Purnamawati, Ni Diah
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Wayang Bondres Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Inovatif Cenk Blonk Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna Danaswara, I Putu Gede Budhi; Purnamawati, Ni Diah; Sudiana, I Ketut
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol. 2 No. 2 (2022): Oktober
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v2i2.1859

Abstract

Penelitian ini mengangkat tiga pokok masalah yaitu : 1) Bagaimana bentuk wayang - Bondres dalam pertunjukan wayang kulit inovatif Cenk Blonk ? 2) Bagaimana fungsi wayang Bondres dalam pertunjukan wayang kulit inovatif Cenk Blonk ? 3) Bagaimana makna wayang Bondres dalam pertunjukan wayang kulit inovatif Cenk Blonk ? Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang wayang Bondres dalam pertunjukan Wayang Kulit Cenk Blonk yang merupakan suatu inovasi yang dilakukan oleh seniman dalang Cenk Blonk dengan memunculkan terobosan baru yaitu wayang Bondres yang merupakan salah satu pembaharuan dalam dunia seni pertunjukan wayang kulit khususnya wayang kulit inovatif sehingga wayang kulit inovatif sebagai seni yang popular. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kualitatif dengan menggunakan teori estetika. Metode-metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan. Seluruh data diolah menggunakan teknik deskriptif.
Etnologi Wayang Tradisi Di Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan Arsana, I Komang; Purnamawati, Ni Diah
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 1 No 1 (2021): Agustus.
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v1i1.689

Abstract

Kesenian wayang kulit yang ada di desa Pujungan, kecamatan Pupuan, Tabanan, yang merupakan salah satu kesenian yang sangat langka dikarenakan sedikitnya dalang yang ada di Pupuan khususnya, dan pada saat ini seni pewayangan di Pujungan mulai berkembang karena adanya bibit-bibit dalang baru yang mau mempelajari pewayangan agar kesenian pewayangan tersebut tidak punah. Pertunjukan wayang yang ada di Pupuan memiliki ciri khas tersendiri, namun pertunjukan wayang kulit yang ada di Pupuan ini tidak jauh beda dari pertunjukan gaya Badung dan Sukawati, dikarenakan para dalang yang ada di Pupuan belajar mementaskan wayang di daerah Badung dan Sukawati. Pewayangan gaya Pupuan yang identik dengan siat (pertarungan) yang ramai harus di lakukan hingga bisa memuaskan penonton yang ada di daerah Pupuan, tabanan. Etnologi wayang yang ada di desa Pujungan tidak lepas dari lontar Dharma Pewayangan yang berisikan aturan-aturan apa saja yang harus diikuti sang dalang, sama halnya seperti teori Kawi Dalang sebelum pentas, selama pentas, dan sesudah pentas. Nah di dalam menanggap wayang tradisi Pertunjukkan wayang tersebut masih primitif dengan latar belakang ritual, yaitu kepercayaan kepada kekuatan roh-roh leluhur. Roh-roh akan menampakkan diri dalam bentuk bayang-bayang. Untuk itu, orang membuat obyek gambaran yang membentuk bayangan di atas sehelai kelir.
Transformasi Kakawin Bharata Yuddha ke Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Parwa Lakon Jayadrata Antaka Dalang I Made Sidja Danaswara, I Putu Gede Budhi; Purnamawati, Ni Diah
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 2 No 1 (2022): April
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v2i1.1523

Abstract

Penelitian ini mengangkat dua pokok masalah yaitu : 1) Bagaimana transformasi kakawin Bharata Yuddha ke dalam pertunjukan wayang kulit parwa lakon Jayadrata Antaka Dalang I Made Sidja ? 2) Bagaimana sanggit atau kawi dalang dalam pertunjukan wayang kulit parwa lakon Jayadrata Antaka Dalang I Made Sidja ? Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kualitatif dengan menggunakan dua teori yaitu teori triadic interplay (trisandi) dan teori kawi dalang. Metode-metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan. Seluruh data diolah menggunakan teknik deskriptif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu: 1) Transformasi sastra Kakawin Bharata Yuddha menjadi bentuk (genre/form), 2) Transformasi sastra Kakawin Bharata Yuddha menjadi cerita atau story, alur atau plot, tema atau theme, pesan sosial atau amanat dan wacana atau speech. 3) Transformasi sastra Kakawin Bharata Yuddha menjadi karakter (character). Kemudian Sanggit atau kawi dalang dalam pertunjukan wayang kulit parwa lakon Jayadrata Antaka Dalang I Made Sidja yaitu : -Wimbaayana ; -Kridabasita ; -Gurnitamanta; -Natya Sancaya; -Sarasuksma; -Loka Prabha Rasmi ; -Jadmamurti ; -Lokika Sanggraha ; -Adikara.
Wayang Bondres Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Inovatif Cenk Blonk Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna Danaswara, I Putu Gede Budhi; Purnamawati, Ni Diah; Sudiana, I Ketut
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 2 No 2 (2022): Oktober
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v2i2.1859

