Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PEMETAAN KAJIAN TAFSIR AL-QURAN DI INDOSESIA: STUDI ATAS TAFSIR AN-NUR KARYA T.M HASBI ASH-SHIDDIEQY Idris, Muhammad Anwar
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 01 (2020): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.44 KB) | DOI: 10.30868/at.v5i01.733

Abstract

Artikel menjelaskan tentang kajian Tafsir Al-Quran di Indonesia, munculnya Tafsir di Indonesia dari berbagai basis sosial, namun dalam hal ini penulis akan memetakan kajian Tafsir dari kalangan akademis yakni Tafsir An-Nur karya T.M Hasbi Ash-Shiddieqy. Dalam hal ini Penulis akan menjelaskan tentang, biografi Hasbi, fisik Tafsir An-Nur serta bentuk, metode, corak Tafsir An-Nur, kelebihan dan kekurangannya. Hasil dari penelitian ini menemukan: bentuk penafsirannya ialah bi al-matsur dan bi al-rayi, metode yang digunakan ialah metode tahlili, corak penafsirannya umum namun di sisi lain kitab tafsir ini memeliki corak fikih, yang tak bisa lepas dari latar belakang keilmuan hasbi yakni ahli dalam bidang syariah.
AHL DALAM AL-QUR'AN PERSPEKTIF SEMANTIK 'AISYAH BINTU SYATHI' Rosyid, Muhammad; Idris, Muhammad Anwar
Academic Journal of Islamic Principles and Phylosophy Vol 1, No 2 (2020): Vol. 1 No. 2. 2020
Publisher : IAIN Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22515/ajipp.v1i2.2688

Abstract

 Arabic usually use the word al-usrahor al-‘ailahto refer to family. However, the Qur’an also employs some different words to describe family, namely ahl, ‘asyirah, rahtu,alu, qurbaand ruknu. This article aims to examine the word ahl. This is based on the fact that ahlis the most frequent word mentioned theQur’an to refer to the family. Using the semantic analysis proposed by ‘Aisya bint al-Syati’, this article shows that the original meaning of the word ahlis “entitled”and “appropriate”.Itscontextual meaning, however,might refer to the people of the book (ahl al-Kitab), residents (al-sakin), followers (qawm al-Nabī), people who are entitled or reserve the right(al-mustahaq), the core family (usrah), and clans or extended family (‘ailah). This article contributes to the ideal of building a family. By referring to the meaning of ahl,the family should be correctly and appropriately built so as to achieve happiness.
Solusi Al-Qur'an Terhadap Problematika Kerukunan Umat Beragama di Indonesia Idris, Muhammad Anwar
JASNA : Journal For Aswaja Studies Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Pusat Studi Aswaja An-Nahdliyyah UNISNU Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.789 KB) | DOI: 10.34001/jasna.v1i2.2192

