Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENERAPAN ARSITEKTUR ANALOGI LOGO KULON PROGO BINANGUN PADA REST AREA DI JALAN TEMON WATES, KULON PROGO Wulandari, Trianita; Setyowati, Marcelina Dwi
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.17792

Abstract

Abstract: The design of the Rest Area on Kulon Progo Temon Wates Road with the Kulon Progo Binangun Logo Analogy Architecture approach is the design of the design of the building for the rest area for drivers in the Wates Kulon Progo area, especially in the Temon sub-district located right on the National road. This is due to the absence of a rest area in the Kulon Progo area. In connection with the construction of the new Yogyakarta Airport in Temon Wates it will increase the number of vehicles through the connecting link between Kulon Progo to Yogyakarta and outside Yogyakarta. Therefore, a facility for resting is needed, namely the rest area for road user safety. Aside from being a place of rest, the conceptual approach used in the Temon Wates road rest area is planned to use a symbolic analogy architecture approach related to the logo of Kulon Progo, in order to create a building that has a landmark image in the buildings in the Kulon Progo area.The method used in designing this rest area is a descriptive method through primary and secondary data collection, the data is analyzed to determine the design concept. Therefore, in the Rest Area on Temon Wates street, there are facilities that support visitors to rest comfortably such as food court, lodging, souvenir center, sitting area, prayer room, gas station, and park.Keywords: Architectural Analogy, Logo of  Kulon Progo Binangun, Rest Area Abstrak: Perancangan Rest Area di Jalan Temon Wates Kulon Progo dengan pendekatan Arsitektur Analogi Logo Kulon Progo Binangun adalah perancangan desain bangunan area tempat beristirahat bagi para pengendara di kawasan Wates Kulon Progo khususnya di daerah kecamatan Temon yang berada tepat di jalan Nasional. Hal ini dilatar belakangi karena belum adanya rest area di kawasan Kulon Progo. Sehubungan dengan pembangunan Bandara baru Yogyakarta yang berada di Temon Wates maka akan meningkatkan jumlah kendaraan yang melalui jalur penghubung antara Kulon Progo ke Yogyakarta maupun luar Yogyakarta. Maka dari itu dibutuhkan sebuah fasilitas untuk beristirahat yaitu rest area demi keselamatan pengguna jalan. Selain sebagai tempat beristirahat, pendekatan konsep yang digunakan pada rest area jalan Temon Wates direncanakan akan menggunakan pendekatan arsitektur analogi simbolik yang berkaitan dengan logo dari Kulon Progo, agar menciptakan sebuah bangunan yang memiliki citra sebagai landmark pada bangunan di kawasan Kulon Progo.Metode yang digunakan dalam perancangan rest area ini adalah metode deskriptif melalui pengumpulan data primer dan sekunder, data tersebut dianalisis untuk menentukan konsep perancangan. Oleh karena itu di dalam Rest Area di jalan Temon Wates ini memiliki fasilitas yang mendukung pengunjung agar beristirahat secara nyaman seperti food court, penginapan, pusat oleh-oleh, area duduk, mushola, SPBU, dan taman.Kata kunci : Analogi Arsitektur, Logo Kulon Progo Binangun, Rest Area
Pemanfaatan Pedestrian Ways di Koridor Komersial di Koridor Jalan Pemuda Kota Magelang Marcelina Dwi Setyowati
RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies) Vol 15, No 1 (2017)
Publisher : RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1509.231 KB) | DOI: 10.21776/ub.ruas.2017.015.01.2

Abstract

Pedestrian ways are a means to protect pedestrians from the dangers of motor vehicles. However, due to poor arrangement, safe, comfortable and difficult to access cause pedestrian ways become less regular and segmented, causing conflict in the utilization of space.Pemuda street Corridor is a strategic commercial corridor, becoming a shopping center and economic center in Magelang City. In 2011, the road corridor development was conducted, ie the non-motorized lanes were integrated into the pedestrian ways so that it became wider. This led to conflicts in the utilization of road spaces such as misuse of pedestrian paths into motor vehicle parking areas, and road bagiantation problems that caused a gap in the number of pedestrians in the area. This study found that factors of utilization of pedestrian ways in influential commercial corridors on Jalan Pemuda are convenience, accessibility, land use and activity, safety and regional identity. The purpose of this research is to find the characteristics and factors that can influence the utilization of pedestrian ways in the appropriate commercial corridor in order to solve the problems that arise so as to maximize the utilization of pedestrian ways in the area.The method used in this study is a qualitative deductive method. The method used to find problems in the field then made the framework of research and process it quantitatively to determine the qualitative results.Keywords: pedestrian ways, street, commercial corridor
THE SHARED SPACE STREET FACTORS OF COMMERCIAL CORRIDOR IN PEMUDA STREET, MAGELANG CITY Marcelina Dwi Setyowati
ARSITEKTURA Vol 16, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Sebelas Maret Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1477.782 KB) | DOI: 10.20961/arst.v16i1.20610

