Pristya, Terry Yuliana Rahadian
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Association Between Needle Sharing Behavior and HIV/HCV Coinfection Incidents In Injecting Drug Users in West Java (Analysis Of 2018-2019 IBBS Data) Mukti, Nurul Dwi; Pristya, Terry Yuliana Rahadian; Apriningsih, Apriningsih; Permatasari, Putri
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol. 16 No. 2 (2025): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (JIKM)
Publisher : Association of Public Health Scholars based in Faculty of Public Health, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The 2018-2019 Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS) reported that HIV/HCV coinfection was most prevalent among injecting drug users (IDUs), reaching 69.7%. Needle sharing behavior among IDUs can increase the risk of exposure to bloodborne infection such as HIV and HCV. This study aimed to examine the association between needle sharing behavior and HIV/HCV coinfection among IDUs in West Java Province, using data from 2018-2019 IBBS and a cross-sectional study design. Respondent-Driven Sampling technique was employed in the 2018-2019 IBBS, yielding 1,478 samples. Data analysis was conducted up to the multivariate stage using Cox regression. The prevalence of HIV/HCV coinfection among IDUs in West Java was found to be 6.8%. Needle sharing behavior was not significantly associated with HIV/HCV coinfection among IDUs (APR: 0.77; 95% CI: 0.41–1.45; p-value = 0.424), with confounding variables being gender, history of incarceration, and duration of injecting drug use, where the most significant variable was a history of incarceration (APR: 3.29; 95% CI: 2.19–4.93; p-value < 0.001). Health interventions should prioritize IDUs with a history of incarceration. Strengthening health services and harm reduction programs in correctional facilities, providing education on HIV/HCV prevention, and developing reintegration programs for formerly incarcerated IDUs are necessary.
Antenatal Care Provider and Cesarean Section in Urban Areas in Indonesia Pristya, Terry Yuliana Rahadian; Herdayati, Milla; Besral, Besral; Fika, Dheni Fidyah
Kesmas Vol. 12, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tren persalinan sesar di Indonesia (2007-2012) mengalami peningkatan dua kali lipat berisiko pada munculnya masalah kesehatan jangka panjang maupun pendek. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tenaga kesehatan pemeriksa kehamilan dengan persalinan sesar. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain potong lintang dengan sampel penelitian 5143 wanita usia subur berusia 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhirnya, baik melahirkan sesar maupun tidak di wilayah perkotaan yang terpilih dalam sampel Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012. Analisis multivariat regresi logistik digunakan untuk mengetahui hubungan tenaga pemeriksa kehamilan dengan persalinan sesar, dikontrol oleh usia ibu, tempat periksa kehamilan, paritas, dan tempat melahirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan kehamilan pada spesialis kandungan 6,6 kali lebih tinggi, sedangkan pemeriksaan kehamilan pada spesialis kandungan dan bidan 2,1 kali lebih tinggi untuk melakukan persalinan sesar dibandingkan dengan ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilannya di bidan setelah dikontrol usia ibu, tempat periksa kehamilan, paritas, dan tempat melahirkan. Terdapat interaksi antara spesialis kandungan dengan status sosial ekonomi untuk persalinan sesar. Implementasi peraturan dilakukannya persalinan sesar oleh institusi kesehatan, serta melakukan upaya protektif dan preventif persalinan pada kelompok masyarakat ekonomi tinggi dapat mengurangi terjadinya persalinan sesar yang tidak perlu. Trends of cesarean section trend in Indonesia (2007-2012) have doubled the risk of long-term and short-term health problems. This study was aimed to determine relation between antenatal care provider and cesarean section. This quantitative study used cross-sectional design with a total sample of 5,143 women aged 15-49 years who gave birth to the last child through cesarean section or not as in urban areas selected in samples of 2012 Indonesia Demographic and Health Survey. Logistic regression multivariate analysis was used to determine relation between antenatal care provider and section cesarean, which was controlled by maternal age, antenatal care facility, parity, and place of birth. Results showed that antenatal care at obstetrician was 6.6 times higher, while antenatal care at obstetrician and midwife was 2.1 times higher for cesarean section compared to women who had antenatal care at midwife after controlled by maternal age, antenatal care facility, parity, and place of birth. There is interaction between socioeconomic status and obstetrician for a cesarean section. Regulation on cesarean section by health authority, as well as protective and preventive labor applied towards on the high economic class community may reduce unnecessary cesarean section.
Antenatal Care Provider and Cesarean Section in Urban Areas in Indonesia Pristya, Terry Yuliana Rahadian; Herdayati, Milla; Besral, Besral; Fika, Dheni Fidyah
Kesmas Vol. 12, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tren persalinan sesar di Indonesia (2007-2012) mengalami peningkatan dua kali lipat berisiko pada munculnya masalah kesehatan jangka panjang maupun pendek. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tenaga kesehatan pemeriksa kehamilan dengan persalinan sesar. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain potong lintang dengan sampel penelitian 5143 wanita usia subur berusia 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhirnya, baik melahirkan sesar maupun tidak di wilayah perkotaan yang terpilih dalam sampel Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012. Analisis multivariat regresi logistik digunakan untuk mengetahui hubungan tenaga pemeriksa kehamilan dengan persalinan sesar, dikontrol oleh usia ibu, tempat periksa kehamilan, paritas, dan tempat melahirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan kehamilan pada spesialis kandungan 6,6 kali lebih tinggi, sedangkan pemeriksaan kehamilan pada spesialis kandungan dan bidan 2,1 kali lebih tinggi untuk melakukan persalinan sesar dibandingkan dengan ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilannya di bidan setelah dikontrol usia ibu, tempat periksa kehamilan, paritas, dan tempat melahirkan. Terdapat interaksi antara spesialis kandungan dengan status sosial ekonomi untuk persalinan sesar. Implementasi peraturan dilakukannya persalinan sesar oleh institusi kesehatan, serta melakukan upaya protektif dan preventif persalinan pada kelompok masyarakat ekonomi tinggi dapat mengurangi terjadinya persalinan sesar yang tidak perlu. Trends of cesarean section trend in Indonesia (2007-2012) have doubled the risk of long-term and short-term health problems. This study was aimed to determine relation between antenatal care provider and cesarean section. This quantitative study used cross-sectional design with a total sample of 5,143 women aged 15-49 years who gave birth to the last child through cesarean section or not as in urban areas selected in samples of 2012 Indonesia Demographic and Health Survey. Logistic regression multivariate analysis was used to determine relation between antenatal care provider and section cesarean, which was controlled by maternal age, antenatal care facility, parity, and place of birth. Results showed that antenatal care at obstetrician was 6.6 times higher, while antenatal care at obstetrician and midwife was 2.1 times higher for cesarean section compared to women who had antenatal care at midwife after controlled by maternal age, antenatal care facility, parity, and place of birth. There is interaction between socioeconomic status and obstetrician for a cesarean section. Regulation on cesarean section by health authority, as well as protective and preventive labor applied towards on the high economic class community may reduce unnecessary cesarean section.