Abstract

AbstractIndonesia, with all its wealth ranging from ethnicity, culture, and various religions, of course cannot be separated from a problem that results in prolonged conflict, the burning system of places of worship is a frequent occurrence, the understanding of eternal religious verses results in conflict, even though al-Quran forbids it. However, this cannot be avoided because in social terms, a conflict is born that is logged from a social interaction. This is where ta'aruf and ta'asub reason for the term conflict in the Koran with its various derivations,  including  qital  and  al-harb  (war)  al-khasm  (hostile),  ikhtilaf  (disagreement)  and  tanazu '(contradiction).  Then  regarding  the  Qur'anic  solutions  given  regarding  conflicts  between  religious communities,  at  leastthe  author  describes  three  results,  among  others,  tabayun,  deliberation,  mutual forgiveness (gracefulness), four guarantees of religious freedom.Keywords: Conflict, Social, Solution, Al-Qur'an.AbstrakIndonesia dengan segala kekayaannya mulai dari suku, etnis, budaya serta bermacam-macamnya agama, tentunya   tidak   terlepas   dari   sebuah   masalah   yang   mengakibatkan   konflik   yang   berkepanjangan, pembakaran tempat ibadah merupakan hal yang sering terjadi, pemahaman ayat-ayat agama yang sempit mengakibatkan  konflik,  padahal  al-Qur’an melarangnya. Namun hal tersebut tidak dapat dihindarkan karena dalam berinteraksi sosial pasti lahir sebuah konflik yang merupakan konsekuensi logis dari sebuah interaksi sosial. Disinilah perlunya nalar ta’aruf dan ta’asub Istilah konflik di dalam al-Qur’an disebutkan dengan  berbagai  derivasinya  antara  lain  qital  dan  al-harb  (perang)  al-khasm  (bermusuhan),  ikhtilaf (berselisih) dan tanazu’ (pertentangan). Kemudian mengenai solusi Qur’ani  yang  diberikan  mengenai konflik   antar   umat   beragama,   setidaknya   penulis   memaparkan   tiga   hasil   antara   lain,   tabayun, bermusyawarah, saling memaafkan (lapang dada), jaminan  kebebasan beragama.Kata Kunci:Konflik, Sosial, Solusi, Al-Qur'an
Konstruksi Praktik Salat Taqwiyatul Hifdzi Bagi Penghafal Al-Qur’an Di Pondok Pesantren An-nur 1 Charisma, Nur Lailatul; Enjelita, Linandha Shinta; Mustafidah, Nurul Fahmi; Hasanah, Mutimmatul; Mukaromah, Ni'matul; Idris, Muhammad Anwar
AL-DZIKRA: JURNAL STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN AL-HADITS Vol 16 No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Study, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/al-dzikra.v16i1.11559

Abstract

AbstractThis paper examines the practice of praying sunnah taqwiyatul hifdzi at Pondok Pesantren An-Nur 1 Putri Bululawang Malang. Researchers will examine the practice, factors and the influence of religious taqwiyatul hifdzi prayer for students who memorize the Qur'an. The methods of interview, observation, documentation and phenomenological approach as well as the use of the living hadith approach are used in this study. As for the results of this study, that the taqwiyatul hifdzi prayer at Pondok Pesantren An-Nur 1 Putri Malang is carried out in congregation on Thursday night, Friday Kliwon. The Hadith of the Prophet became the normative reason for the practice and the certificate given by the caregiver to the santri became the historical reason behind the practice. The benefits obtained by the perpetrators after carrying out the prayers include: strengthening the memorization of the Qur'an, nadzam, being given convenience and understanding in diniyah subject matter and getting closer to Allah. AbstrakTulisan ini mengkaji tentang praktik salat sunnah taqwiyatul hifdzi di Pondok Pesantren An-Nur 1 Putri Bululawang Malang. Peneliti akan mengkaji tentang praktik, faktor serta pengaruh keberagamaan salat taqwiyatul hifdzi bagi santri penghafal al-Qur’an. Metode wawancara, observasi, dokumentasi dan pendekatan fenomenologi serta pemanfaatan pendekatan living hadits digunakan dalam penelitian ini. Adapun hasil penelitian ini, bahwa salat taqwiyatul hifdzi di Pondok Pesantren An-Nur 1 Putri Malang dilakukan dengan berjamaah pada hari Kamis malam Jum’at kliwon. Hadits Nabi menjadi alasan normatif praktik tersebut serta ijazah yang diberikan pengasuh kepada santri menjadi alasan historis yang melatarbelakangi praktik tersebut. Manfaat yang diperoleh para pelaku setelah melaksanakan salat tersebut antara lain: memperkuat hafalan al-Qur’an, nadzam, diberikan kemudahan dan kefahaman dalam materi pelajaran diniyah serta mendekatkan diri kepada Allah.Kata Kunci: An-Nur 1; Living Hadits; Salat Taqwiyatul Hifdzi.
KONSTRUKSI TAHLIL KELILING SELAMA BULAN RUWAH Idris, Muhammad Anwar
Living Islam: Journal of Islamic Discourses Vol. 3 No. 2 (2020)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/lijid.v3i2.2417

