Masykar, Tabsyir
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : BASHAIR

PERSPEKTIF IMAM AL-QURTHUBI DALAM PENAFSIRAN SURAT AL-MAIDAH AYAT 89 TENTANG KIFARAT YAMIN Masykar, Tabsyir
BASHA'IR: JURNAL STUDI AL-QUR'AN DAN TAFSIR Vol 1 No 1 (2021): Basha'ir | Vol. 1 No. 1 (Juni 2021)
Publisher : Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.717 KB) | DOI: 10.47498/bashair.v1i1.608

Abstract

Yamin or Oath is swearing a speech to convince others of his words by mentioning the name of Allah swt. There are so many among the Islamic community that they take the oath easily, but they do not care about the effect on the oath they have taken. So that some of them break the oath a lot without knowing what kifarat to do when they break the oath. The author intends to examine the interpretation of the kifarat oath and the procedures for carrying out the kifarat oath in surah al-maidah verse 89 which is mentioned in the book Al-jami 'Fi Ahkam Al-Qur'an by Imam Al Qurtubi. This study uses a descriptive methodology of analysis of the results of the literature review. The results of this study found that Imam Al-Qurtubi in his interpretation mentioned an oath that caused a kifarat and an oath that did not cause a kifarat. There are at least four types of oath models with various models of procedures for carrying out the oath.
Penguatan Moderasi Beragama Melalui “Living Quranic Values” di Pesantren: (Studi Pondok Pesantren Barat Tengah Aceh) Masykar, Tabsyir; Pikri, Pikri
BASHA'IR: JURNAL STUDI AL-QUR'AN DAN TAFSIR Vol 5 No 1 (2025): Basha'ir: Jurnal Studi Al-Quran dan Tafsir
Publisher : Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47498/bashair.v5i1.4614

Abstract

Penelitian ini berfokus pada implementasi, pemahaman, serta dampak penerapan Living Qur’anic Values di pesantren wilayah Barat Tengah Aceh, dengan tujuan utama memperkuat kesadaran moderasi beragama. Sebagai lembaga pendidikan berbasis Islam, pesantren memiliki peran strategis dalam membentuk karakter santri yang tidak hanya memahami ajaran Al-Qur'an secara teoritis, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai Qur'ani seperti tawassuth (moderat), i’tidal (adil), tasamuh (toleran), ishah (perbaikan), qudwah (teladan), musyawarah (konsultasi), muwathanah (kewarganegaraan), al-la 'unf (anti kekerasan), dan i’tiraf bil ‘urf (menghargai tradisi) dianggap sebagai elemen kunci dalam membangun sikap moderat di kalangan santri, yang sangat relevan di tengah keberagaman masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran (mixed methods), yaitu kombinasi antara metode kualitatif dan kuantitatif, guna memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang penerapan Living Qur’anic Values. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket yang melibatkan para pimpinan pesantren, ustadz-ustadzah, serta santriwan-santriwati di sejumlah pesantren di wilayah Barat Tengah Aceh. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa penerapan nilai-nilai Al-Qur’an ini sudah cukup baik di lingkungan pesantren, meskipun masih ada disparitas dalam pemahaman dan pengamalan konsep moderasi beragama di antara santri. Sebanyak 54% santri telah mendengar istilah moderasi beragama atau washathiyyah, namun hanya 30% dari mereka yang benar-benar memahami konsep ini secara mendalam. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun nilai-nilai moderasi telah diperkenalkan, integrasinya dalam kurikulum formal dan praktik sehari-hari masih perlu ditingkatkan. Dampak penerapan Living Qur’anic Values terlihat dalam berbagai aspek kehidupan di pesantren. Di sekolah, santri menunjukkan peningkatan kedisiplinan, tanggung jawab, dan prestasi akademik, serta lebih aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Di lingkungan pesantren, nilai-nilai akhlak dan moral yang baik, seperti kesederhanaan dan empati, semakin melekat dalam keseharian santri. Sementara di masyarakat, santri menjadi teladan dalam mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an dan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial. Temuan ini menunjukkan pentingnya penguatan penerapan nilai-nilai Qur’ani di pesantren, baik secara konseptual maupun praktis, untuk menciptakan generasi santri yang tidak hanya cerdas dalam memahami agama, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan yang moderat, toleran, dan berkontribusi positif di masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengembangan pendidikan pesantren yang lebih berfokus pada penguatan moderasi beragama dan pengamalan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.