Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

DIMENSI BUDAYA INDIVIDUALISM-COLLECTIVISM PADA EKSPATRIAT (TENAGA KERJA ASING) DALAM INDUSTRI PERHOTELAN DI BALI Dewi, Ni Gusti Ayu Susrami; Dariwardani, Ni Made Inna
Paryaṭaka Jurnal Pariwisata Budaya dan Keagamaan Vol 2 No 1 (2023): Agustus 2023
Publisher : Institut Agama Hindu Negeri Gde Puda Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53977/pyt.v2i1.1155

Abstract

Tourism is one sector that generates a lot of labor migration, both between countries and between regions. Bali as one of Indonesia's tourism centers, has a number of foreign nationals or expatriates who work especially in the hotel industry and generally they are at the managerial level. This study examines the extent of the implications of the individualism-collectivism cultural dimension of Hofstede (1980) on expatriates in the hotel industry and how they can adapt to these cultural differences. A comparative analysis of the Individualism-Collectivism Index (IDV) from the countries of origin of the expatriates was carried out to be compared with Indonesia's IDV values ​​as an approach to Bali's IDV values ​​which are presented descriptively based on a study of literature. A significant difference was found between the Bali IDV values ​​and the IDV values ​​of the countries of origin of the expatriates, especially western countries such as the United States, Australia and the United Kingdom which have high IDV values ​​(more than 50) indicating that their cultural dimensions are more individualism, while Indonesia's IDV value including Bali is low as a reflection of collectivism culture. Thus, expatriates assigned to hotels in Bali who come from countries with individualistic characteristics should adapt to the characteristics of local employees in Bali who tend to be collective by implementing collectivism characteristics in their human resource management, namely group performance based.
TIPOLOGI KEWIRAUSAHAAN SOSIAL YANG TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI BALI Mananda, I G.P.B. Sasrawan; Dewi, Ni Gusti Ayu Susrami
Jurnal Cahaya Mandalika ISSN 2721-4796 (online) Vol. 3 No. 1 (2022)
Publisher : Institut Penelitian Dan Pengambangan Mandalika Indonesia (IP2MI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan Bali sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan merupakan praktek yang bertanggung jawab dan berkelanjutan dalam industri pariwisata sehingga membuka jalan bagi pendekatan alternative untuk pengembangan pariwisata. Permasalahan yang sering terjadi dengan adanya pariwisata adalah kesenjangan sosial antara masyarakat yang terlibat langsung dengan tidak langsung pada sektor kemiskinan, kekurangan air, penanganan sampah yang sistematis, peningkatan sektor pendidikan menjadi perhatian serius yang terkesan diabaikan oleh pemerintah dan masyarakat secara umum, oleh sebab itu dibutuhkan kewirausahaan sosial yang saat ini ada di Bali diantaranya R.O.L.E Foundation di Nusa Dua merupakan perusahaan berbasis kewirausahaan sosial yang membantu untuk menjaga dan melestarikan lingkungan di darat dan laut di Bali, Yayasan Bumi Sehat yang berlokasi di Banjar Nyuh Kuning, Ubud yang membantu masyarakat dan wisatawan yang tidak mampu untuk melahirkan atau berobat dengan tenaga medis yang memiliki pengalaman pada bidangnya, Desa Wisata di Bali yang membantu masyarakat dalam pengembangan produk wisata untuk mendapatkan pendapatan secara ekonomi, menjaga lingkungan dan kebersamaan secara sosial yang berguna bagi masyarakat dan wisatawan, East bali cashew di Padang Galak, Denpasar yang membantu masyarakat untuk memperhatikan pertanian dan perkebunan dengan memaksimalkan potensi-potensi yang ada agar ekonomi yang diperoleh masyarakat meningkat, hal ini dilakukan dengan kolaborasi penjualan produk ke industri pariwisata. Kewirausahaan sosial disarankan sebagai strategi berbasis pasar untuk mengatasi masalah sosial sambil memaksimalkan manfaat dan meminimalkan konsekuensi negatif yang dapat diberikan pariwisata kepada masyarakat tuan rumah di Bali dan