a presentation on website-based technology. The next stage involves providing health education through training and workshops using website-based technology. The website can be accessed anywhere and anytime and can be accessed repeatedly for free via smartphone. The website contains articles, images, and 2D animated videos.  This community-based empowerment activity was attended by 35 people with diabetes mellitus and was held at Posyandu Menur. The average age of the respondents is 52.08±2.35 years. The majority of diabetes mellitus patients are female (97.14%), most of whom have a high school education (74.29%) and are self-employed (65.71%). Knowledge about diabetic foot self-care as an effort to prevent diabetic foot ulcers before the intervention in the good category was only 8.6%, while knowledge after the intervention in the good category increased to 85.7%, with a p-value of 0.000, indicating a significant difference in knowledge before and after the intervention. Skills about the techniques, methods, and procedures of diabetic foot self-care before the intervention in the good category were only 8.6%, while skills after the intervention in the good category increased to 85.7%, with a p-value of 0.000, indicating a significant difference in skills before and after the intervention. Diabetes mellitus patients' knowledge and abilities in preventing diabetic foot ulcers are positively impacted by health education media that uses web-based technology. It is intended that this program will continue to be sustainable with the help of the neighborhood health center, enabling people with diabetes mellitus to avoid diabetic foot ulcers on their own and in a sustainable manner. Keywords: Diabetic Foot Ulcer, Diabetic Foot Self-Care, Health Education Media, Posyandu, Web 
Edukasi Terapi Brain Gym, Monitoring Tekanan Darah dan Glukosa Darah pada Kelompok Lansia Prolanis di Kelurahan Bener Widyarani, Linda; Kustanti, Cecilya; Haryono, Rudi; Priliana, Wiwi Kustio; Suyamto, Suyamto; Wulandari, Eny Septi; Pujiastutik, Yanik; Wahyu, Franciska; Kumara, Maria Sasa; Susilowati, Rini; Fahmi, Septia
Jurnal Masyarakat Madani Indonesia Vol. 4 No. 3 (2025): Agustus
Publisher : Alesha Media Digital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59025/kkj43s25

Abstract

Bertambahnya usia, menyebabkan lansia mempunyai risiko mengalami penurunan daya ingat. Kondisi tersebut dapat dicegah dengan terapi brain gym yang dilakukan secara rutin. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan lansia tentang pengertian, tujuan dan manfaat terapi brain gym, dan juga teknik gerakan pada terapi brain gym, serta monitoring tekanan darah dan kadar glukosa darah pada lansia. Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah ceramah dan simulasi, melalui media audio visual berbentuk video, dengan instrument berupa kuesioner. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa 76% mitra mempunyai pengetahuan dengan kategori baik, setelah diberikan edukasi dan pendidikan kesehatan. Kegiatan ini juga menunjukkan secara signifikan terdapat perbedaan pengetahuan mitra sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan p-value 0,000. Selain itu, juga terdapat perbedaan tekanan darah, antara sebelum dan sesudah intervensi dengan p-value 0,000. Terapi brain gym dapat dijadikan sebagai alternatif terapi non farmakologis dalam mencegah penurunan daya ingat, dan juga manajemen hipertensi serta diabetes mellitus tipe 2 pada lansia.   
Evaluasi Media Booklet terhadap Pengetahuan Kader Kesehatan tentang Identifikasi Awal Faktor Risiko Stroke Kustanti, Cecilya; Widyarani, Linda
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 5, No 1 (2025): Volume 5 Nomor 1 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v5i1.16100

