Claim Missing Document
Check
Articles

Clinical and laboratory features of pediatric Typhoid fever at the Department of Child Health, Hasan Sadikin General Hospital Bandung Setiabudi, Djatnika; Azhali, M.S.; Garna, Herry; Chairulfatah, Alex
Medical Journal of Indonesia Vol 7 (1998): Supplement 1
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.139 KB) | DOI: 10.13181/mji.v7iSupp1.1145

Abstract

[no abstract available]
Antibiotic resistance patterns of pediatric Typhoid fever at the Department of Child Health, Hasan Sadikin General Hospital, Bandung Setiabudi, Djatnika; Azhali, M.S.; Garna, Herry; Chairulfatah, Alex
Medical Journal of Indonesia Vol 7 (1998): Supplement 1
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.452 KB) | DOI: 10.13181/mji.v7iSupp1.1146

Abstract

[no abstract available]
Metode Pembelajaran Preceptorship Dibandingkan Dengan Konvensional Terhadap Keterampilan Pemeriksaan Kehamilan Mahasiswi Kebidanan susanti, ari indra; Wirakusumah, Firman; Garna, Herry
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 2, No 1 (2016): Volume 2 Nomor 1 September 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.622 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v2i1.10417

Abstract

Salah satu kompetensi utama bidan dalam kurikulum D-III Kebidanan Tahun 2011 yaitu bidan sebagai care provider yang mampu memberikan asuhan kebidanan  secara efektif, aman, dan bermutu tinggi bagi perempuan dalam siklus reproduksinya secara komprehensif. Untuk mencapai kompetensi tersebut, maka metode pembelajaran konvensional perlu dikembangkan menjadi metode pembelajaran preceptorship. Tujuan penelitian ini untuk mengukur perbedaan metode pembelajaran preceptorship dengan konvensional terhadap keterampilan pemeriksaan kehamilan mahasiswi kebidanan. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental design dengan rancangan non randomized control group pretest postest design dengan jumlah sampel sebanyak 108 mahasiswi kebidanan di Prodi Kebidanan FK Unpad dan Poltekkes TNI AU Ciumbeleuit. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2013 sampai dengan Februari 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Analisis uji beda menggunakan uji Z Mann Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna keterampilan pemeriksaan kehamilan antara metode preceptorship dengan konvensional (p<0.005). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran preceptorship yang dilakukan di lahan praktik dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa kebidanan.Kata Kunci: Keterampilan, konvensional, metode preceptorship
Profil Ekspresi Koreseptor Human Immunodeficiency Virus CCR5 dan CXCR4 pada penderita Infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menggunakan Narkoba Suntik Indrati, Agnes Rengga; Parwati, Ida; Garna, Herry; Alisjahbana, Bachti
Majalah Kedokteran Bandung Vol 50, No 3 (2018)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.559 KB) | DOI: 10.15395/mkb.v50n3.1230

