Keshena, Jatu Rachel
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PARESTESIA KANALIS MANDIBULA INFERIOR AKIBAT KISTA ODONTOGENIK DITINJAU DARI RADIOGRAF PANORAMIK Keshena, Jatu Rachel
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Vol 16, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v16i1.887

Abstract

Latar belakang : lesi radiolusen pada rahang dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Lesi ini dapat mewakili variasi anatomi atau merupakan proses lesi inflamasi, jinak hingga ganas. Kista radikular adalah jenis kista odontogenik yang paling umum di rahang, seringkali tidak menunjukkan adanya gejala kecuali terjadi infeksi sekunder. Kista radikular cenderung bertumbuh lambat, namun tergantung pada ukuran lesi dan hubungannya dengan jaringan sekitar. Kista radikular dapat menyebabkan mobilitas gigi, resorpsi akar, perpindahan gigi hingga parestesia. Parestesia terjadi sebagai akibat dari tekanan lokal yang disebabkan oleh patologi periapikal dan berbagai lesi intraosseous mandibula pada jaringan saraf. Laporan kasus ini menginterpretasikan gambaran kista radikular yang mengakibatkan parestesia kanalis mandibula inferior pada radiograf panoramik dan gambaran lesi radiolusen lainnya. Laporan kasus : seorang pasien laki-laki berusia 32 tahun datang ke Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM Unpad dengan membawa surat rujukan untuk dilakukan pemeriksaan radiograf panoramik. Pada pemeriksaan ekstra oral pasien menunjukkan tidak adanya asimetris wajah. Palpasi menunjukkan adanya krepitasi. Tidak ada kelainan kelenjar getah bening. Pemeriksaan intra oral tampak kavitas di oklusal gigi 47, bengkak, gigi 46 missing, mukosa regio 47 tampak normal sama dengan tampilan mukosa sekitar. Pada sisi yang bersangkutan pasien mengeluhkan adanya rasa baal. Suspek radiodiagnosis pada pemeriksaan radiograf panoramik adalah kista radikular. Kesimpulan : investigasi klinis dan radiografi diperlukan untuk menegakkan diagnosis yang tepat serta memungkinkan dokter mencapai perawatan yang lebih konservatif untuk menyelamatkan integritas baik jaringan lunak dan keras.
Sex Determination using Antegonial and Gonial Angle in Panoramic Radiographs: A Study on the Indonesian Population Jauza, Nadifa Zakin; Kusuma, Ira Anggar; Keshena, Jatu Rachel
Acta Odontologica Indonesia Vol 1, No 1 (2025): June Edition
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/actodont.27070

Abstract

Sex determination is a crucial aspect of forensic identification. This study investigates the capability of Sex determination is a crucial aspect of forensic identification. This study investigates the potential of antegonial (AGA) and gonial (GA) angle measurements on panoramic radiographs (PANs) for sex determination in an Indonesian population using logistic regression. A cross-sectional study was conducted on 300 PANs from individuals aged over 20 years, with measurements performed by two observers. Statistical analysis included independent sample t-test and logistic regression, with performance evaluated based on accuracy values. The t-test revealed significant differences in both AGA and GA between sexes. However, logistic regression yielded accuracy rates of 58% for AGA and 60.3% for GA, indicating that these variables alone are insufficient for reliable sex determination in the Indonesian population using PANs. Future studies should explore the inclusion of additional anthropometric variables from PANs to enhance the accuracy of mandibular-based sex determination methods.
Pengaplikasian Radiografi Periapikal pada Perawatan Saluran Akar : Studi Telaah Literatur Malau, Jennifer Lois Violita; Nabila, Keizha Allysia; Harrista, Widiani; Ginting, Regina Amara; Putri, Tassa Kusuma Arya; Keshena, Jatu Rachel
Acta Odontologica Indonesia 2025: December (Article in Press)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/actodont.28211

Abstract

Latar Belakang: Radiografi periapikal merupakan alat pencitraan penting dalam praktik endodontik karena kemampuannya menampilkan anatomi saluran akar dan jaringan periapikal secara rinci, dengan biaya rendah dan dosis radiasi minimal. Meskipun teknologi pencitraan seperti Cone-Beam Computed Tomography (CBCT) telah berkembang pesat dan menawarkan visualisasi tiga dimensi yang lebih lengkap, radiografi periapikal tetap menjadi pilihan utama dalam praktik sehari-hari karena efektivitasnya yang tinggi dalam diagnosis dan evaluasi perawatan saluran akar (PSA). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara sistematis pengaplikasian radiografi periapikal dalam PSA, serta membandingkan efektivitas dan ketelitiannya dengan CBCT sebagai teknologi pencitraan modern. Metode: Studi ini merupakan studi telaah literatur yang dilakukan selama 14 hari dengan penelusuran artikel melalui database PubMed dan ScienceDirect, menggunakan kata kunci yang relevan. Artikel yang dianalisis dipilih berdasarkan kriteria inklusi seperti tahun publikasi, relevansi topik, serta metodologi yang sesuai. Hasil: Hasil telaah menunjukkan bahwa radiografi periapikal sangat efektif digunakan dalam tahap diagnosis, penentuan panjang kerja, evaluasi obturasi, dan tindak lanjut pasca PSA. Meskipun CBCT memberikan keunggulan dalam mendeteksi saluran aksesori, fraktur akar, dan lesi tersembunyi dengan sensitivitas lebih tinggi, teknologi ini memiliki kekurangan berupa biaya tinggi, dosis radiasi lebih besar, dan potensi overdiagnosis. Radiografi periapikal tetap menunjukkan reliabilitas tinggi bila digunakan dengan teknik yang benar. Kesimpulan: Radiografi periapikal efektif dalam seluruh tahap PSA dan tetap menjadi modalitas utama karena akurat, terjangkau, dan rendah radiasi. CBCT lebih unggul dalam kasus kompleks, namun penggunaannya harus selektif sesuai prinsip ALADA-IP. Pemilihan pencitraan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan klinis, efektivitas, dan efisiensi biaya.