Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Peranan Mastoidektomi Radikal pada Otitis Media Supuratif Kronik Tipe Bahaya Wardhana, Arroyan
Majalah Kesehatan Pharmamedika Vol 11, No 1 (2019): JUNI 2019
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/mkp.v11i1.954

Abstract

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga tengah yang terjadi pada 35-650 juta didunia. Infeksi ini terutama dijumpai pada masyarakat kalangan ekonomi lemah dengan gizi kurang. Pembedahan OMSK antara lain adalah mastoidektomi radikal, mastoidektomi radikal modifikasi dengan timpanoplasti. Dilaporkan dua kasus OMSK tipe bahaya tanpa komplikasi yang dilakukan mastoidektomi radikal dengan modifikasi untuk eradikasi kholestatoma di Rumah Sakit. Hasil mastoidektomi radikal diharapkan telinga yang kering, adanya peningkatan pendengaran  serta pertumbuhan tandur gendang telinga yang baik.
Gambaran Perbandingan Paparan Air Conditioner Terhadap Gejala Rhinitis Alergi Pada Ruang Skill Lab Dibandigkan Dengan Ruang Kelas Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Angkatan 2022 Marison, Cathlya Hayati; Wardhana, Arroyan; Rahmi, Hastuti; Arsyad, Muhammad
Junior Medical Journal Vol. 3 No. 4 (2025): Juni 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jmj.v3i4.4803

Abstract

Rhinitis alergi adalah inflamasi mukosa hidung akibat reaksi terhadap alergen, dengan gejala seperti hidung tersumbat, hidung berair, dan hidung gatal. Penggunaan air conditioner (AC) dapat memengaruhi kualitas udara dalam ruangan dan memicu gejala ini. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan gejala rhinitis alergi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI angkatan 2022 yang terpapar AC di ruang skill lab dan ruang kelas. Penelitian dilakukan menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 73 mahasiswa, dipilih melalui simple random sampling, menjadi responden dengan kriteria inklusi kesediaan mengisi kuesioner dan memiliki gejala rhinitis akibat paparan AC. Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon, setelah uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan data tidak berdistribusi normal. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan frekuensi gejala rhinitis, seperti hidung tersumbat, hidung berair, dan hidung gatal, di ruang skill lab dan ruang kelas. Namun, hasil uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik (p = 0,811). Sebagian besar responden mengalami gejala dalam waktu kurang dari 30 menit setelah memasuki ruangan ber-AC. Selain itu, mayoritas responden (70,8%) tidak memiliki alergi terhadap udara dingin, mengindikasikan faktor lain seperti durasi paparan dan kualitas udara mungkin turut memengaruhi gejala. Penelitian ini menyimpulkan bahwa paparan AC di kedua ruang tidak secara signifikan memengaruhi perbedaan gejala rhinitis alergi pada mahasiswa. Hasil ini menekankan pentingnya pengelolaan lingkungan ber-AC untuk meminimalkan risiko alergi dan memberikan dasar bagi penelitian lebih lanjut tentang kualitas udara dalam ruangan serta strategi mitigasi risiko kesehatan.
Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kejadian Gejala Faringitis Kronik Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Angkatan 2021 Dan Tinjauannya Menurut Pandangan Islam Mega A, Avionika; Wardhana, Arroyan; Arsyad, Muhammad
Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia Vol. 3 No. 2 (2023): Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/cerdika.v3i02.537