Abstract

Infeksi human immunodeficiency virus masih merupakan masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia dan pemakai narkoba suntik merupakan populasi yang besar di antara orang dengan  infeksi HIV/AIDS (ODHA) yang berperan penting dalam  transmisi infeksi HIV. Opioid banyak digunakan penasun dan memengaruhi ekspresi CCR5 serta CXCR4 yang merupakan  koreseptor yang digunakan oleh HIV untuk menginfeksi sel limfosit T CD4. Penelitian ini bertujuan menganalisisperbedaan  ekspresi koreseptor HIV CCR5 dan CXCR4 antara ODHA penasun dan ODHA bukan pemakai narkoba. Penelitian observasional analitik dengan  rancangan cross sectional ini dilaksanakan pada September 2011−Mei 2013. Subjek penelitian adalah ODHA penasun yang diikutsertakan secara consecutive sampling  di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung  serta di komunitas di Jawa Barat. Pemeriksaan ekspresi koreseptor CCR5, CXCR4 dan jumlah sel limfosit T CD4 dilakukan dengan metode flowsitometri. Ditemukan 80 orang subjek penelitian dengan 17 orang pengguna narkoba suntik aktif, 16 orang dalam terapi metadon, 15 orang mantan penasun, dan 32 orang bukan pemakai narkoba. Persentase CXCR4 di permukaan sel limfosit T CD4 lebih tinggi bermakna pada ODHA bukan pemakai narkoba dibanding dengan ODHA penasun (86,13; 78,23; p 0,001). Tidak terdapat perbedaan bermakna  ekspresi CCR5 dan MFI CXCR4 di permukaan sel limfosit T CD4 antara ODHA penasun dan ODHA bukan pemakai narkoba (p>0,05).  Dari penelitian ini disimpulkan bahwaekspresi CXCR4  lebih tinggi pada ODHA penasun dibanding dengan ODHA bukan pemakai narkoba pada sel limfosit T CD4. Ekspresi koreseptor CXCR4 yang lebih tinggi dibanding dengan CCR5 baik pada kelompok ODHA penasun dan bukan pemakai narkoba.  Human Immunodeficiency Virus-Coreceptors CCR5 and CXCR4 Expression Profile in Injecting Drug Users Living with HIV  Human immunodeficiency virus (HIV) is considered as global health problem, includingin Indonesia. A large proportion of people living with HIV/AIDS (PLHAs) are Injecting Drug Users (IDUs) who play an important role in HIV transmission. Opioid that is used by many IDUs influence the expression of CCR5 and CXCR4, which are the co-receptors used by HIV to infect CD4 T lymphocyte cells. This study aimed to compare the expression of HV CCR5 and CXCR4 co-receptors between IDU PLHAs and non-drug user PLHAs. This was a crossectional analytical observation performed in the period of September 2011−May 2013 on IDU PLHAs who were sampled consecutively in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung and community in West Java. Flowcytometry was used for analyzing CCR5 and CXCR4 co-receptors as well as the CD4 T lymphocyte count. Eighty subjects were included in the study, consisting of 17 active injecting drug users, 16 IDUs on methadone therapy, 15 former IDUs, and 32 non-drug user PLHAs. The percentage of CXCR4 on CD4 T lymphocyte surface was significantly higher in non-drug user PLHAs when compared to IDU PLHAs (86,13; 78,23; p 0,001). No significant difference was found in the expression of CCR5 and MFI CXCR4 on CD4 T lymphocyte surface between IDU PLHAs and non-drug user PLHAs (p>0,05).  It is concluded that the expression of CXCR4 on CD4 T lymphocyte surface is higher in IDU PLHAs compared to non-drug user PLHAs. The expression of CXCR4 co-receptors is higher than the expression of CCR5 both in IDU PLHAs and non-drug user PLHAs.    
KADAR D-DIMER PLASMA SEBAGAI PREDIKTOR KEMATIAN PENDERITA PNEUMONIA USIA 2–59 BULAN Saraswati, Retno; Lukmanul Hakim, Dzulfikar D.; Garna, Herry
Majalah Kedokteran Bandung Vol 44, No 1 (2012)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1305.772 KB)

