Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Teologi indigenous dan rekonsiliasi bangsa: Dekonstruksi dan rekonstruksi nilai-nilai kearifan lokal sebagai paradigma pemulihan sosial di Indonesia Kause, Munatar
KURIOS Vol. 11 No. 1: April 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v11i1.1015

Abstract

This study examines the construction of indigenous theology as a foundation for national reconciliation by deconstructing and reconstructing local wisdom values in Indonesia. Drawing on Stephen Bevans's contextual theology methodology and Robert Schreiter's framework for constructing local theology, this research examines how indigenous religious values can serve as bridges for social healing in post-conflict Indonesian society. Through qualitative analysis of indigenous traditions, such as Pela Gandong and Aluk Mappurondo, as well as various other local wisdoms, this study reveals that indigenous theology offers alternative paradigms for reconciliation that are more culturally rooted and sustainable than Western-imposed models. The findings demonstrate that integrating indigenous cosmological understanding with Christian theological reflection creates transformative potential for national resilience. This research contributes to the development of Indonesian contextual theology, which respects cultural plurality while maintaining theological integrity, and offers practical implications for peacebuilding and social reconstruction in Indonesia's multi-religious society. Abstrak Penelitian ini mengkaji konstruksi teologi indigenous sebagai fondasi rekonsiliasi bangsa melalui dekonstruksi dan rekonstruksi nilai-nilai kearifan lokal di Indonesia. Menggunakan metodologi teologi kontekstual Stephen Bevans dan kerangka konstruksi teologi lokal Robert Schreiter, penelitian ini menganalisis bagaimana nilai-nilai religius indigenous dapat berfungsi sebagai jembatan pemulihan sosial dalam masyarakat Indonesia pascakonflik. Melalui analisis kualitatif tradisi indigenous seperti Pela Gandong, Aluk Mappurondo, dan kearifan lokal lainnya, studi ini mengungkapkan bahwa teologi indigenous menawarkan paradigma alternatif rekonsiliasi yang lebih berakar budaya dan berkelanjutan dibanding model-model yang dipaksakan dari Barat. Temuan menunjukkan bahwa integrasi pemahaman kosmologis indigenous dengan refleksi teologis Kristen menciptakan potensi transformatif bagi resiliensi bangsa. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan teologi kontekstual Indonesia yang menghargai pluralitas budaya sambil mempertahankan integritas teologis, menawarkan implikasi praktis bagi pembangunan perdamaian dan rekonstruksi sosial dalam masyarakat Indonesia yang multi-religius.
Teologi Hospitalitas: Sebuah Diskursus Konstruktif Agama Merevitalisasi Nilai-nilai Kemanusiaan Siahaan, Harls Evan R; Kause, Munatar; Siagian, Fereddy
KAMBOTI: Jurnal Sosial dan Humaniora Vol. 2 No. 2 (2022): KAMBOTI: Jurnal Sosial dan Humaniora
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah XII

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/kambotivol2issue2page134-143

Abstract

The sense of humanity has been disrupted by issues that have led to conflict and violence in the name of religion. Religious identity is often used as a barrier that sharply distinguishes adherents of one religion from another so that the identity differences put each as "strangers". Christianity strives to reflect and at the same time answer the challenges of the social and humanities crisis through theological discourses, both in academic and pastoral contexts. This article aims to offer a theological construction that reflects the law of love as a means of revitalizing human values. This qualitative approach using descriptive analysis methods from various literature resulted in a discourse on the theology of hospitality which embodies the law of love for others as an attitude of Christian hospitality in doing religion in a togetherness space. In conclusion, the theology of hospitality can be one of the doctrines to revitalize human values in doing religion from a Christian perspective.
Hospitalitas sebagai Laku Hidup Menggereja dalam Bingkai Moderasi Beragama di Indonesia Siahaan, Harls Evan R.; Kause, Munatar
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 2 (2022): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54170/dp.v2i2.146

Abstract

Religious life has experienced an anxious level of disruption in the last two decades, where there has been an escalation of violence that has led to murders and even sadism in the name of religion. Responding to a situation stimulated by religious fundamentalism and radicalism, the Indonesian government, through the Ministry of Religion, initiated an inclusive religious model that can accept and respect differences; the product is called religious moderation. This article is qualitative research that aims to offer the praxis of religious moderation through modeling early church life behavior. By using a descriptive analysis method based on a literature review, this study shows that the hospitality of the early church, as disseminated by Amos Yong and Amy G. Oden, was an act of religious moderation in church life amidst the socio-political disruptions at that time. We conclude that hospitality can become a doctrine that embodies church life which expresses the practice of religious moderation in Indonesia. Kehidupan beragama mengalami tingkat disrupsi yang mengkhawatirkan dalam dua dasawarsa terakhir, di mana terjadi eskalasi kekerasan yang mengarah kepada pembunuhuan hingga kesadisan dengan mengatasnamakan agama. Merespons situasi yang distimulasi oleh fundamentalisme dan radikalisme beragama, pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama, menginisiasi sebuah pola beragama yang inklusif, yang dapat menerima dan menghargai perbedaan; produk itu dinamai moderasi beragama. Artikel ini adalah sebuah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menawarkan praksis moderasi beragama melalui permodelan laku hidup gereja perdana. Dengan menggunakan metode analisis deskriptif yang berbasis pada kajian literatur, penelitian ini memperlihatkan hospitalitas gereja perdana, seperti yang ditunjukkan oleh Amos Yong dan Amy G. Oden, merupakan sebuah laku moderasi beragama dalam hidup menggereja di tengah disrupsi sosial-politik saat itu. Kami menyimpulkan bahwa hospitalitas dapat menjadi doktrin yang mengejawantah hidup menggereja yang mengekspresikan laku moderasi beragama di Indonesia.
Peranan Managemen Keuangan dalam Pertumbuhan Gereja Agus, Stefanus; Kause, Munatar
Jurnal Teologi Rahmat Vol. 6 No. 1 (2020): Jurnal Teologi Rahmat
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Rahmat Emmanuel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gereja yang tidak dikelola dengan baik akan mengalami kendala, pendeta sering dikeluhkan bahwa manajemen kantor gereja dan pelayanan gereja yang tidak baik dan harus diperbaiki, perlu waktu yang lumayan lama untuk menyakinkan para pendeta bahwa manajemen sangat diperlukan dalam pelayanan gerejawi. Tanpa manajemen maka pelayanan tidak bisa maksimum dan efisien. Kepemimpinan yang cakap hanya dihasilkan dari sebuah pengaturan yang jelas dari sebuah organisasi.Demikian pula struktur dan bagan organisasi sangat membantu dalam pertumbuhan secara organic Pelayanan yang diatur melalui organisasi gereja tentunya lebih erat hubunganya supaya kesatuan tubuh Kristus tetap terjaga dan disiplin gereja dapat ditegakkan. Manajemen gereja merupakan seni mengelola gereja yang membutuhkan kreativitas disamping kepekaan rasa dalam menjalankannya. Penting untuk selalu menyadari bahwa penyelenggaraan manajemen keuangan gereja selalu ada ketegangan antara “proses” dan “hasil”. Keduanya harus diperhatikan agar pelayanan ini memberikan manfaat dan sukacita bagi banyak jiwa.