Abstract

Shared space street design is a concept that eliminates the segregation and physical marker of the path difference of a street corridor, creating uncertainty that will make the rider reduce the speed of his vehicle, those required to be more tolerant with other users. Aims to reduce the dominance of vehicles by sharing road space between pedestrians, non-motorized vehicles and motor vehicles, but pedestrians are a primary priority. The existing condition of Pemuda street corridor, which is a commercial corridor in Magelang city, shows that the dominance of existing motor vehicles resulted in the movement of pedestrians from the western sidewalk to the eastern sidewalks are limited, resulting in a gap in the number of pedestrians on each sidewalk. Since 2011 until now Pemuda street Corridor has sidewalks on the eastern which concept is to be in one lane with non-motorized lanes (pedicabs, bicycles, carts etc.), so it has a width of up to 5 meters. It shows the characteristics that lead to the concept of shared space street. The purpose of this research is to find the factors that can influence the development of shared space street concept in order to solve the problems that arise. The research method used is qualitative deductive method. This research found that the factors that influence the development of shared space street in Pemuda street are comfort, connectivity, diversity, livability, and identity
Faktor Penentu Seting Fisik Ruang Jalan di Koridor Jalan Jenderal Sudirman Kabupaten Bantul Marcelina Dwi Setyowati; Widi Cahya Yudhanta
Jurnal Teknologi dan Desain Vol. 1 No. 2 (2020): Jurnal Teknologi dan Desain
Publisher : Pradita University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51170/jtd.v1i2.3

Abstract

Seting fisik sangat berpengaruh pada konsep penataan ruang jalan untuk menciptakan ruang jalan yang nyaman dan ramah pejalan kaki. Koridor Jalan Jenderal Sudirman mengalami revitalisasi jalan yang signifikan dari kondisi eksisting jalan sebelumnya, dengan tujuan agar nyaman bagi penggunanya terutama pejalan kaki. Proyek revitalisasi tersebut terdiri dari perubahan ruas jalan dari empat lajur menjadi dua lajur. Kondisi eksisting pada tahun 2019 terdapat median jalan berupa taman linear yang membagi jalan menjadi dua lajur dan jalur pejalan kaki di kedua sisinya. Revitalisasi tersebut menimbulkan dominasi ruang jalan oleh kendaraan bermotor, dapat ditemukan pada area plaza jalan di depan Pasar Bantul yang juga dilewati oleh kendaraan bermotor. Plaza yang terbentang lebar justru membuat pejalan kaki mulai tersisihkan, seperti semakin mengalami kesulitan dalam menyeberang jalan akibat kencangnya laju kendaraan yang melintas. Akibatnya aktivitas dan interaksi sosial antar pejalan kaki mengalami penurunan terutama pada siang hari. Seting fisik ruang jalan yang sesuai tentunya harus dapat memprioritaskan kepentingan pejalan kaki di atas kepentingan para pengendara bermotor. Tujuan penelitian adalah mencari faktor-faktor seting fisik ruang jalan yang berpengaruh di koridor Jalan Jenderal Sudirman agar dapat memaksimalkan pemanfaatan ruang jalan di koridor tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan simulasi dan permodelan space syntax untuk proses analisis. Hasil penelitian menunjukkan semakin terhubung sebuah jaringan jalan maka semakin tinggi nilai konektivitasnya, semakin banyak alternatif jalan yang tersedia maka nilai choice semakin tinggi. Selain itu semakin banyak ruang komunal tersedia maka nilai integrasinya semakin tinggi, dan semakin mudah pengguna mengidentifikasi sebuah ruang maka nilai intelligibility akan semakin tinggi.
PENERAPAN KONSEP REGIONALISME PADA PERANCANGAN CITY HOTEL BINTANG EMPAT DI KOTA PATI Faisal - Darmawan
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 5, No 2 (2022): Vol 5, No 2 (2022): Jurnal Arsitektur Zonasi Juni 2022
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v5i1.41525