Abstract

Pada pneumonia berat, terjadi koagulasi intravaskular dan intraalveolar yang merupakan respons proses inflamasi lokal dan sistemik infeksi paru. Konsekuensi klinis dari perubahan koagulasi ini yaitu peningkatan kadar D-dimer plasma sebagai petanda aktivitas koagulasi dan fibrinolisis serta meluasnya disfungsi organ bahkan kematian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui validitas kadar D-dimer plasma yang tinggi sebagai prediktor kematian penderita pneumonia usia 2 sampai 59 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan prospektif yang dilaksanakan di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Subjek penelitian anak usia 2 sampai 59 bulan yang didiagnosis sebagai pneumonia dan berobat ke Instalasi Gawat Darurat Anak selama bulan Oktober?November 2009. Pemeriksaan D-dimer plasma dilakukan saat penderita datang dan kemudian dilakukan observasi sampai penderita meninggal atau dipulangkan dari rumah sakit. Empat puluh lima anak ikut serta dalam penelitian ini, 15 (33%) di antaranya meninggal selama observasi. Kadar D-dimer plasma menunjukkan hubungan yang bermakna (p=0,04) terhadap kematian penderita pneumonia dengan median dan rentang sebesar 0,60 mg/L (0,1?5,10 mg/L). Cut-off point D-dimer plasma >0,4 mg/L sebagai prediktor kematian penderita pneumonia memberikan sensitivitas 73,3% (IK 95%; 44,9?92,0) dan spesifisitas 70,0% (IK 95%; 50,6?85,2%) dengan akurasi 71,1%. Simpulan, kadar D-dimer plasma yang tinggi dapat memprediksi kematian penderita pneumonia usia 2 sampai 59 bulan. [MKB. 2012;44(1):57?62].Kata kunci: Kadar D-dimer plasma, koagulasi, pneumonia, prediktor kematianPlasma D-Dimer Level as Predictor of Mortality in 2?59-Month-Old Pneumonia PatientsIntravascular and intraalveolar coagulation can be found in severe pneumonia as a response to local and systemic inflammation process in severe pneumonia. Clinical consequences of this coagulation changes is an increase of plasma D-dimer levels as a marker of coagulation and fibrinolyis activation, the number of organ dysfunction even death. The aim of this study was to understand the validity of high plasma D-dimer levels as a predictor of mortality in 2 to 59-month-old pneumonia patients. This was a prospective observational analytic study which washeld in Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung. The subjects of this study were 2 to 59 months old children who were diagnosed as pneumonia and visited Pediatric Emergency Departement during October?November 2009. Plasma D-dimer assay was performed at admission and observed until the patient died or discharged from the hospital. Forty-five children were included in this study, 15 (33%) died during observation. Plasma D-dimer level showed significant correlations (p=0.04) with the mortality in 2 to 59-month-old pneumonia patients with median and range of 0.60 mg/L (0.1?5.10 mg/L). Plasma D-dimer cut-off point of >0.4 mg/L gave 73.3% sensitivity (CI 95%, 44.9?92.0%), and 70.0% specificity (CI 95%, 50.6?85.2%) with 71.1% accuracy for predicting mortality in 2 to 59-month-old pneumonia patients. In conclusions, there were significant correlations between elevated plasma Ddimer levels and mortality in 2 to 59-month-old patients with pneumonia. [MKB. 2012;44(1):57?62].Key words: Coagulation, plasma D-dimer levels, pneumonia, predictor of mortality DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v44n1.213
Karakteristik Dengue Berat yang Dirawat di Pediatric Intensive Care Unit Lukmanul Hakim, Dzulfikar D.; Garna, Herry; Winiar, Wiwin
Majalah Kedokteran Bandung Vol 44, No 3 (2012)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1676.634 KB)

