Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Perbandingan Proses Ekstraksi Virgin Coconut Oil (VCO) Marwati, Eri; Sadik, Fahmi
JURNAL FARMASI DAN MAKANAN Vol 7 No 1 (2023): Journal of Pharmacy and Science
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/jops.v7i1.3795

Abstract

Coconut planted (Cocos nucifera L.) was one of the commodities that had high economic valued if managed properly. The numbered of coconut planted that grew could have used as superior products and high economic valued, one of which was by being used as virgin coconut oil or Virgin Coconut Oil. Better recognition of the beneficial health effects of coconut oil, especially virgin coconut oil is praised for its beneficial properties. The purpose of this studied was to determine the comparison of made VCO (virgin coconut oil) with or without the addition of pineapple filtrate. This researched is an experimental researched with the method of made VCO with variations in the addition of pineapple filtrate and without pineapple filtrate. The results showed the highest yield in VCO with the addition of pineapple filtrate 28%, the highest moisture content in VCO without the addition of pineapple filtrate 0.29%, the average free fatty acid content had the same value of 0.512%, the highest total plate numbered in VCO without the addition of pineapple filtrate 626 CFU/ml as well as positively contained alkaloids and saponins. The addition of pineapple filtrate could affect the yield of VCO produced but it needed to considered for its quality to met SNI and APCC quality requirements.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PARTISI CAIR-CAIR EKSTRAK BIJI PINING BAWANG (Hornstedtia alliacea) MENGGUNAKAN METODE DPPH Abdullah, Abulkhair; Nurfadilah, Nadia; Marwati, Eri
Jurnal Kesehatan Farmasi Vol 6 No 1 (2024)
Publisher : Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/jkpharm.v6i1.2360

Abstract

Latar Belakang: Terjadinya penyakit degeneratif berhubungan erat dengan radikal bebas karena ketidakseimbangan sistem kekebalan tubuh. Senyawa yang mampu melindungi kerusakan sel-sel akibat radikal bebas adalah antioksidan. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan tanaman pining bawang memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas antioksidan dan perbedaan nilai IC50 partisi cair-cair ekstrak biji pining bawang. Metode: Metode pemisahan yaitu partisi cair-cair. Aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dengan spektrofotometer UV-Vis. Analisis statitistik yaitu metode one-way ANOVA. Hasil: Hasil dari aktivitas antioksidan dari vitamin C 6,526 ppm, fraksi n-heksan 35,502 ppm, fraksi air 33,995 ppm, dan fraksi etil asetat 47,507 ppm dapat dikategorikan sebagai antioksidan sangat kuat. Hasil uji statistik SPSS uji normalitas dan uji homogenitas p value >0,05, uji one-way Anova p value <0,05, uji post hoc vitamin C dengan ketiga fraksi p value <0,05 dan antara fraksi p value >0,05. Kesimpulan: Aktivitas antioksidan masing-masing fraksi menunjukkan nilai IC50 <50 ppm dikategorikan antioksidan sangat kuat. Dari hasil uji statistik SPSS tidak ada perbedaan yang nyata dari ketiga fraksi.
Assistance in Establishing Microenterprises for Traditional Medicine (UMOT) and Implementing The Certification Procedure for Good Manufacturing Practices for Conventional Medicines (CPOTB) in The Dasa Wisma, West Tanah Tinggi Village, Ternate City Nur, Amran; Marwati, Eri; Tjiroso, Bambang; Fiskia, Ermalyanti
ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2025): ABDIMAS UMTAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35568/abdimas.v8i1.5453

Abstract

The Moloku Kie Raha area in North Maluku is a remote region in the northern part of the Indonesian archipelago. It has great potential for natural resources, particularly in producing essential commodities such as cloves, nutmeg, and mace. However, a group of women from RW 4 Tanah Tinggi Barat Subdistrict needed to understand the procedures for establishing UMOT and implementing CPOTB and the necessary documentation. The goal of the community service was to assist the RW 4 Dasa Wisma Women group in Tanah Tinggi Barat Subdistrict to establish UMOT in Ternate City and fulfill the CPOTB requirements to obtain BPOM permission. The activities included socialization of UMOT establishment and CPOTB implementation, training in preparing CPOTB documents, assistance in CPOTB implementation and production layout, support with registration (e-Registration), product marketing, and overall activity evaluation. The community service, conducted with a community empowerment framework, proceeded smoothly. The implementing team assisted in establishing UMOT, training in preparing CPOTB documents, assisting in CPOTB implementation and production layouts, registration support, and creating social media and marketplace platforms. The team also assisted with production equipment to meet the required standards, facilitating the Dasa Wisma RW 04 Women's Group business in Tanah Tinggi Barat Sub-district. The service team addressed mothers' economic productivity issues, offering solutions to the Dasa Wisma RW 04 women's group. With the establishment of UMOT for essential oils production, the group can increase economic income through a cost-effective manufacturing process, ultimately boosting their profits.
Training on Making Simplicia of Nutmeg Flesh (Myristica fragrans) in West Highlands Village, Ternate City Muh, Nasir; Marwati, Eri
Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat
Publisher : Progran Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpm.v5i1.278

