Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Riset Kedokteran

Gejala Gastrointestinal Memengaruhi Prognosis pada Pasien Covid-19 Pandu Alif Athaya Fauzan; Eva Rianti Indrasari
Jurnal Riset Kedokteran Volume 2, No.1, Juli 2022, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.022 KB) | DOI: 10.29313/jrk.vi.872

Abstract

Abstract. Corona Virus Disease-19 or COVID-19 is a disease with a million faces. The symptoms of this disease varied from classical symptoms such as fever, dry cough, tachypnea, anosmia and ageusia, to non-classical symptoms in the form of gastrointestinal symptoms. Gastrointestinal (GI) symptoms in COVID-19 includes diarrhea, nausea and vomiting, and abdominal pain. The prognosis of COVID-19 is determined by several factors with the prominent factors being aged older than 70 years, comorbidities including cardiovascular diseases, chronic obstructive pulmonary disease, hypertension, etc., lymphopenia, and increased lactic dehydrogenase levels. GI symptoms could influence prognosis through worsening the severity of the disease, increased incidence of acute respiratory distress syndrome (ARDS), and liver injury. The worsening severity of the disease and increased incidence of ARDS can be explained with the gut-lung axis, where the homeostasis disruption of microbiota of the gut can influence the respiratory system through common mucosal immune system and vice versa. Abstrak. Corona Virus Disease-19 atau disingkat COVID-19 adalah penyakit dengan sejuta wajah. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini beragam. Mulai dari gejala klasik, yaitu demam, batuk kering, takipnea, anosmia dan ageusia, hingga gejala non-klasik berupa gejala gastrointestinal. Gejala gastrointestinal (GI) pada COVID-19 adalah diare, mual dan muntah, dan nyeri abdominal. Prognosis pada COVID-19 ditentukan oleh beberapa faktor dengan faktor utama yang telah terbukti memengaruhi prognosis adalah usia diatas 70 tahun, kondisi komorbid seperti penyakit kardiovaskular, penyakit paru obstruktif kronis, hipertensi, dsb., limfopenia, dan kadar lactic dehydrogenase yang tinggi. Gejala GI dapat memengaruhi prognosis melalui peningkatan tingkat keparahan penyakit, tingginya kejadian acute respiratory distress syndrome (ARDS), dan cedera hepar. Peningkatan tingkat keparahan dan tingginya kejadian ARDS dapat dijelaskan oleh gut-lung axis, dimana terganggunya homeostasis mikrobiota usus dapat memengaruhi sistem pernapasan melalui common mucosal immune system. Begitupun sebaliknya, kelainan di mikrobiota sistem pernapasan juga akan memengaruhi saluran pencernaan melalui regulasi imun.
Hubungan Derajat Stres dengan Kejadian Sindrom Dispepsia Fungsional pada Mahasiswa FK UNISBA Ingrid Nurimani Ansari; Siti Annisa Devi T; Eva Rianti Indrasari
Jurnal Riset Kedokteran Volume 3, No.1, Juli 2023, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrk.vi.2301