Abstract

Virus dengue dapat menyebabkan infeksi pada semua kelompok usia dengan manifestasi klinis beragam mulai dari asimtomatik, ringan, sampai berat yang biasanya merupakan kasus fatal. Dengue berat ditandai dengan kebocoran plasma, hemokonsentrasi, dan gangguan hemostasis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita dengue berat yang dirawat di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RS Dr. Hasan Sadikin Bandung sejak Januari 2009 sampai Desember 2010. Penelitian dilakukan secara retrospektif deskriptif berdasarkan data dari rekam medis penderita. Sebanyak 21 penderita dengue berat dirawat selama 2 tahun, 15/21 penderita perempuan dan 6/21 laki-laki, serta 5/21 anak meninggal dunia selama dirawat dengan sebab kematian tersering sindrom syok dengue (SSD) dan kogagulopati intravaskular diseminata (KID). Sebagian besar penderita berusia 1−5 tahun dengan status gizi baik. Hepatomegali ditemukan pada semua penderita dengan hematokrit rata-rata 38%. Pada penelitian ini, manifestasi klinis dengue berat berupa SSD (15/21), KID (11/21), ensefalopati (6/21), efusi pleura (5/21), miokarditis (3/21), serta acute respiratory distress syndrome (3/21). Simpulan, dengue berat lebih banyak didapatkan pada anak perempuan, usia 1–5 tahun, serta status gizi baik. Manifestasi klinis dengue berat yang dominan berupa syok, koagulasi intravaskular diseminata, dan ensefalopati. [MKB. 2012;44(3):147–51].Kata kunci: Dengue berat, karakteristik, pediatric intensive care unitCharacteristic of Severe Dengue Hospitalized in Pediatric Intensive Care UnitDengue viral infections affect all age groups and produce a spectrum of clinical illness that ranges from asymptomatic to severe and occasionally fatal disease. Severe dengue characterized by plasma leakage, hemoconcentration, and hemostatic disorder. The aim of this study was to know the characteristic of severe dengue patients admitted to Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung during January 2009 to December 2010. This was a retrospective descriptive study based on the data collected from the medical records. Twenty-one severe dengue cases in two years were admitted 15/21 girls and 6/21 boys, and 5/21 of them died during hospitalization because of dengue shock syndrome (DSS) and disseminated intravascular coagulation (DIC). Most of them were 1−5 years old with good nutritional status. Hepatomegaly was found in all cases with mean hematocrit was 38%. In this research, the most manifestation of severe dengue were DSS (15/21), DIC (11/21), encephalopathy (6/21), pleural effusion (5/21), myocarditis (3/21), and acute respiratory distress syndrome (3/21). In conclusions, severe dengue are more common in girls, 1–5 years old, and well-nourished children. The most common clinical manifestation of severe dengue are shock, disseminated intravascular coagulation, and encephalopathy. [MKB. 2012;44(3):147–51]. DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v44n3.85
Polimorfisme FokI, BsmI, ApaI, dan TaqI Gen Reseptor Vitamin D pada Kejadian Tuberkulosis Anak Setiabudiawan, Budi; Kartasasmita, Cissy B.; Garna, Herry; Parwati, Ida; Maskoen, Ani Melani
Majalah Kedokteran Bandung Vol 42, No 4
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.36 KB)

Abstract

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Faktor kuman saja tidak dapat menjadi faktor tunggal dalam kejadian TB. Varian polimorfisme gen reseptor vitamin D (RVD) dianggap penting hubungannya dengan kerentanan dan resistensi terhadap TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran polimorfisme FokI, BsmI, ApaI, dan TaqI gen RVD terhadap kejadian TB anak. Penelitian observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dan Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi sejak Mei 2008–Maret 2009. Sampel terdiri dari 42 anak TB (kelompok kasus) dan 42 anak non-TB (kelompok kontrol) yang memenuhi kriteria penelitian dan diambil secara consecutive sampling. Dilakukan pemeriksaan polimorfisme FokI, BsmI, ApaI, dan TaqI gen RVD. Analisis dengan uji Chi-kuadrat, uji Mann-Whitney, menghitung rasio Odds (OR) dan 95% CI. Kejadian polimorfisme FokI gen RVD pada kelompok kasus TB 66,7% dan kontrol 40,5% (p=0,016) dengan OR (95% CI): 2,94 (1,21–7,16). Kejadian polimorfisme FokI gen RVD untuk kelompok kasus TB adalah 2,94 kali lebih banyak dibandingkan dengan kontrol. Polimorfisme BsmI, ApaI, dan TaqI gen RVD tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kasus TB dibandingkan dengan kontrol (p >0,05). Disimpulkan bahwa polimorfisme FokI gen RVD merupakan faktor risiko terjadinya TB anak. [MKB. 2010;42(4):187–94].Kata kunci: Gen reseptor vitamin D, polimorfisme, tuberkulosis anakPolymorphism of FokI, BsmI, ApaI, and TaqI Vitamin D Receptor Gene on Child TuberculosisTuberculosis (TB) is a infection disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis itself is not the only factor of TB. Polymorphism of vitamin D receptor (VDR) gene is important on the susceptibility of TB. The aim was to find out the role of FokI, BsmI, ApaI, and TaqI VDR gene polymorphism on child TB. The observational analytic study with case control design was done in RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung and RSU Cibabat Cimahi, May 2008–March 2009. The subjects consisted of 42 children each for case (TB) and control (non TB) group, enrolled by consecutive sampling. The blood was analyzed for polymorphism of FokI, BsmI, ApaI, and TaqI VDR gene. Chi-square test, Mann-Whitney test, to calculate odds ratio (OR) and 95% confidence interval (CI) were used. The incidence of FokI VDR gene polymorphism in TB case group was 66.7% and 40.5% in control group (p=0.016), OR (95% CI): 2.94 (1.21–7.16). The FokI VDR gene polymorphism for TB group was 2.94 times greater than that for control group; while for BsmI, ApaI, and TaqI VDR gene polymorphism, there was no significant difference between TB case and control (p>0.05). It is concluded, FokI VDR gene polymorphism is a risk factor of child TB. [MKB. 2010;42(4):187–94].Key words: Child tuberculosis, polymorphism, vitamin D receptor gene DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v42n4.35
Perbedaan Kadar Platelet Activating Factor Plasma antara Penderita Demam Berdarah Dengue dan Demam Dengue Setiabudi, Djatnika; Setiabudiawan, Budi; Parwati, Ida; Garna, Herry
Majalah Kedokteran Bandung Vol 45, No 4 (2013)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1240.077 KB)