Abstract

Myristica fragrans Houtt merupakan varietas pala yang paling banyak ditanam di Maluku karena memiliki nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya. Tanaman primadona ini memiliki potensi cukup besar, terutama bagian buahnya karena memiliki nilai ekonomis. Buah pala terdiri dari daging, fuli (mace), tempurung dan biji. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah membekali masyarakat dalam pembuatan simplisia daging buah pala dengan benar. Sediaan simplisia ini menjadi pilihan untuk dilatihkan dan dapat diperjualbelikan untuk pengembangan produk dikalangan masyarakat. Sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah tokoh masyarakat berjumlah 24 peserta.  Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19-23 Agustus 2023 di Kelurahan Tanah Tinggi Barat, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Metode kegiatan adalah penyuluhan/pemberian materi dan pelatihan pembuatan simplisia daging buah pala. Kegiatan ini dilaksanakan dengan 4 tahap, yaitu persiapan, penyuluhan, pelatihan, dan evaluasi keberhasilan program. Masyarakat masih sangat banyak yang belum mengetahui manfaat dari daging buah pala serta cara pembuatan simplisia tanaman secara benar. Setelah melakukan penyuluhan dan pelatihan pembuatan simplisia daging buah pala dan manfaatnya sebagai salah satu tanaman obat, terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang manfaat daging buah pala dan pengolahannya menjadi simplisia yang dapat dimanfaatkan dari limbah menjadi bahan berkhasiat obat yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.
EDUKASI PENGGUNAAN ANTIMIKROBA BIJAK DAN RASIONAL SERTA PEMANFAATAN TANAMAN OBAT Marwati, Eri; Nasir, Muh
RESONA : Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Vol 8, No 2 (2024)
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah (LPPI) Universitas Muhammadiyah Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35906/resona.v8i2.1711

Abstract

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Dengan berbagai masalah penggunaan antimikroba yang tidak tepat pada masyarakat yang disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat terutama di wilayah yang kurang mendapatkan informasi yang jelas maka pentingnya dilakukan pendidikan kesehatan. Edukasi berlangsung selama 1 hari yang melibatkan masyarakat dan beberapa unsur. Kegiatan dimulai dengan pengukuran tingkat pengetahuan (pre test). Materi edukasi berupa definisi antimikroba, jenis antimikroba, penyebab resistensi, penggunaan antimikroba yang tepat dan tanaman obat yang lebih terfokus pada potensi alam yang memungkinkan untuk dapat dikembangkan di Kelurahan Takome. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan melaksanakan post test untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta selama pemaparan materi penyuluhan. Hasil yang diperoleh terjadi peningkatan tingkat pengetahuan dengan kategori baik 11 % meningkat menjadi 89% setelah edukasi,  dan sebelum edukasi tingkat pengetahuan dengan kategori cukup 56% dan kurang 33% menurun menjadi 11% dan  0% setelah edukasi. Setelah melakukan edukasi penggunaan antimikroba yang benar dan rasional serta pemanfaatan tanaman obat, terjadi peningkatan pengetahuan  masyarakat.  Abstract. Infectious diseases are still an important public health problem, especially in developing countries. With various problems with inappropriate used of antimicrobials in the community caused by a lack of public knowledge, especially in areas where there is a lack of clear information, it is important to carried out health education. Education lasted for 1 day involving the community and several elements. The activity begins with measuring the level of knowledge (pre test). Educational material in the form of definitions of antimicrobials, types of antimicrobials, caused of resisted, appropriate used of antimicrobials and medicinal planted which was more focused on natural potential which allows them to be developed in Takome Village. Activity evaluation is carried out by carried out a post test to measured the level of knowledge of participants during the presentation of the extension material. The results obtained were an increase in the level of knowledge with a good category of 11%, increasing to 89% after education, and before education, the level of knowledge with a sufficient category of 56% and less than 33% decreased to 11% and 0% after education. After providing education on the correct and rational used of antimicrobials and the use of medicinal planted, there has been an increase in public knowledge.