Abstract

AbstractJavanese society is known for its people who hold tightly to traditions from their ancestors, one of which is tahlilan. Tahlilan is an inseparable part in the midst of the majority of Javanese people. As with the tradition of tahlilan carried out by the people of Belor Village, Ngaringan District, Grobogan Regency, Central Java, it is a unique activity, because the implementation of tahlil is carried out alternately in each house during the intricate month. This study uses a living hadith study approach. The results of this study show that the traveling tahlil tradition is a tradition inherited from their ancestors, the implementation time is for 30 days in the month of ruwah, usually more until the middle of the month of Ramadan due to the enthusiasm of the people who want their homes to hold this tradition. The motives and goals of the perpetrators of this tradition are to send spirits or pray for families who have died through tahlil. The majority of people are not satisfied if they do not carry out this tradition and there is something missing in their life. In terms of the benefits of this activity, there are many, including strengthening the relationship between Muslims, competing to give alms and others.Keyword: Tradition, Tahlilan, Ruwah, Living HadisAbstrakMasyarakat Jawa dikenal dengan masyarakat yang memegang erat tradisi-tradisi peninggalan nenek moyang, salah satunya adalah tahlilan. Tahlilan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan di tengah-tangah mayoritas masyarakat Jawa. Seperti halnya tradisi tahlilan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Belor Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah menjadi kegiatan yang unik, karena pelaksanaan tahlil dilakukan keliling bergantian setiap rumah selama bulan ruwah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kajian living hadis. Hasil dari penelitian ini bahwasannya tradisi tahlil keliling ini merupakan tradisi tinggalan nenek moyang mereka, waktu pelaksanaanya ialah selama 30 hari di bulan ruwah, bahkan biasanya lebih sampai pertengahan bulan ramadhan dikarenakan antusianya masyarakat yang ingin rumahnya mengadakan tradisi ini.  Adapun motif dan tujuan para pelaku tradisi ini adalah  ingin mengirim arwah atau mendoakan keluarga yang telah meninggal dunia melalui tahlil. Mayoritas masyarakat merasa belum puas jika tidak mengadakan tradisi ini serta ada yang kurang dalam hidupnya. Dari sisi manfaat kegiatan ini sangatlah banyak diantaranya mempererat tali silaturahmi sesama umat Islam, berlomba-lomba ingin mengulurkan sedekah dan lain-lain.Kata kunci : Tradisi, Tahlilan, Ruwah, Living Hadis
MULTIKULTURALISME DAN DINAMIKA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA (DARI MASA PENJAHAHAN HINGGA REFORMASI) Idris, Muhammad Anwar
Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam Vol 10 No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/taalum.2022.10.1.79-100