Abstract

Indonesia's development in the economic field continues to increase from year to year, this triggers business people to travel from one city to another to do business activities, especially in Pati City. This activity has the potential to design a Four Star City Hotel in Pati City. The design of a Four Star City Hotel in Pati City is an inn to accommodate the need to stop by business people so that they can support their business activities. City Hotel can also be a means of meeting for business people who want to do business activities so that the quality of their meetings will be well facilitated. Research methods used by analyzing treads, space programs, structures, utilities so as to give rise to a design concept of regionalism architectural approach that can be a solution to bring about local cultural locality designs such as brass materials, roof shapes that resemble royal crowns and the philosophy of the Pati City Regency logo applied to the design such as, green layout elements, water and wood parquet materials so as to represent the City.  Starch. The conclusion of this design is to design a city hotel as a place to stop and do business in the city of Pati that raises the cultural locality of Pati City so that it can become a new icon that is easily remembered by residents of Pati City and hotel visitors who come.
Perencanaan Wadah Kreatif dengan Konsep Dyanmic Architecture di Kota Samarinda, Kalimantan Timur Raharjo, Imam Lanang Hutama; Setyowati, Marcelina Dwi
Prosiding (SIAR) Seminar Ilmiah Arsitektur 2021: Prosiding (SIAR) Seminar Ilmiah Arsitektur
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Samarinda, Kalimantan Timur merupakan salah satu ibu kota Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki jumlah penduduk di 2019 sebanyak 3,6 juta jiwa, perkembangan masyarakat berbanding lurus dengan usaha bisnis yang masyarakat Kota Samarinda yang makin hari kian bervariatif. Kurangnya fasilitas yang dimiliki dalam mengembangkan sektor ekonomi kreatif yang membuat penulis memiliki ide dalam merancang bangunan Wadah Kreatif di Kota Samarinda. Perancangan Wadah Kreatif dengan Konsep Dynamic Architecture di Kota Samarinda bertujuan menciptakan fasilitas pengembangan ekonomi kreatif yang mencakup pelatihan, penjualan dan sebagai wadah pelaku kreatif mengembangkan jenis bisnis mereka, serta membuat bangunan sebagai bangunan baru di Kota Samarinda dengan pendekatan Dynamic Achitecture yang di harapkan mencerminkan sebuah bangunan kreatif yang dapat menarik masyarakat untuk datang dan berkunjung ke dalam bangunan dan belajar tentang ekonomi kreatif yang ada di Wadah Kreatif di Kota Samarinda. Dengan metode penelitian dengan cara menganalisis site dari segi kontur, iklim serta sirkulasi pada mendapatkan hasil bangunan yang menjawab permasalahan dari analisis yang telah dilakukan, serta penambahan pendekatan sebagai salah satu strategi untuk menjawab permasalahan yang ada pada bangunan. Kesimpulan dari perancangan ini adalah menyediakan fasilitas untuk masyarakat Kota Samarinda untuk belajar dan juga membuat produk kreatif, serta mengembangkan jenis bisnis kreatif dalam sektor ekonomi kreatif untuk meningkatkan nilai industri kreatif yang ada di Kota Samarinda
Penerapan Desain Inklusif pada Perancangan Sport Center di Kota Tegal Ikhsani, Muhammad Azmy; Setyowati, Marcelina Dwi
Prosiding (SIAR) Seminar Ilmiah Arsitektur 2021: Prosiding (SIAR) Seminar Ilmiah Arsitektur
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Tegal merupakan kota dengan masyarakat yang memiliki antusias olahraga yang cukup tinggi. Untuk mengakomodir masyarakat dalam mengakases sarana dan prasarana olahraga serta meningkatkan kualitas kegiatan olahraga yang diadakan di Kota Tegal, Pemerintah Kota Tegal berencana membangun Sport Center yang dapat mengintegrasikan beberapa cabang olahraga baik olahraga indoor maupun olahraga outdoor. Sport center ini mengacu pada pendekatan desain inklusif, dimana sport center ini dapat digunakan oleh semua kalangan baik kalangan normal maupun kalangan berkebutuhan khusus. Perancangan Sport Center ini bertujuan agar masyarakat difabel memiliki hak yang sama dengan masyarakat non difabel untuk berolahraga dan mengembangkan bakat olahraganya. Metode perancangan yang digunakan adalah deskriptif dan studi lapangan untuk mendapatkan data spesifik lokasi. Hasil rancangan Sport Center di Kota Tegal yaitu menitik beratkan pada penerapan prinsip desain inklusi pada bangunan, antara lain kesetaraan dalam penggunaan, fleksibilitas pengguna, penggunaan yang sederhana dan intuitif, informasi yang jelas, toleransi terhadap kesalahan, upaya fisik yang rendah serta ukuran dan ruang untuk pencapaian dan penggunaan untuk mewujudkan sebuah bangunan yang inklusif yang dapat digunakan oleh semua kalangan baik difabel maupun non difabel.