Abstract

Penelitian ini mengangkat tiga pokok masalah yaitu : 1) Bagaimana bentuk wayang - Bondres dalam pertunjukan wayang kulit inovatif Cenk Blonk ? 2) Bagaimana fungsi wayang Bondres dalam pertunjukan wayang kulit inovatif Cenk Blonk ? 3) Bagaimana makna wayang Bondres dalam pertunjukan wayang kulit inovatif Cenk Blonk ? Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang wayang Bondres dalam pertunjukan Wayang Kulit Cenk Blonk yang merupakan suatu inovasi yang dilakukan oleh seniman dalang Cenk Blonk dengan memunculkan terobosan baru yaitu wayang Bondres yang merupakan salah satu pembaharuan dalam dunia seni pertunjukan wayang kulit khususnya wayang kulit inovatif sehingga wayang kulit inovatif sebagai seni yang popular. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kualitatif dengan menggunakan teori estetika. Metode-metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan. Seluruh data diolah menggunakan teknik deskriptif.
Teater Pakeliran “Arya Pengalasan” Sulistiawan, I Nyoman Nasib; Sudarta, I Gusti Putu; Purnamawati, Ni Diah
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 3 No 1 (2023): April
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v3i1.2295

Abstract

Wayang merupakan media pertunjukan dengan tujuan memberikan kontribusi di dunia Pedalangan dan manfaat untuk memberikan inspirasi bahwa dunia Pewayangan akan semakin berkembang. Salah satu manfaat yang masih diterapkan, utamanya di Bali, adalah sebagai media untuk mengenang kisah leluhur sesuai dengan tereh (keturunan). Manfaat itulah yang penggarap terapkan dalam garapan berjudul "Teater Pakeliran: Arya Pengalasan".“Teater Pakeliran: Arya Pengalasan” merupakan sebuah garapan untuk mengenang kisah perjalanan Ki Barak mencari ayahnya yaitu Raja Erlangga di Kerajaan Kediri. Ki Barak selanjutnya diberi gelar sebagai Arya Pengalasan oleh Raja Erlangga sebagai pengingat bahwa Ki Barak lahir dan tumbuh di hutan (alas=hutan). Pertunjukan wayang ini ini berkonsep ‘teater pakeliran’ yaitu suatu wujud garap seni pertujukan wayang yang dikemas estetis dengan penonjolan pada aparatus kelir yang dodifikasi serta pemunculan diorama pengkisahan melalui adegan teater. Metode penciptaan karya seni mengacu pada triadik metode/tahapan penciptaan karya, yaitu: a. Tahapan Ekploration (Eksplorasi), b. Tahapan Improvisation (Percobaan), c. Tahapan Forming (Pembentukan) oleh Alma M Howkins. Metode ini mengasilkan karya seni pertunjukan pedalangan Teater Pakeliran “Arya Pengalasan” dengan teknik garap aktor ber-akting di balik layar untuk menciptakan bayangan dengan bantuan lampu penyinaran yang berfungsi sebagai sumber cahaya untuk merefleksikan bayang wayang. Para aktor memakai sebuah properti kepala berbentuk wajah wayang dan semua dialog diucapkan oleh seorang dalang agar tetap mempertahankan khasanah seni pewayangan Bali. Terdapat dua hal yang diharapkan sebagai luaran dari garapan ini, yaitu: 1) Sebagai sebuah media untuk mengingatkan para pertisentana (keturunan) Arya Pengalasan mengneai kisah perajalanan dan wejangan hidup dari Ki Barak yang pada akhirnya bergelar Arya Pengalasan. 2) Sebagai sebuah tambahan baru bagi khasanah kesenian pewayangan di Bali.