Abstract

ABSTRACT Stroke is defined as a condition when the blood vessels in the brain are blocked or broken. Risk factors for stroke include hypertension, hypercholesterolemia, and obesity. These factors must be identified early, accurately, and. Such identification can be given through the provision of health education through the media booklet. The study aims to identify the influence of the media booklet on health framework knowledge of risk factors for stroke. A pre-experimental design with a one-group pre-post-test design is a method used in this study. In this study, the sampling technique used was purposive sampling, while the data collection used questionnaires. This study uses a paired t-test. The respondent's pre-intervention knowledge ratio was 65.80 ± 1.730, and after the intervention it was 82.93 ± 1.999. The paired t-test tests showed that there were significant differences in knowledge before and after giving health education with media booklets. The media booklet can be used as a medium for health education, targeting health cadres so that they learn about stroke risk factors. Keywords: booklet, risk factors, stroke, knowledge  ABSTRAK  Stroke didefinisikan sebagai kondisi saat pembuluh darah di otak mengalami sumbatan atau pecah. Faktor risiko terjadi stroke antara lain hipertensi, hiperkolesterolemia, dan obesitas. Faktor-faktor tersebut harus diidentifikasi secara dini, tepat dan akurat. Identifikasi tersebut dapat diberikan dengan pemberian edukasi kesehatan melalui media booklet. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh media booklet terhadap pengetahuan kader kesehatan tentang faktor risiko terjadinya stroke. Pre-experimental design dengan one group pre-post test design merupakan metode yang dipergunakan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, teknik sampling yang dipergunakan adalah purposive sampling, sedangkan pengumpulan data menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan uji paired t-test. Rerata pengetahuan responden sebelum intervensi adalah 65,80 ± 1,730, dan setelah intervensi adalah 82,93 ± 1,999. Uji paired t-test menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan secara signifikan, sebelum dan setelah pemberian edukasi kesehatan dengan media booklet. Media booklet dapat dipergunakan sebagai media pendidikan kesehatan, dengan sasaran kader kesehatan, agar mereka belajar tentang faktor risiko stroke. Kata Kunci: Booklet, Faktor Risiko, Stroke, Pengetahuan
Pengaruh Media Pocketbook terhadap Ketrampilan/Skill Pertolongan Pertama dengan Metode R-I-C-E pada Korban Ankle Sprain Widyarani, Linda; Kustanti, Cecilya
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 7 (2024): Volume 4 Nomor 7 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i7.14652

Abstract

ABSTRACT Ankle sprain is a soft tissue musculoskeletal injury that occurs suddenly. The R-I-C-E approach, which stands for Rice, Ice, Compression, and Elevation, is recommended as first aid for ankle sprains. The general public's understanding of first aid for ankle sprains is still limited. Health education delivered through pocketbook media can help to increase public awareness. The purpose of this study was to determine the effect of pocketbook media on first aid skills using the R-I-C-E technique in ankle sprain patients. This study was a quantitative study with pre experimental design with one group pre-post test design. The statistical test that used was paired-t test. The population in this study were health cadres in Desa Karangtalun, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta with a total sample of 30 people. Times of researcher on February until March 2023. In this study, the mean pre-test score was 54,80±2,265 and the mean post-test score was 73,73±1,999, with the results of paired-t test statistic being p = 0.000 (< 0.05), meaning that there is a significant difference in skills score between before and after being given the pocketbook media in the discharge planning pro on first aid skills using the R-I-C-E technique in ankle sprain patients. The pocketbook media has a beneficial impact on health cadres’s skills of how to provide first aid skills using the R-I-C-E technique in ankle sprain patients. In order to provide first aid skills using the R-I-C-E technique in ankle sprain patients, health cadres Desa Karangtalun, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, can use the pocketbook media as a guide or reference. Keywords: Pocketbook, Ankle Sprain, First Aid          ABSTRAK Ankle sprain adalah cedera pada jaringan lunak yang terjadi secara tiba-tiba. Metode R-I-C-E, yaitu Rice, Ice, Compression dan Elevation merupakan pertolongan pertama pada ankle sprain. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pertolongan pertama pada ankle sprain masih rendah. Pendidikan kesehatan melalui media pocketbook dapat membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pertolongan pertama pada ankle sprain. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh media pocketbook terhadap peningkatan ketrampilan/skill kader kesehatan dalam memberikan pertolongan pertama pada korban dengan ankle sprain.  Penelitian ini adalah studi kuantitatif, pre experimental design dengan one group pre-post test design. Analisis data menggunakan uji paired t-test. Responden pada penelitian ini adalah kader kesehatan yang bertempat tinggal di Desa Karangtalun, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berjumlah 30 orang. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Februari hingga Bulan Maret 2023. Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata ketrampilan/skill responden sebelum intervensi adalah 54,80 ± 2,2, sedangkan  rerata ketrampilan/skill responden sesudah intervensi adalah 73,73 ± 1,99 dengan p = 0,000.  Uji statistik tersebut menunjukkan terdapat perbedaan ketrampilan/skill responden sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan melalui media pocketbook.  Media pocketbook memberikan dampak positif bagi kader kesehatan yang bertempat tinggal di Desa Karangtalun, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kader kesehatan dapat lebih mudah memahami cara/teknik/prosedur pemberian metode R-I-C-E pada korban dengan ankle sprain melalui media pocketbook ini. Kata Kunci: Pocketbook, Ankle Sprain, Pertolongan Pertama       
Potensi dan Kompetensi Dasar Kader Kesehatan dalam Pencegahan Stunting Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Widyarani, Linda; Kustanti, Cecilya; Aprilia, Eva Nurlina
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 1 (2024): Volume 7 No 1 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i1.12786