Abstract

Pendidikan Islam yang berada di Indonesia tidaklah muncul dan berkembang dengan tiba-tiba. Hal ini melewati proses sejarah yang panjang. Dengan mengkaji sejarah, dinamika serta epistemologi akan terurai terkait dengan historitas pendidikan Islam di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan masuk dalam kategori library research. Sumber datanya diperoleh dari buku primer dan jurnal yang berkaitan dengan tema, tenik analisis datanya menggunakan metode desktiptif analitik. Adapun hasil penelitian ini antara lain: bahwa pertama kali pendidikan Islam berada di bumi pertiwi selaras dengan masuknya Islam ke Indonesia. melalui dinamika yang panjang terdapat empat fase. Pertama, masa penjajahan Belanda yang diskriminatif tehadap pendidikan Islam, kemudian masa penjajahan Jepang pendidikan Islam agak longgar dari diskriminasi, karena Jepang pada masa itu memiliki misi perang dunia II. Kedua, masa orde lama perlahan pemerintah memberikan perhatian terhadap pendidikan Islam. Ketiga, orde baru, pada masa ini madrasah mendapatkan kesetaraan dengan sekolah umum. Keempat, masa reformasi, pendidikan Islam di masa ini sudah berkembang maju, kurikulum, kemudian pendidikan Islam juga diperhatikan dengan menggelontorkan anggaran 20% dari APBN. Kemudian terkait epistemology pendidikan Islam di Indonesia dapat dikenali dengan mempertegas melalui warisan budaya dan peradaban Islam berupa kehadiran madrasah.
Designing Qur’an Experts in Indonesia: Feasibility Analysis of the Establishment of Ma’had Aly An-Nur 1 Malang Study Program of Qur’an and Qur’an Sciences Ikhwanuddin, Mohammad; Khoiri, M. Nastainul; Idris, Muhammad Anwar; Rahmawati, Kharolina
Journal of Pesantren and Diniyah Studies Vol. 1 No. 1 (2024): Journal of Pesantren and Diniyah Studies
Publisher : Lembaga Pengembangan Pesantren dan Diniyah Provinsi Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63245/jpds.v1i1.15

Abstract

This research analyzes the readiness and feasibility of establishing Ma'had Aly An-Nur 1 Malang Quran and Quran Science Study Program by concentrating on Balāghat al-Quran (Rhetoric of Quran Studies) and looking at the expected design model of Quran experts. As an educational institution at the stratum one (S1) level, Ma'had Aly An-Nur 1 grows and originates from the characteristics of pesantren. This qualitative research explores data sources through structured interviews supported by literature data in the form of documents related to the establishment of Ma'had Aly An-Nur. This research is an important part of refining the terms and prerequisites for establishing Ma'had Aly in accordance with the Minister of Religion Regulation 32 of 2020 concerning Ma'had Aly. The results showed that Ma'had Aly Annur 1 Malang took the al-Quran wa Ulumuhu (Quran and Quran Science) Study Program with three arguments, namely the characteristics of the founders of the pesantren, the availability of the Quran memorization program, the need for a higher level of education after graduating from formal and diniyah schools while still affirming the distinctiveness of the pesantren. At the same time, the Takhassus of Balāghat al-Quran was chosen based on expertise in linguistic aspects and the need for proselytizers. The analysis results show the readiness and feasibility of establishing Ma'had Aly based on applicable regulations. The design of the Quran expert developed through 3 stages: pre-conditions, strengthening Quranic knowledge, and internalizing Quranic rhetoric. Supported by a curriculum structure consisting of 3 groups (basic, main, and supporting), Quran experts are designed to become qāri (readers), balīgh (rhetoricians), and dā'ī (preachers).
AHL DALAM AL-QUR'AN PERSPEKTIF SEMANTIK 'AISYAH BINTU SYATHI' Rosyid, Muhammad; Idris, Muhammad Anwar
Academic Journal of Islamic Principles and Philosophy Vol. 1 No. 2 (2020)
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22515/ajipp.v1i2.2688

Abstract

 Arabic usually use the word al-usrahor al-‘ailahto refer to family. However, the Qur’an also employs some different words to describe family, namely ahl, ‘asyirah, rahtu,alu, qurbaand ruknu. This article aims to examine the word ahl. This is based on the fact that ahlis the most frequent word mentioned theQur’an to refer to the family. Using the semantic analysis proposed by ‘Aisya bint al-Syati’, this article shows that the original meaning of the word ahlis “entitled”and “appropriate”.Itscontextual meaning, however,might refer to the people of the book (ahl al-Kitab), residents (al-sakin), followers (qawm al-Nabī), people who are entitled or reserve the right(al-mustahaq), the core family (usrah), and clans or extended family (‘ailah). This article contributes to the ideal of building a family. By referring to the meaning of ahl,the family should be correctly and appropriately built so as to achieve happiness.