Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Empowering Posyandu Cadres To Reduce Stunting Rates In Seruyan Regency In 2023 Yuyun Nailufar; Subuh, Subuh
Jurnal EduHealth Vol. 15 No. 02 (2024): Jurnal eduHealt, Edition April - June , 2024
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The prevalence of stunted toddlers in Seruyan Regency based on the 2022 nutritional status survey is 34.7%, this shows an increase of 5.4% when compared to the prevalence of stunted toddlers in 2021 of 29.3%. Empowering posyandu cadres in reducing stunting rates is an activity carried out with the aim of enabling posyandu cadres to be empowered and able to reduce stunting rates in Seruyan Regency, thereby reducing the percentage of stunting in Seruyan Regency. This research aims to determine and analyze the empowerment of posyandu cadres in reducing stunting rates in Seruyan Regency. This research is qualitative research by collecting observation, interview and documentation data. The informants who were interview subjects were 8 people, including: 2 heads of the Community Health Center, 1 nutrition officer at the Community Health Center, 1 health promotion officer at the Community Health Center, 2 Posyandu cadres, 2 mothers with toddlers. These informants were taken using a purposive sampling method, namely selecting informants who understand and are involved in reducing stunting. Data analysis in this research uses stages of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of the research show that the empowerment of Posyandu cadres in reducing the stunting rate in Seruyan Regency is because assistance to cadres in Posyandu activities is not always accompanied by Puskesmas nutrition officers and there is still a lack of understanding of cadres regarding the activities in Posyandu because cadres are only focused on one activity when serving mothers of toddlers. who came to Posnyandu. Suggestions to the Health Service to be able to add nutrition officers at the Community Health Center, so that every Posyandu activity can always be accompanied by a nutrition officer who is able to provide an understanding of nutrition to mothers who have toddlers, especially toddlers who are stunted. Apart from that, Posyandu cadres can rotate the tasks at each Posyandu, so they can understand the tasks at Posnyandu in order to reduce stunting rates.
Penggalian Konsep-konsep œWandali Sebagai Upaya Melahirkan Model Penciptaan Karawitan Saepudin, Asep; Sahara, Ari; Subuh, Subuh
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol. 11 No. 2 (2022): Grenek: Jurnal Seni Musik (December)
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v11i2.39021

Abstract

Tujuan penulisan ini untuk menggali berbagai konsep yang terdapat dalam Gending Wandali sebagai upaya menelusuri sebuah model penciptaan dalam garap karawitan. Tulisan ini berawal dari perenungan penulis bahwa, sebuah gending tidak hanya berhenti pada bentuk abstrak yang hanya bisa didengarkan telinga dalam waktu yang singkat, akan tetapi di dalamnya penuh peasan dan makna yang ingin disampaikan penciptanya, baik tentang dirinya maupun tentang karya itu sendiri. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, penelusuran dokumen, serta audiovisual. Wandali singkatan dari Jawa, Sunda dan Bali yaitu sebuah gending yang diciptakan oleh Nartosabdo pada tahun 1970-an yang bernuansa Jawa, Sunda, dan Bali. Gending ini sangat populer pada zamannya, juga masih sering dipentaskan pada masa sekarang di dalam budaya Jawa. Meskipun pencipta gending ini sudah meninggal, namun isi pesan melalui teks yang ingin dikomunikasikan oleh penciptanya masih sangat relefan untuk dibahas. Inilah apa yang dikatakan Roland Barthes sebagai mitos yakni teks-teks yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang disampaikan melalui komunikasi. Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui berbagai teks yang ada di dalam karya. Karya merekalah yang berbicara. Ketika teks-teks ini mapan, maka tidak menutup kemungkinan melahirkan sebuah model penciptaan karawitan yang baru. Model ini selanjutnya akan mudah dipalikasikan di dalam minat penciptaan karawitan. Analisis Wandali terfokus pada tafsir berbagai konsep yang diperoleh dari pencipta dan juga gendingnya. Berdasarkan konsep-konsep tersebut diperoleh kesimpulan bahwa wandali adalah salah satu model penciptaan karawitan yang bisa diterapkan oleh  siapapun,  termasuk  para  mahasiswa  di  Perguruan  Tinggi  Seni.