Abstract

ABSTRAK Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Upaya percepatan penurunan stunting di Provinsi DIY memerlukan pendekatan dan kolaborasi yang bersifat multidisplin dan multisektoral dari berbagai pihak, salah satunya peran aktif kader kesehatan sebagai motor penggerak di masyarakat. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah meningkatkan kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Imogiri I, tentang potensi dan kompetensi dasar kader kesehatan dalam pencegahan stunting sebagai upaya peningkatan ketahanan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di Puskesmas Imogiri I, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, terdapat peningkatan pengetahuan kader kesehatan tentang potensi dan kompetensi dasar kader kesehatan dalam pencegahan stunting sebagai upaya peningkatan ketahanan pelayanan kesehatan ibu dan anak, meningkat dari 64,60±4,65 menjadi 83,08±2,26. Kata Kunci : Stunting, Kader Kesehatan, Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ABSTRACT  Stunting is a chronic malnutrition condition caused by insufficient nutritional intake over a long period of time as a result of food that is not nutritionally adequate. Efforts to reduce stunting in DIY Province necessitate a multidisciplinary and multisectoral strategy and collaboration from a variety of stakeholders, one of which is the active engagement of health cadres as a driving force in the community. The goal of this activity is to develop the capacity and fundamental competency of health cadres in avoiding stunting in order to increase the resilience of maternal and child health services in the Puskesmas Imogiri I. Puskesmas Imogiri I in Bantul Regency, Yogyakarta Special Region, was the site of this community service project. Stunting is a chronic malnutrition condition caused by inadequate nutritional intake over time as a result of food that is not nutritionally adequate. Efforts to expedite stunting reduction in DIY Province necessitate a multidisciplinary and multisectoral strategy and collaboration from multiple stakeholders, one of which is the active engagement of health cadres as a driving force in the community. Keyword : Stunting, Maternal and Child Health Services, and Health Cadres
Pelatihan Code Blue System dan Penggunaan Automated External Defibrilator (AED) bagi Perawat Puskesmas Kustanti, Cecilya; Widyarani, Linda
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 6 (2024): Volume 7 No 6 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i6.14870

Abstract

ABSTRAK Initial assessment pada kasus kegawatdaruratan sistem kardiovaskuler di puskesmas harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Perawat sebagai salah satu petugas kesehatan harus mempunyai kompetensi dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan sistem kardiovaskuler. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki adalah aktivasi code blue system dan penggunaan AED (Automated External Defibrillator), kompetensi tersebut diharapkan sebagai upaya peningkatan ketahanan pelayanan kesehatan di IGD puskesmas pada kasus kegawatdaruratan sistem kardiovaskuler. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan perawat yang bekerja di IGD puskesmas, tentang aktivasi code blue system dan penggunaan AED dalam penanganan pasien dengan kegawatdaruratan jantung di puskesmas. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di Dinas Kesehatan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, terdapat peningkatan pengetahuan perawat yang bekerja di IGD tentang aktivasi code blue system dan penggunaan AED dalam penanganan pasien dengan kegawatdaruratan jantung di puskesmas, meningkat dari 64,60±4,65 menjadi 83,08±2,26. Kata Kunci: Code Blue System, Automated External Defibrilator, Perawat  ABSTRACT  Initial assessments in cases of cardiovascular system emergencies at community health centers must be carried out quickly and accurately. As healthcare professionals, nurses need to be proficient in handling cardiovascular emergency patients. One of the necessary skills is knowing how to operate an Automated External Defibrillator (AED) and activate the code blue system. These competences are anticipated to be an attempt to improve the resiliency of medical services in the event of cardiovascular system problems at the health center's emergency department. The purpose of this community service project is to raise the level of awareness among the nurses who staff the community health center's emergency department on how to activate the code blue system and how to utilize AEDs when treating patients experiencing cardiac crises. The Health Service in Bantul Regency, Yogyakarta Special Region Province, was the site of this community service project. This community service activity was carried out at the Health Service, Bantul Regency, Yogyakarta Special Region Province. As a result of this community service activity, there was an increase in the knowledge of nurses working in the emergency room regarding activation of the code blue system and the use of AEDs in treating patients with cardiac emergencies at community health centers, increasing from 64.60 ± 4.65 to 83.08 ± 2.26. Keywords: Code Blue System, Automated External Defibrilator, Nurse