Abstract

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue atau keadaan yang lebih berat yaitu demam berdarah dengue. Patogenesis yang menerangkan hal tersebut belum jelas. Teori yang sering dikemukakan yaitu pada penyakit dengue berat terjadi peningkatan kadar mediator proinflamasi. Tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan kadar platelet activating factor plasma penderita demam berdarah dengue dengan demam dengue. Penelitian observasional dengan rancangan potong lintang dilakukan pada Januari–Februari 2013. Subjek penelitian adalah penderita dengue usia 1–14 tahun yang dirawat di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, RSUD Kota Bandung (Ujungberung), dan RSUD Kota Cimahi (Cibabat). Diagnosis dengue dikonfirmasi dengan pemeriksaan antigen nonstruktural-1 dan atau pemeriksaan serologis imunoglobulin M dan G. Sampel darah fase demam, kritis dan pemulihan diambil untuk pemeriksaan kadar platelet activating factor plasma menggunakan metode enzymelinked immunosorbent assay. Selama kurun waktu penelitian didapat 26 penderita dengue, terdiri atas 14 kasus demam dengue dan 12 demam berdarah dengue. Kadar platelet activating factor plasma pada fase kritis penderita demam berdarah dengue [541,45 (239,30–2.449,00)] pg/mL lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan penderita demam dengue [289,55 (149,50–961,50)] pg/mL; p=0,007. Simpulan, kadar platelet activating factor plasma pada fase kritis penderita demam berdarah dengue lebih tinggi daripada penderita demam dengue. [MKB. 2013;45(4):251–6]Kata kunci: Demam berdarah dengue, demam dengue, platelet activating factor The Difference of Platelet Activating Factor Plasma Level between Dengue Hemorrhagic Fever and Dengue Fever patientsDengue virus infection can manifest as dengue fever and, more severely, as dengue hemorrhagic fever. Their pathogenesis until now is not fully understood. One of the most favorable theories stated the presence of increasing titer of pro-inflammatory mediator in severe dengue. The aim of this study was to determine the difference of plasma platelet activating factor titer between dengue hemorrhagic fever and dengue fever patients. This observational study with cross sectional design was conducted during January–February 2013. Subjects were dengue patients, 1 to 14 years old, hospitalized at Dr. Hasan Sadikin General Hospital, Bandung District Hospital (Ujungberung), and Cimahi District Hospital (Cibabat). Dengue cases were confirmed based on nonstructural-1 antigen and/or immunoglobulin M and G rapid test. Blood samples from febrile, critical and recovery phase were drawn for the examination of platelet activating factor titer using the enzyme-linked immunosorbent assay method. There were 26 dengue cases (14 as dengue fever and 12 as dengue hemorrhagic fever). Plasma platelet activating factor titer at the critical phase was significantly higher in dengue hemorrhagic fever patients [541.45 (239.30–2,449.00)] pg/mL compared to dengue fever patients [289.55 (149.50–961.50)] pg/mL; p=0.007. In conclusion, plasma platelet activating factor titer at the critical phase is higher in dengue hemorrhagic fever patients than in dengue fever patients. [MKB. 2013;45(4):251–6]Key words: Dengue hemorrhagic fever, dengue fever, platelet activating factor DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v45n4.172
Tricuspid Annular Plane Systolic Excursion pada Bayi Kurang Bulan dan Cukup Bulan Rahayuningsih, Sri Endah; Garna, Herry
Majalah Kedokteran Bandung Vol 43, No 4