Abstract

Latar Belakang: Faringitis kronik adalah suatu inflamasi kronik pada mukosa faring akibat dari infeksi, alergi atau iritasi kronik. Tanda dan gejala faringitis kronis yaitu rasa kering atau gatal pada tenggorokan, nyeri saat menelan dan rasa seperti terdapat benda asing. Makanan cepat saji dapat diartikan sebagai makanan yang dapat dihidangkan dan dikonsumsi dalam waktu seminimal mungkin atau juga dapat diartikan sebagai makanan yang dikonsumsi secara cepat. Dalam Islam kita di haruskan untuk mengkonsumsi makanan yang tidak di haram kan menurut syariat agama. Selain itu kita juga diwajibkan untuk mengkonsumsi makanan yang baik, baik disini diartikan sebagai makanan terebut dapat meniliki manfaat yang baik bagi tubuh.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji terhadap kejadian gejala faringitis kronik.Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik, data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan rancangan penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI angkatan 2021 dengan jumlah sampel 252 responden. Analisa data dilakukan dengan analisa univariat dan bivariat.Hasil: Dari 252 responden yang merupakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI angkatan 2021, hasil pengisian kuesioner menunjukkan bahwa terdapat hasil tertinggi berdasarkan analisis bivariat adalah 43 responden (19,5%) mengalami gejala faringitis kronik setelah mengkonsumsi makanan cepat saji. Hasil uji statistik Chi-square didapatkan nilai Continuity Correction = 0,026 dimana p<0,05 yang artinya terdapat hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dengan kejadian gejala faringitis kronik.
Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kejadian Gejala Tonsilitis Kronik Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Angkatan 2021 Dan Tinjauannya Menurut Pandangan Islam Nurrifki, Chika; Wardhana, Arroyan; Arsyad, Muhammad
Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia Vol. 3 No. 2 (2023): Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/cerdika.v3i02.538

Abstract

Latar Belakang: Tonsilitis kronik merupakan penyakit peradangan kronik pada tonsil yang merupakan kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi subklinis dari tonsil. Tanda dan gejala dari tonsilitis kronik yaitu demam, sakit tenggorokan, sulit menelan, bau mulut, dan hilang nafsu makan. Makanan cepat saji adalah jenis makanan yang mudah dikemas, mudah disajikan, praktis, dan juga memilki cita rasa yang gurih. Rasulullah menekankan pentingnya umat Islam mengatur makanan agar tidak lebih dan tidak kurang. Baik secara agama maupun secara ilmiah sikap berlebihan mengkonsumsi makanan dan minuman merupakan sebuah tindakan yang tidak baik juga dapat menimbulkan murka Allah SWT Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dengan kejadian gejala tonsilitis kronik.Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik, data yang dikumpulkan menggunakan kuisioner dengan rancangan penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI angkatan 2021 dengan jumlah sampel 252. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat.Hasil: Dari 252 responden yang merupakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI angkatan 2021, hasil yang diperoleh dari kuesioner menunjukkan bahwa terdapat hasil tertinggi berdasarkan analisis bivariat adalah 30 responden (13,6%) mengalami gejala tonsilitis kronik setelah mengkonsumsi makanan cepat saji. Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai Continuity Correction = 0,033 dimana p < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan mengkonsumi makanan cepat saji dengan kejadian gejala tonsilitis kronik.Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dengan kejadian gejala tonsilitis kronik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI angkatan 2021.
Case Report: Dextra Maxillary Sinusitis with Bilateral Concha Hypertrophy 'Athia, Putri; Wardhana, Arroyan; Sulastri , Puji
Devotion : Journal of Research and Community Service Vol. 6 No. 11 (2025): Devotion: Journal of Community Research
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/devotion.v6i11.25578

Abstract

Maxillary sinusitis is a common inflammatory condition of the paranasal sinuses that may be exacerbated by anatomical variations such as turbinate hypertrophy and dental pathology. We report a 15-year-old female presenting with 11 weeks of foul-smelling rhinorrhea, post-nasal drip, right facial pain and headache, intermittent fever, cough, nasal obstruction, dyspnea, and nausea. Examination revealed bilateral inferior turbinate hypertrophy and hyperemia with mucopurulent discharge at both middle meatuses, post-nasal drip, and caries of the right maxillary second molar. Vital signs were stable and systemic findings were unremarkable except for maxillary sinus tenderness on the right. Non-contrast paranasal sinus CT demonstrated a well-defined hypodense lesion with mucosal thickening in the right maxillary sinus, patent osteomeatal complex, and bilateral turbinate enlargement, consistent with right maxillary sinusitis with bilateral concha hypertrophy and suspected dentogenic contribution. The working diagnosis was supported by endoscopic findings, with allergic and vasomotor rhinitis considered as differentials. Management included Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS) to restore drainage and mucociliary function, adjunctive pharmacotherapy (azithromycin, ambroxol, ibuprofen, and decongestant), saline nasal irrigation, and counseling on trigger avoidance and head-elevated sleep. This case underscores the importance of careful endoscopic and radiologic evaluation to identify anatomical and odontogenic factors in adolescent maxillary sinusitis and highlights FESS combined with optimized medical therapy as an effective strategy to prevent chronicity and complications.