p-Index From 2020 - 2025
0.659
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Kandai Widyaparwa
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KEMANFAATAN DAN MAKNA KOSAKATA JAWA KUNO/SANSKERTA DI RUANG PUBLIK Nardiati, Sri; Riani, NFN
Widyaparwa Vol 51, No 2 (2023)
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/wdprw.v51i2.1338

Abstract

Currently, the Javanese Kuno or Sanskrit language has been used to name several government buildings in the Special Region of Yogyakarta. However, the vocabulary is no longer used in daily communication because it is pressed by the use of Javanese, Indonesian, and foreign languages. In fact, the Kuno Javanese language is a cultural heritage that needs to be preserved. For this reason, this study aims to describe the categories, structure, and meaning of Javanese Kuno vocabulary as the name of an institution or institution in DIY. Research data in the form of names of institution/ institutions in the DIY area. Data is collected by photographing and then transliterated. Structural theory with its qualitative approach, distribution method, and technique for direct elements (BUL) is used to analyze data. Based on the results of the analysis, it is known that all names of institutions with elements of classical vocabulary (Javanese, Kuno, and Sanskrit) are categorized as nominal phrases. Elements that are positioned on the far left have the status of being explained, elements that are in the order on the right have the status of explaining, for example Grha Wana Bhakti Yasa. Names in public spaces that use classical vocabulary add at least two elements, such as Sabha Pramana, while the most complex number six elements, such as Kunda Niti Mandala and Tata Sasana. There are three elemental meaning relationships, namely the function meaning relationship, the hope meaning relationship, and the identity meaning relationship. The results of this study can be used as material for determining self-naming policies, implementing conservation, and revitalizing the Kuno Javanese language.Saat ini bahasa Jawa Kuno atau Sanskerta telah dimanfaatkan untuk menamai beberapa gedung pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun, kosakata tersebut tidak lagi digunakan dalam komunikasi sehari-hari karena terdesak oleh penggunaan bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa asing. Padahal, bahasa Jawa Kuno merupakan warisan budaya yang perlu dilestarikan. Untuk itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kategori, struktur, unsur, dan hubungan makna antarunsur  kosakata Jawa Kuno sebagai nama Lembaga atau institusi  di DIY. Data penelitian berupa nama-nama lembaga/institusi di wilayah DIY. Data dikumpulkan dengan cara difoto kemudian ditransliterasikan. Teori struktural dengan pendekatan kualitatif, metode agih, dan teknik bagi unsur langsung (BUL) digunakan untuk menganalisis data. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa semua nama lembaga yang berunsur kosakata klasik (bahasa Jawa Kuno dan Sanskerta) berkategori frasa nominal. Unsur yang berposisi di urutan paling kiri berstatus diterangkan, unsur yang berada di urutan sebelah kanan berstatus menerangkan, misalnya Grha Wana Bhakti Yasa. Nama di ruang publik yang menggunakan kosakata klasik sekurang-kurangnya berjumlah dua unsur, misalnya Sabha Pramana, sedangkan yang paling kompleks berjumlah enam unsur, misalnya Kunda Niti Mandala sarta Tata Sasana. Hubungan makna unsurnya ada tiga, yaitu hubungan makna fungsi, hubungan makna harapan, dan hubungan makna identitas. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penentuan kebijakan pemberian nama diri, pelaksanaan konservasi, dan revitalisasi bahasa Jawa Kuno.
TOPONYMIY OF THE HISTORICAL MOSQUE NAME IN SOUTH KALIMANTANTOPONYMY OF THE HISTORICAL MOSQUES’ NAMES IN SOUTH KALIMANTAN (Toponimi Nama Masjid Bersejarah di Kalimantan Selatan) Riani, NFN; Hestiyana, NFN
Kandai Vol 20, No 1 (2024): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v20i1.6186

Abstract

Penelitian ini bertujuan menelisik toponimi asal-usul nama masjid bersejarah di Kalimantan Selatan. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer doperoleh dari tuturan atau cerita dari tatuha kampung dan tokoh masyarakat yang telah dipilih. Data sekunder diperoleh dari dokumen resmi dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan kajian toponimi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat. Analisis data dilakukan dengan tahap-tahap mengklasifikasikan nama-nama masjid bersejarah berdasarkan deskripsi toponiminya, yakni aspek perwujudan, kemasyarakatan, dan kebudayaan. Penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal. Hasil nama-nama masjid bersejarah terdiri atas (1) aspek perwujudan, yakni (a) penamaan berdasarkan nama tumbuhan atau flora dan (b) penamaan berdasarkan rupa bumi; (2) aspek kemasyarakatan, yakni (a) penamaan berdasarkan tokoh dan (b) penamaan berdasarkan nilai-nilai sosial; dan (3) aspek kebudayaan, yakni berkaitan dengan mitos masyarakat setempat. Hasil penelitian ini berkontribusi dalam pendokumentasian toponimi nama-nama masjid bersejarah di Kalimantan Selatan. Melalui penelitian toponimi asal-usul nama masjid bersejarah diperoleh pengetahuan dan kearifan lokal di Kalimantan Selatan. Penelitian ini juga menjadi sarana pewarisan kebudayaan kepada generasi selanjutnya terhadap kebudayaan lokal yang memiliki nilai-nilai luhur, nilai filosofi, dan sejarah. This study is aimed at exploring the toponyms of historical mosque-origin names in South Kalimantan. The research method is descriptive qualitative. The data sources are primary and secondary. Primary data were obtained from speeches or stories from village elders and community leaders. Secondary data were obtained from official documents and previous studies. The data collection technique was carried out using read-and-note method. Data analysis was carried out by classifying the names of historic mosques based on their toponyms descriptions, namely aspects of embodiment, social, and cultural. The data analysis was presented using informal methods. The results of study show that the names of historic mosques consist of (1) embodiment aspects, namely naming based on (a) the names of plants or flora and (b) earth topographical relief ; (2) social aspects, namely (a) naming based on figures and (b) naming based on social values; and (3) the cultural aspect, which is related to the myths of the local community. The results contribute to toponymy documentation of the historic mosques’ names in South Kalimantan. Through the study, knowledge and local wisdom of historical mosque name origin are obtained. It is also a means of transmitting culture to the next generation of local culture which has noble values, philosophical values, and history.