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Dibandingkan dengan bayi yang lahir normal, bayi kurang bulan memang cenderung bermasalah. Dengan prematurnya masa gestasi, maka dapat menyebabkan ketidakmatangan pada semua sistem organ, termasuk organ kardiovaskular. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui fungsi ventrikel kanan yang diukur dengan metode tricuspid annular plane systolic excursion (TAPSE) serta fungsi ventrikel kiri dengan metode fraksi ejeksi dan fraksi pemendekan yang dilakukan dengan ekokardiografi pada bayi kurang bulan. Subjek penelitian ini bayi cukup bulan dan kurang bulan yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu bayi sesuai masa kehamilan berusia 3–30 hari. Penelitian merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan potong lintang yang dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Hasan Sadikin Bandung, selama Juli–Oktober 2010 dengan analisis statistik menggunakan perhitungan uji t, korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan antara fungsi ventrikel kanan yang diukur dengan metode TAPSE bayi kurang bulan dan bayi cukup bulan (p=0,006). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara fraksi ejeksi bayi kurang bulan dan cukup bulan (p=0,22) dan fraksi pemendekan rata-rata pada bayi kurang bulan dan bayi cukup (p=0,20). Simpulan penelitian ini, ditemukan perbedaan fungsi ventrikel kanan yang diukur dengan TAPSE pada bayi kurang bulan lebih rendah dibandingkan dengan bayi cukup bulan. [MKB.2011;43(4):178–82].Kata kunci: Bayi cukup bulan, bayi kurang bulan, ekokardiografi, fungsi ventrikel kanan, TAPSETricuspidAnnular Plane Systolic Excursion in Preterm and Term BabiesA preterm infant is a baby born with gestational age less than 37 weeks. Preterm babies tend to have problems compared to normal ones. Premature gestational age might result in immaturity of all organ systems of the body including cardiovascular organs. The aim of this study was to find out the right ventricle function by tricuspid annular plane systolic excursion (TAPSE) and left ventricle by ejection fraction and shortening fraction using echocardiography on preterm babies. The subject of this study were term and preterm babies who fulfilled the inclusion criteria: appropiate gestational age babies 3–30 days old. This was an analytic descriptive study with cross-sectional method held in Department of Child Health Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung during July–October 2010, and statistical analysis using t–test Spearman rank correlation test. The result of the study showed that the right ventricle function examined by TAPSE method was different on preterm compared to term babies(p=0.006). No significant difference was found in the ejection fraction between preterm and term babies (p=0.22) and so did the shortening fraction (p=0.20). It was concluded that there is a difference in the right ventricle function by TAPSE method between preterm (lower) and term babies. [MKB. 2011;43(4):178–82].Key words: Echocardiography, preterm baby, right ventricle function, TAPSE, term baby DOI: http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v43n4.66
Imunogenisitas dan Keamanan Vaksin Tetanus Difteria (Td) pada Remaja sebagai Upaya Mencegah Reemerging Disease di Indonesia Eddy Fadlyana; Kusnandi Rusmil; Herry Garna; Iwin Suwarman; Soenarjati Soedigo Adi; Novila Sjafri Bachtiar
Indonesian Journal of Applied Sciences Vol 1, No 2 (2011)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijas.v1i2.1869

