Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

IDEOLOGI PENGASINGAN PADA KOSAKATA BUDAYA DALAM TERJEMAHAN NOVEL BREAKING DAWN Irawan, Yusup
Aksara Vol 28, No 2 (2016): Aksara, Edisi Desember 2016
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.357 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v28i2.132.213-226

Abstract

Penelitian penerjemahan ini mengangkat masalah pengaruh ideologi pengasingan pada sebuah karya terjemahan sastra modern. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh ideologi pengasingan pada kosakata budaya dalam terjemahan novel populer Breaking Dawn karya Stephenie Meyer. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan   metode pengumpulan data pembacaan teks dengan teknik catat. Metode analisis data menggunakan analisis kontens dengan teknik perbandingan karya terjemahan dengan karya asli. Teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah teori ideologi penerjemahan Venuti dan Judickaitė, sedangkan teori yang digunakan untuk menganalisis kosakata budaya adalah teori kategori budaya Newmark. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh ideologi pengasingan dalam karya terjemahan novel tersebut pada kosakata budaya. Hal tersebut terlihat dari strategi-strategi penerjemahan yang diaplikasikan oleh penerjemah, yaitu strategi penerjemahan (1) preservasi, (2) penambahan, (3) naturalisasi, dan (4) literal. Strategi-strategi itu digunakan oleh penerjemah pada berbagai kategori kosakata budaya, yaitu kategori  (1) ekologi, (2) budaya material atau artefak, (3) budaya sosial yang mencakup pekerjaan dan aktivitas pada waktu luang, (4) organisasi atau kelompok, dan (5) gestur/bahasa tubuh dan  kebiasaan. Implikasi dari penggunaan pendekatan pengasingan dalam karya terjemahan novel Breaking Dawn adalah pembaca karya terjemahan tersebut dapat menikmati “foreigness”, yaitu rasa bahasa sumber novel tersebut sekaligus juga rasa budaya sumbernya. 
Resensi Buku: “RUH YANG BERONTAK” Irawan, Yusup
METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra Vol 8, No 2 (2015)
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26610/metasastra.2015.v8i2.303-308

Abstract

Identitas Novel Judul               : Sekuntum Ruh dalam Merah: Kisah tentang Ruh yang Selalu Tidak PuasPengarang      : Naning PranotoPenerbit          : Diva PressCetakan          : Ke-2Tahun terbit   : 2012Jumlah halaman:  x + 378
EXPLORING PRONUNCIATION CHALLENGES: INDONESIAN UNIVERSITY STUDENTS' PRODUCTION OF ENGLISH FRICATIVE SOUNDS Luthfianda, Sahira; Irawan, Yusup; Rahayu, Ratih; Hidayat, Sarip
English Review: Journal of English Education Vol. 12 No. 1 (2024)
Publisher : University of Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/erjee.v12i1.7606

Abstract

Abstract: This study investigated the production of English alveolar and post-alveolar fricatives by 40 Indonesian university students who are not majoring in English study. The research instruments were a questionnaire, which was used to obtain information about the participants, and a word list, which was comprised of 16 English words with alveolar and post-alveolar fricatives and 9 tricky words. The results revealed two main findings. The first was that most Indonesian non-English major university students who participated in this research were not proficient in producing voiced post-alveolar fricative /ʒ/ which resulted in the substitution of the sound with /z/, /s/, and /ʃ/. The participants, however, were quite great at producing the voiceless post-alveolar fricative /ʃ/ and had no difficulty in producing alveolar fricatives /s/ and /z/. The second was that the results indicated that the participants’ problems in pronouncing English fricatives were mainly attributed to native language interference, the absence of the target sound in the sound system of their native language, and limited knowledge of English phonetics. This research recommends that EFL teachers give a special portion of time to train their students to pronounce fricative sounds in English that do not exist in the students' native language and provide them with English sound phonetic knowledge. Both of these things are strongly believed to improve the students’ proficiency in English pronunciation.