Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Recreational runner’s pace and numerical pain rating scale Batari, Andi Dinda
Indonesian Journal of Sport Management Vol. 4 No. 3 (2024): Indonesian Journal of Sport Management
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/ijsm.v4i3.10302

Abstract

A number of runner problems, such as injuries and muscular soreness, can cause pain after running. Overindulgence in running volume and pace increases may be significant factors in the development of injuries. Numerical pain rating scale (NPRS) used to measure pain severity. The purpose of this study is to find correlations between pace and pain scale with NPRS. The study was an observational analytic with cross-sectional approach, sample included 39 recreational runners aged over 18 who reside in Indonesia. The results of this showed respondents were on average 33.2 years old (SD = 9.9) and included 66.7% male, with an average running frequency of 9.2 times per month (SD = 7.84), average pace is 6.98 (SD = 1.54), the NPRS varies from 0 to 6. Location of pain after running were toes (10.3%), sole of feet (15.4%), heel (10.3%), calves (43.6%) and had no complaints of pain (20.5%). The correlation between pace and pain scale with NPRS was significant (p<0.05), and was a positive correlation. There was a correlation between pace and NPRS; the slower of pace, the higher the pain. The implications for recreational runners were that they may decrease post-run pain by increasing their pace gradually by regular do-run exercising.
Analisis Determinan yang Memengaruhi Kejadian Katarak di Kota Makassar: Analysis of Determinants Affecting Cataract Incidence in Makassar City Multazam, Andi Muhammad; Batari, Andi Dinda; Mahmud, Nur Ulmy
Journal of Aafiyah Health Research (JAHR) Vol. 6 No. 1 (2025): JANUARY-JUNE
Publisher : Postgraduate Program in Public Health, Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52103/jahr.v6i1.1920

Abstract

Abstract Background: Cataract is the leading cause of blindness worldwide, increasing with age. Cataract development is influenced by modifiable and non-modifiable risk factors. Objective: To analyze the determinants of cataract in Makassar City. Method: This study used a case-control design and was conducted at Primaya Hertasning Hospital, Kemenkes RI Eye Hospital, Hajj Hospital and Pelamonia TK II Hospital, Makassar city. The number of samples was 393 case samples and 393 control samples. Results: There was an association between risk factors such as high-risk age group (p=0.000), male gender (p=0.000), history of trauma (p=0.000), diabetes mellitus (p=0.000), hypertension (p= 0.000) and intraocular disease (p=0.000). A history of hypertension had a 32.700-fold risk of developing cataract [OR 32.700 (95% CI: 15.782 - 67.755)], followed by a history of DM [OR 24.405 (95% CI: 12.215 - 48.762)], high risk age [OR 16.373 (95% CI: 10.562-25.383)]. A history of trauma has an Exp (B) value of 51.237 which means that a history of trauma has a 51 times chance of experiencing cataracts. Conclusion: High-risk age, male gender, history of trauma, diabetes mellitus, hypertension, and intaocular disease are determinants of cataract incidence in Makassar City. History of trauma is the most influential variable. Abstrak Latar Belakang: Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia, meningkat seiring bertambahnya usia. Perkembangan katarak dipengaruhi oleh faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Tujuan: Untuk menganalisis determinan kejadian katarak di Kota Makassar. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kasus-kontrol dan dilakukan di Rumah Sakit Primaya Hertasning, RS Mata Kemenkes RI Makassar, RSUD Haji dan RS TK II Pelamonia. Jumlah sampel adalah 393 sampel kasus dan 393 sampel kontrol. Hasil: Terdapat hubungan antara faktor risiko seperti kelompok usia berisiko tinggi (p=0,000), jenis kelamin laki-laki (p =0,000), riwayat trauma (p =0,000), diabetes melitus (p=0,000), hipertensi (p=0,001) dan penyakit intraokular (p=0,001). Riwayat hipertensi memiliki risiko 32,700 kali lipat untuk mengalami katarak [OR 32,700 (95% CI: 15,782 – 67,755)], diikuti oleh riwayat DM [OR 24,405 (95% CI: 12,215 – 48,762)], usia risiko tinggi [OR 16,373 (95% CI: 10,562-25,383)]. Riwayat trauma mempunyai nilai Exp (B) 51,237 yang berarti riwayat trauma mempunyai peluang 51 kali mengalami katarak. Kesimpulan: Usia risiko tinggi, jenis kelamin laki-laki, riwayat trauma, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit intaokular merupakan determinan kejadian katarak di Kota Makassar. Riwayat trauma merupakan variabel yang paling berpengaruh.
Determinan yang Memengaruhi Kejadian Katarak di RS Mata Kemenkes RI Makassar Batari, Andi Dinda; Multazam, Andi Muhammad; Mahmud, Nur Ulmy; Sahadiah
RS Mata Makassar: Journal of Ophthalmology Vol. 2 No. 1 (2025): Journal of Ophthalmology
Publisher : RS Mata Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan global, prevalensinya meningkat seiring pertambahan usia. Pembentukan katarak dipengaruhi oleh kombinasi faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis determinan kejadian katarak di RS Mata Kemenkes RI Makassar. Penelitian ini menggunakan desain kasus-kontrol dengan jumlah sampel terdiri dari 391 sampel kasus dan 391 sampel kontrol. Terdapat hubungan antara faktor risiko termasuk kelompok usia berisiko tinggi (p=0,000), jenis kelamin laki-laki (p=0,000), riwayat trauma (p=0,002), diabetes melitus (p=0,000), hipertensi (p=0,000) dan penyakit intraokular (p=0,000). Riwayat hipertensi memiliki risiko 40,898 kali lipat untuk mengalami katarak [OR 40,898 (95% CI: 18,862 – 88,676)], diikuti oleh riwayat DM [OR 27,002 (95% CI: 13,013 – 56,027)], usia risiko tinggi [OR 16,973 (95% CI: 10,878 -26,483)]. Adanya riwayat trauma mempunyai nilai Exp (B) sebesar 38,017 sehingga menunjukkan bahwa individu yang pernah mengalami trauma mempunyai peluang 38 kali lebih besar untuk menderita katarak. Kejadian katarak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia lanjut, jenis kelamin laki-laki, riwayat trauma, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit intraokular. Trauma sebelumnya merupakan variabel yang paling pengaruh.