Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : DedikasiMU: Journal of Community Service

MERINTIS AGROWISATA DESA LATUKAN UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT Wiharyanti Nur Lailiyah
DedikasiMU : Journal of Community Service Vol 2 No 2 (2020): DedikasiMU (Journal of Community Service)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/dedikasimu.v2i2.1426

Abstract

Proses pembentukan desa agrowisata terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah identifikasi potensi, komitmen masyarakat,pembentukan lembaga, studi banding, pembuatan peraturan desa, dan dampak pariwisata. Kesmua tahap tersebut harus dilewati agar pembentukan desa agrowista berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan.Dalam proses pembentukan desa agrowisata tahapan pertama adalah merintis berdirinya desa agrowisata. Dengan rintisan ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur evaluasi dan sebagai penyemangat masyarakat dan pemerintah desa untuk serius mengerjakan program tersebut. Untuk menjadi desa agrowisata membutuhkan proses yang cukup panjang sehingga komitmen dan kesungguhan dari seluruh elemen masyarakat harus terus dijaga.
SOSIALISASI PERBANYAKAN BIBIT TEBU (Saccharum Offocinarum L.) KLON ROC-01 DENGAN BIBIT ASAL BAGAL I MATA TUNAS DI DESA GINTUNGAN KECAMATAN KEMBANGBAHU LAMONGAN Wiharyanti Nur Lailiyah; Rahmad Jumadi; Suhaili Suhaili; Anang Dwi F
DedikasiMU : Journal of Community Service Vol 4 No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/dedikasimu.v4i2.3990

Abstract

Masyarakat di desa Gintungan mayoritas penduduknya mata pencahariannya sebagai petani palawija dan perkebunan tebu. Petani tebu di desa ini sebagian besar masih belum menerapkan budidaya secara sempurna. Penggunaan bibit tebu pada umumnya diambil budidaya tanaman tebu sebelumnya dan menggunakan sistem bagal sehingga bibit yang dibutuhkan semakin banyak dan hasil yang didapatkan tergolong sangat rendah. Dengan demikian maka perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang pengenalan pembuatan bibit yang dianggap sebagai trobosan baru untuk meningkatkan produktifitas tanaman tebu. Teknologi budidaya tanaman tebu yang belum dikenal oleh petani adalah penggunaan bibit tebu asal bagal satu mata tunas. Petani tebu biasanya menanam tebu dengan menggunakan bibit bagal dengan 3-4 mata tunas, sehingga untuk penanaman membutuhkan bibit yang banyak. Perlu adanya metode baru dengan menggunakan bibit jenis ini maka kebutuhan bibit untuk budidaya tebu semakin sedikit tetapi dengan bagal mata tunas satu dan metode penanaman yang benar maka bibit tebu tersebut yang ditanam akan tumbuh 100%.
PENYULUHAN DAN PELATIHAN PEMBUATAN PANGAN TANPA BORAKS Sutrisno Adi Prayitno; Wiharyanti Nur Lailiyah
DedikasiMU : Journal of Community Service Vol 2 No 1 (2020): DedikasiMU (Journal of Community Service)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/dedikasimu.v2i1.1213

Abstract

Untuk mewujudkan program Indosenesia menuju masyarakat yang sehat maka harus didasari atas ketersediaan pangan atau makanan yang berprinsip pada ASUH yaitu makanan yang aman, sehat utuh serta halal. Akhir – akhir ini masih marak terdapat isu beredarnya makanan yang tidak sehat karena adanya penggunaan bahan makanan yang dilarang penggunaannya oleh pemerintah. Fakta yang ada di lapangan menyatakan banyaknya makanan yang beredar yang masih jauh dari model keamanan, terutama berkaitan dengan BTM dan sanitasi higiene. Banyaknya pelaku usaha atau industri makanan yang semakin hari semakin menjamur, menjadikan kekawatiran tersendiri pada pemerintah. Terutama kecurangan pelaku usaha makanan yang dengan sengaja menambahkan bahan makanan yang berbahaya pada makanan tersebut. Hal tersebutlah yang mendasi adanya kegiatan penyuluhan dan pelatihan tentang pembuatan makanan sehat tanpa bahan yang membahayakan kesehatan. Kegiatan dilakukan dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan kepada pelaku usaha makanan industri rumah tangga. Tahapan yang digunakan dalam pengabdian tersebut adalah tahap sosialisasi atau penyuluhan, tahap kompetensi peserta pelatihan, tahap pelatihan dan aplikasi dan terakhir adalah tahap evalusi. Para peserta memiliki bnayk antusias dalam pelaksanaany untuk bertanya dan menjawab. Dalam pelatihan dan aplikasinya, peserta mampu menghasilkan produk yang berkualitas baik. Selain itu peserta memiliki pemahaman yang baik dan peningkatan ilmu dalam bidang kemanan makanan, pengolahan dan kesehatan makanan.
ALTERNATIF USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT HIJAU Caulerpa sp. DENGAN METODE LEPAS DASAR PADA MASYARAKAT PESISIR Andi Rahmad Rahim; Nur Maulida Safitri; Aminin Aminin; Sutrisno Adi Prayitno; Ummul Firmani; Dwi Retnaningtyas Utami; Wiharyanti Nur Lailiyah
DedikasiMU : Journal of Community Service Vol 5 No 1 (2023): DedikasiMU Maret 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/dedikasimu.v5i1.5419