Abstract

Di Indonesia berpotensi terjadi reemerging disease difteria akibat belum adanya program imunisasi ulang yang berkesinambungan pada remaja. Untuk menilai imunogenisitas dan keamanan vaksin tetanus, difteria (Td) yang diberikan sebagai imunisasi ulang pada remaja, dilakukan uji klinis prospective, randomized double-blind controlled terhadap 296 pelajar remaja sehat di kota Bandung, usia 10–18 tahun, pada September 2007–September 2008. Sebanyak 296 remaja sebagi subjek penelitian, dibagi 2 kelompok secara acak sederhana. Kelompok I mendapat dosis suntikan 0,5 mL yang diberikan intramuskular. Kelompok II mendapat vaksin TT sebagai kontrol. Pemeriksaan darah dilakukan sebelum dan 1 bulan setelah imunisasi menggunakan teknik enzyme-linked immunosorbent assays (ELISAs). Data tentang keamanan dikumpulkan sampai 1 bulan sejak imunisasi menggunakan buku harian. Konsentrasi antibodi seroproteksi (0,1 IU/mL) terhadap difteria dan tetanus mencapai  93,2% and 100,0%. The geometric mean titer (GMT) terhadap difteria meningkat bermakna dari 0,0618 IU/mL ke 0,7583 IU/mL (p<0,001), dan terhadap tetanus meningkat bermakna dari 0,4413 IU/mL ke 14,4054 IU/mL (p<0,001). Nyeri pada tempat suntikan terjadi pada 20,3% kelompok Td dan 18,2% pada TT (p=0,028). Demam >37,5°C sedikit terjadi pada kedua kelompok (Rentang Td: 0,7-4,7%; Rentang TT: 3,4–6,7%). Tidak terdapat reaksi serius dan semua penerima vaksin dapat menerimanya dengan baik. Imunisasi ulang Td meningkatkan kadar immunoglobulin spesifik protektif terhadap difteria dan tetanus, serta aman diberikan pada remaja.
Co-Authors Aam Maryamah Achmad Suardi Achmad Surjono Adjat Sedjati Rasyad Adjat Sedjati Rasyad Adjat Sedjati Rasyad Adjat Sedjati Rasyad Agnes Rengga Indrati Agung Firmansyah Sumantri Ahmad Suardi Alamsyah Aziz Alex Chairulfatah Alex Chairulfatah Alma Tanzia Nasa Alma Yulistia Fadhilah Alma Yulistia Fadhilah Andi Rinaldi Andika Ilham Rahmadi Prianza Andre van der Venn Andriane, Yuke Ani Melani Maskoen Aniceto Cardoso Barreto Anita Deborah Anwar Annesya Atma Battya Annisa Kusumawardhani Annisa Rahmah Furqaani Ardini Saptaningsih Raksanagara Ardini Saptaningsih Raksanagara Ari indra Susanti Arief Guntara Atia Mansoorah Atie Rachmiatie Aulia Fitri Swity Azhali M. S. Bachti Alisjahbana Batara, Triando BUDI SETIABUDIAWAN Budi Setiabudiawan Budi Setiabudiawan Budiman , Budiman Buti Azfiani Buti Azfiani Azhali Cherawaty, Aneu Cissy B. Kartasasmita Citra Kartika Dadang Hudaya Dadang Hudaya S Deborah Anwar, Anita Dedi Rachmadi Delfian Rahmat Aditia Delia Oktaviani Solihat Deni K. Sunjaya Dessy Afrianti Dida A. Gurnida Dida Akhmad Gurnida Dika