Suryati, Irma
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENANGANAN MIKROTIA BILATERAL: LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI Widodo, Dini Widiarni; Priyono, Harim; Suryati, Irma
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 44, No 1 (2014): Volume 44, No. 1 January - June 2014
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.988 KB) | DOI: 10.32637/orli.v44i1.84

Abstract

Latar Belakang: Mikrotia didefinisikan sebagai daun telinga berukuran kecil dengan insiden sekitar 1 dari 7000-8000 ribu kelahiran, dengan insiden pada satu telinga sekitar empat kali lipat lebih banyak dibanding dua telinga. Rekonstruksi mikrotia merupakan salah satu prosedur cukup sulit pada bidang plastik rekonstruksi. Saat ini, penggunaan tandur tulang rawan iga autologus masih menjadi baku emas untuk rekonstruksi mikrotia. Tujuan: mengingatkan kembali para ahli THT tentang pertimbangan pemilihan rekonstruksi bersamaan pada kasus mikrotia bilateral dengan pencarian literatur berbasis bukti. Kasus: dilaporkan satu kasus mikrotia bilateral derajat 3, dengan hantaran tulang telinga kanan 60 dB, dan hantaran tulang telinga kiri 72,5 dB. Dengan pertimbangan memilih rekonstruksi bersamaan atau bertahap pada kedua telinga dan mengetahui prediksi perbaikan fungsi pendengarannya. Penatalaksanaan: aurikuloplasti tahap 1 dilakukan bersamaan pada kedua telinga. Skor Jahrsdoefer kedua telinga masing-masing 3 dan karena keterbatasan ekonomi dianjurkan menggunakan alat bantu dengar bukan BAHA untuk mengatasi hambatan komunikasi. Kesimpulan: penatalaksanaan mikrotia bilateral di bidang THT tidak hanya mencakup aspek rekonstruksi bentuk namun menekankan fungsi telinga sebagai alat berkomunikasi yang optimal. Kata kunci: mikrotia bilateral, ambang pendengaran, aurikuloplasti. ABSTRACTBackground:Microtia is defined as small sized ear with incidence approximately 1 in 7000-8000 births, which incidents in one ear is 4 times more compared to bilateral ear. Microtia reconstruction is one of difficult procedures in plastic reconstruction field. Recently, the use of rib cartilage autograft is still the gold standard for ear reconstruction. Purpose: to inform otorhinolaryngologist concerning simultaneous ear reconstruction in bilateral microtia case with evidence based method. Case: a third grade bilateral microtia, with the result of bone conduction are 60 dB for right ear dan 72,5 dB for left ear, the consideration to reconstruct both ear simultaneously or gradually, and how to predict the hearing improvement Management: first step of auriculoplasty was done in both ears, with Jahrsdoefer score is 3 for each ear, BAHA is adviceable but due to economic limitation the patients chose hearing aids. Conclusion: Bilateral microtia management in otorhinolaryngology does not only emphasize on ear reconstruction aspects but also to restore ear function as a means of optimal communicating.Keywords: bilateral microtia, hearing thresholds, auriculoplasty.
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MENGGUNAKAN MEDIA TANAH LIAT PADA USIA 5-6 TAHUN Suryati, Irma; Astini, Baik Nilawati; Nurhasanah
Jurnal Mutiara Pendidikan Vol. 3 No. 2 (2023): Agustus
Publisher : FKIP Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jmp.v3i3.3641

Abstract

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menstimulasi serta meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun di Desa Banyumulek Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menggunakan tiga tahap pengembangan. Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun di TK Negeri 2 Kediri Lombok Barat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan langkah-langkah membentuk tanah liat yang mampu mengembangkan kemampuan motorik halus anak sebagai berikut: (a) Pertama-tama guru menyiapkan kertas sebagai alas kemudian membagikan tanah liat kepada anak. (b) Guru menjelaskan aturan main dan memandu langkah-langkah membentuk bersama anak. (c) Kemudian, anak diminta untuk melakukan proses memijat, memegang, meremas, memipihkan, menekan, dan memilin tanah liat. (d) Selanjutnya, anak diminta untuk membuat bentuk bulat, persegi, lonjong, segitiga, dan bentuk benda sesuai dengan keinginan anak berdasarkan tema kegiatan. (e) Selanjutnya, anak diminta untuk menjemur hasil karya anak. (f) Anak dapat mewarnai hasil karya yang sudah dibuat menggunakan cat yang sudah disediakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap pengembangan I dengan persentase sebesar (32,67%) dan terjadi peningkatan sebesar (47,39%), pada tahap pengembangan II dengan persentase sebesar (57,4%) dan terjadi peningkatan sebesar (70,7%), di tahap pengembangan III dengan persentase sebesar (84%) dan terjadi peningkatan sebesar (90,8%). Sehingga, berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media tanah liat yang dilakukan secara benar sesuai dengan langkah-langkah yang seharusnya dilakukan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus serta menjadi media pembelajaran yang tepat pada anak didik usia 5-6 tahun di Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat. Kata Kunci: Tanah Liat, Motorik Halus