Abstract

Desa Sungai Teluk, Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik, merupakan daerah pesisir di Pulau Bawean yang memiliki potensi wisata dan marikultur yang tinggi. Mayoritas masyarakat setempat mengandalkan sumberdaya di wilayah pesisir sebagai mata pencaharian, terutama sebagai pembudidaya lobster, nelayan, maupun penggerak wisata alam pesisir. Desa ini memiliki potensi budidaya komoditas perikanan cukup tinggi, salah satu diantaranya adalah rumput laut, yang merupakan produk bernilai ekonomis sebagai bahan baku industri farmasi-kosmetik yang sangat dibutuhkan di pasar global. Namun demikian, hingga saat ini, masyarakat Bawean masih memandang sebelah mata akan komoditas rumput laut ini. Masyarakat masih belum tahu manfaat hingga tata cara pembudidayaan rumput laut. Mereka masih mengambil langsung ke perairan dalam jumlah yang besar dengan harga murah. Jika hal ini dilakukan terus menerus dapat menyebabkan kelangkaan stok. Padahal, telah ditemukan berbagai cara pembudidayaan rumput laut untuk meningkatkan potensi komoditi tersebut sehingga menjadi komoditas penting untuk menopang tingkat perekonomian masyarakat. Hal ini didukung dengan pertimbangan kondisi perairan yang baik, teknologi budidaya yang mudah, waktu pemeliharaan relatif singkat, pasar global yang cukup tersedia, serta tawaran harga yang kompetitif. Metode yang digunakan yaitu FGD (Fokus grub diskusi) meningkatkan produksi dengan sistem lepas dasar, pengolahan pascapanen dan pemasaran hasil panen rumput laut bernilai jual tinggi.
PELATIHAN PEMBUATAN NUGGET IKAN DALAM RANGKA PENCEGAHAN STUNTING DI DESA GINTUNGAN LAMONGAN Wiharyanti Nur Lailiyah; Garist Sekar Tanjung; Qiki Zuhairotur Rifqiyyah; Suhaili Suhaili; Arofatuz Zumroh; Ananda Wahyu Maulidah Maulidah
DedikasiMU : Journal of Community Service Vol 5 No 2 (2023): DedikasiMU Juni 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/dedikasimu.v5i2.5669

Abstract

Pengetahuan masyarakat mengenai stunting dan cara pencegahannya menjadi modal utama untuk mengantisipasi peluang terjadinya masalah tersebut. Diversifikasi pangan dari berbagai produk pertanian dapat diaplikasikan kedalam olahan makanan untuk anak dan balita, sehingga orang tua memiliki peran penting dalam sajian makanan sehat dan bergizi. Kurangnya pengetahuan tentang olahan makanan yang sehat dan bergizi membuat orang tua hanya menyediakan makanan tanpa melihat status gizi dari makanan tersebut. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) adalah meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pencegahan stunting dan meningkatkan status gizi anak melalui diversifikasi olahan pangan sehat dan tinggi protein. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini dengan metode ceramah, diskusi dan demo langsung terhadap produk olahan. Kegiatan dimulai dengan memberikan penyuluhan mengenai masalah stunting dan pencegahannya, pengenalan ragam dan variasi bahan lokal yang baik dan bernilai gizi serta melakukan demo, mulai dari penanganan bahan baku, cara mengolah bahan, proses pencampuran bahan, proses pengolahan hingga cara pengemasan dan penyimpanan. Data menunjukkan bahwa sebanyak 21,75% peserta menyatakan sudah pernah memperoleh penyuluhan tentang stunting dan 67,25% menyatakan belum pernah sama sekali. Hasil pelatihan menunjukkan respon seluruh peserta (100%) belum pernah melakukan pengolahan nugget ikan, dan mereka merasa puas serta mendapatkan manfaat dari kegiatan PkM,