Rifky Fernanda Dilla Latul Anjaniah Dina Garniasih Djatnika Setiabudi Donissa Aurel Titania Dwi Prasetyo Dyana Eka Hadiati Dzulfikar D. Lukmanul Hakim Eddy Fadlyana Eka Hendryanny Eka Nurhayati Endah Pujiastuti Endang Widajanti Eva Rianti Indrasari Fajarini Putri Hidayat Farah Talitha Nawiryasa Farid Husin Fathia Salsabila Fakhira Fauzia Laili Fina Meilyana Finda Wijayanti Firman Fuad Wirakusumah Fiva A Kadi Gaga Irawan Gartika Sapartini Gibran Bramasta Dirgavansya Gilang Mutiara Giyawati Yulilania Okinarum Hadi Susiarno Halimatus Saidah Hana Sofia Hana Sopia Rachman Harefa, Umy Darni Harry Iskandar Heda Melinda D. Nataprawira Heni Nurakilah Henne Giyantini Henri Setiawan Herawati, Yanti Herri S. Sastramihardja Herry Herman Heru Haerudin Hidayat Wijayanegara Hinta Meijerink Ida Parwati Indri Budiarti Ingrid Rita Sitomorang Irvan Afriandi Ismawati Ismayanty, Devie Iwin Sumarman Iwin Suwarman Jernihati Krisniat Harefa Jujun Junia Julistio Djais Julistio Djais Julistio T. B. Djais Julistio T.B. Djais Khairunnisa, Dini Pajriani Kharisma Firda Amalia Komalaningsih , Sri Kusnandi Rusmil Lelly Yuniarti Leri Septiani Lestari, Meti Widya Lina Herlina Linda Marlina Lisa Adhia Garina Lony Novita M.S. Azhali Ma&#039;mun Sutisna Ma&#039;mun Sutisna Ma&#039;mun Sutisna Maulya Listrianti Maya Tejasari Ma’mun Sutisna Melati Yuliandari Melvi Imelia Risa Metty Nurherliyany Mohamad Yanuar Anggara Muhammad Kasrial Myrna Soepriadi Nadiyah Oktaviani Nanan Sekarwana Naufal Khairunnisa Syahira Sulung Nenden Ismawaty Nisa Lathifah Rohmatika Novila Sjafri Bachtiar Novilia Sjafri Bachtiar Novita Ayu Indraswati Nur Maulida Najwa Rahima Nur Melani Sari Nurlatifah, Teni Nurul Auliya Kamila Oky Haribudiman Ponpon Idjradinata Ponpon Idjradinata Ponpon S Idjradinata R. Ayu Wulandari Sekarini R.M Ryadi Fadil Rahmat Budi Rahmawaty, Ike Ratna Damailia Reinout van Crevel Reni Ghrahani Reni Ghrahani Retno Ekowati Retno Saraswati Revan Muhammad Rhena Alma Ramadianti Rika Nilapsari Riki Yudiana Riki Yudiana Rina Permatasari Rizki, Fathia Rowawi, Roni RR. Ella Evrita Hestiandari Ryandini, Gessyla Safana Edisa Samsudin Surialaga Sandriani Shafira Nefananda Kariza Silfian, Silfian Siti Sugih Sjarif Hidajat Soenarjati Soedigo Adi Soenarjati Soedigo Adi Sri Endah Rahayuningsih Sri Hennyati Amiruddin Sri Komalaningsih Suardi, Achmad Sugih H, Siti Sugih, Siti Suryani Soepardan Susiarno, Hadi Sutisna , Ma'mun Sutisna, Ma’mun Tania Novi Tina Ramayanthi Tisnasari Hafsah Titik Respati Tono Djuwantono Waya Nurruhyuliawati, Siti Aminah, Uni Gamayani, Eddy Fadlyana Wedi Iskandar Wiwin Winiar Yani Dewi Suryani Zulmansyah Zulmansyah , Zulmansyah