sampai saat ini, pemahaman tentang bagaimana kewirausahaan sosial yang bertujuan membantu kepariwisataan di Bali dapat menjadi katalis untuk pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yang masih terbatas dan perlu dilakukan penelitian untuk ditindaklanjuti yang memberikan dampak bagi seluruh masyarakat lokal dan wisatawan yang datang ke Bali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tipologi kewirausahaan sosial yang terlibat dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Bali, menguraikan bentuk-bentuk peran pengusaha kewirausahaan sosial yang berbasis pariwisata di Bali dan menganalisis dampak kewirausahaan sosial terhadap pengembangan pariwisata berkelanjutan di Bali. Dengan menganalisis menguraikan tipologi kewirausahaan sosial dapat mengetahui tipe-tipe dari kewirausahaan yang ada saat ini di Bali, selanjutnya masing-masing tipe tersebut memiliki peran masing-masing dalam mengatasi permasalahan sosial, lingkungan, dan budaya dan selanjutnya dianalisis dampak yang ditimbulkan dengan adanya kewirausahaan sosial yang mayoritas dilakukan oleh komunitas yang melihat peluang untuk membantu masyarakat dan lingkungan di Bali agar keberlanjutan pariwisata di Bali dapat diwujudkan dan Bali selalu diminati oleh wisatawan nusantara dan mancanegara untuk datang berkunjung. Tipologi model kewirausahaan sosial di Bali dengan menggunakan metode yang memungkinkan tipologi tersebut muncul dari data dibandingkan menerapkan kerangka kerja teoritis. Pendekatan ini menghasilkan dua jenis: wirausaha nirlaba yang berpusat pada penerima manfaat dan bisnis sosial yang berpusat pada pelanggan. Masing-masing memiliki fokus dan dampak sosial yang berbeda, seperti pengembangan potensi wisata di desa, meningkatkan akses keuangan di desa, memberdayakan perempuan, menciptakan lapangan kerja lokal, meningkatkan pendidikan dan layanan kesehatan, serta mendukung pelestarian alam. Tipologi kewirausahaan sosial di Bali mencerminkan keragaman pendekatan yang saling terkait untuk mencapai dampak sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.
The Effect of Self-Congruity on The Loyalty of Young Domestic Tourists in Bali Through Destination Personality Dewi, Ni Gusti Ayu Susrami; Wulandani, Ni Luh Kadek Laksmi
Jurnal Internasional Riset Bisnis Pariwisata Vol 4 No 2 (2025): International Journal of Tourism Business Research (INTOUR)
Publisher : Faculty of Economics and Business, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/intour.v4i2.2660

Abstract

This study focuses on the loyalty of young domestic tourists to Bali as a tourist destination. The loyalty of this segment is important to examine because young domestic tourists represent both a potential and actual market for Bali. Strong loyalty among young tourists can generate various positive impacts, including reduced promotional costs, sustained profitability, and an enhanced positive image of Bali as a destination. Considering the unique characteristics of young tourists—who tend to seek novel and authentic experiences—this study identifies key determinants such as self-congruity, destination personality, and tourist loyalty. Employing an explanatory research design with a mixed-method approach integrating quantitative and qualitative components, and using Multiple Linear Regression for the quantitative analysis, the study offers in-depth insights into how self-congruity and destination personality influence loyalty. Tourist loyalty in this research is measured through revisit intention and recommendation intention. This study is particularly relevant due to the limited existing research on the loyalty of young domestic tourists toward Bali. The results of the Multiple Linear Regression (mediation) analysis show that self-congruity has a significant positive effect on destination loyalty and tourist loyalty. Destination personality also has a significant positive effect on loyalty. Furthermore, the analysis reveals that Destination Personality partially mediates the relationship between Self-Congruity and Tourist Loyalty significantly.