Abstract

Abstract. A biological reaction due to internal and external stimuli as well as changes in the body's homeostasis is referred to as stress. One of the digestive disorders related to stress is dyspepsia. This study aims to analyze relationship stress to the occurrence of functional dyspepsia syndrome in UNISBA medical faculty students grades 1 and 3. This study involved 100 subjects who were selected by simple random selection. The Medical Student Stress Questionnaire (MSSQ) was used to collect stress data and Rome IV criteria for dyspepsia data. Data were analyzed using computerized univariate and bivariate methods using chi-square. The results showed that majority experienced mild stress (84%) only a small proportion experienced moderate stress (16%). Majority experienced functional dyspepsia than those who did not (52%), and there was a significant relationship between the level of distress and the occurrence of functional dyspepsia syndrome, with a P-value of 0.045 (<0.05). In conclusion, the level of stress in first and third students can trigger dyspepsia syndrome. Abstrak. Stres merupakan suatu stimulus instrinsik dan ekstrinsik yang dapat membangkitkan respon biologis dan dapat menyebabkan perubahan homeostasis sehingga terjadi gangguan ke beberapa organ tubuh. Dispepsia merupakan salah satu gangguan saluran pencernaan terkait dengan stres. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan stres dengan kejadian sindrom dispepsia antara mahasiswa FK Unisba tingkat 1 dan 3 tahun akademik 2021/2022. Subjek pada penelitian ini berjumlah 100 orang yang dipilih dengan simple random sampling. Data diambil melalui kuesioner stres Medical Student Stress Questionnaire (MSSQ) dan Kriteria Roma IV untuk dispepsia. Pengolahan data penelitian dilakukan secara komputerisasi meliputi analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan, sebagian besar subjek penelitian mengalami stres ringan (84%). Jumlah mahasiswa yang mengalami dispepsia fungsional lebih banyak dibanding yang tidak dispepsia, yaitu sebesar 52%. Terdapat hubungan yang bermakna antara derajat stres dengan kejadian sindrom dispepsia fungsional dengan P-value 0,045 (<0,05). Simpulan, derajat stres pada mahasiswa tingkat 1 dan 3 dapat memicu terjadinya sindrom dispepsia.
Hubungan Derajat Stres dengan Kejadian Sindrom Dispepsia Fungsional pada Mahasiswa FK UNISBA Ingrid Nurimani Ansari; Siti Annisa Devi T; Eva Rianti Indrasari
Jurnal Riset Kedokteran Volume 3, No.1, Juli 2023, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrk.vi.2301

Abstract

Abstract. A biological reaction due to internal and external stimuli as well as changes in the body's homeostasis is referred to as stress. One of the digestive disorders related to stress is dyspepsia. This study aims to analyze relationship stress to the occurrence of functional dyspepsia syndrome in UNISBA medical faculty students grades 1 and 3. This study involved 100 subjects who were selected by simple random selection. The Medical Student Stress Questionnaire (MSSQ) was used to collect stress data and Rome IV criteria for dyspepsia data. Data were analyzed using computerized univariate and bivariate methods using chi-square. The results showed that majority experienced mild stress (84%) only a small proportion experienced moderate stress (16%). Majority experienced functional dyspepsia than those who did not (52%), and there was a significant relationship between the level of distress and the occurrence of functional dyspepsia syndrome, with a P-value of 0.045 (<0.05). In conclusion, the level of stress in first and third students can trigger dyspepsia syndrome. Abstrak. Stres merupakan suatu stimulus instrinsik dan ekstrinsik yang dapat membangkitkan respon biologis dan dapat menyebabkan perubahan homeostasis sehingga terjadi gangguan ke beberapa organ tubuh. Dispepsia merupakan salah satu gangguan saluran pencernaan terkait dengan stres. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan stres dengan kejadian sindrom dispepsia antara mahasiswa FK Unisba tingkat 1 dan 3 tahun akademik 2021/2022. Subjek pada penelitian ini berjumlah 100 orang yang dipilih dengan simple random sampling. Data diambil melalui kuesioner stres Medical Student Stress Questionnaire (MSSQ) dan Kriteria Roma IV untuk dispepsia. Pengolahan data penelitian dilakukan secara komputerisasi meliputi analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan, sebagian besar subjek penelitian mengalami stres ringan (84%). Jumlah mahasiswa yang mengalami dispepsia fungsional lebih banyak dibanding yang tidak dispepsia, yaitu sebesar 52%. Terdapat hubungan yang bermakna antara derajat stres dengan kejadian sindrom dispepsia fungsional dengan P-value 0,045 (<0,05). Simpulan, derajat stres pada mahasiswa tingkat 1 dan 3 dapat memicu terjadinya sindrom dispepsia.