Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Implikasi Peraturan Menteri Agama Nomor 56 Tahun 2014 Terhadap Perkembangan Pasraman Suryawan, I Gede; Sutama, I Wayan
Widya Sandhi Vol 11 No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pasraman merupakan salah satu ujung tombak lembaga pendidikan dan pembelajaran agama Hindu. Terbitnya PMA No. 56 tahun 2014 merupakan respon pemerintah dalam melindungi dan menata kegiatan pasraman. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas pengelolaan pasraman non formal sebelum adanya PMA, kendala yang dihadapi dalam mengelola pasraman dan implikasi terbitnya PMA terhadap pasraman non formal di kota Mataram. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik Analisis data menggunakan model Miler dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas dan pengelolaan pasraman non formal sebelum penerapan PMA No. 56 tahun 2014 di kota Mataram adalah belum memiliki dasar hukum, Pengelolaan pasraman masih sederhana dan bersifat kekeluargaan, sarana dan prasarana pembelajaran belum memadai, dan belum adanya pembinaan dari lembaga manapun untuk meningkatkan mutu pengelolaan pasraman. Kendala yang dihadapi oleh pasraman non formal adalah: minimnya sosialisasi PMA, sulitnya mendapatkan tanda daftar, minimnya dukungan dana untuk mendukung kegiatan pasraman , dan belum adanya organisasi persatuan sebagai wadah komunikasi pasraman. Implikasi PMA adalah: meningkatnya motivasi mendapatkan tanda daftar sebagai legalitas organisasi, meningkatnya pengelolaan pasraman yang berbasis menejemen, meningkatnya dukungan orang tua siswa terhadap kegiatan pasraman, terbukanya akses rutin dalam pembiayaan, pembinaan, dan pengawasan dari lembaga pendidikan dan keagamaan, hadirnya organisasi persatuan pasraman (Perpasram) kota Mataram sebagai wadah komunikasi pasraman, dan keseragaman materi pembelajaran pasraman yang mengikuti kurikulum pendidikan.
THE REPRESENTATION OF MERU IN BALI’S TOURISM VISUAL BRANDING: SYMBOLISM, IDENTITY, AND COMMODIFICATION Sindu Putra, Ida Bagus Komang; Adi Sakara, I Putu; Anadhi, I Made Gede; Suryawan, I Gede
Ride: Journal of Cultural Tourism and Religious Studies Vol. 3 No. 2 (2025): Vol 3 No 2
Publisher : UHN IGB Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Meru is a dominant visual element in tourism branding, particularly in culturally based destinations such as Bali. This study aims to analyze how the form of Meru is represented in tourism visual branding and how this symbol contributes to shaping the identity of tourism destinations. Using a qualitative research approach that integrates visual analysis and semiotic studies, this research explores the symbolic meaning of Meru across various tourism promotional materials, including posters, brochures, social media, and official websites. Additionally, the study examines the commodification of spirituality, specifically how the use of Meru in Bali’s tourism branding can lead to the reduction of its religious significance, transforming it into a mere commercial icon. The findings indicate that Meru in tourism branding not only represents architectural beauty and cultural exoticism but also constructs a spiritual image that appeals to global tourists. However, the exploitation of this cultural symbol generates ambiguity among local communities, who perceive that the use of Meru in tourism promotion may shift its sacred value into a mere commercial attraction. Therefore, a balanced branding strategy is necessary to uphold cultural values while maintaining tourism appeal.
Optimalisasi pembiasaan makan sehat bergizi dan hidup berkelanjutan di MI Al Hidayah Bangli melalui teknologi sekolah cerdas pangan berbantuan IoT (Internet of Things) Fitriyana, Nurul Isnaini; Putra, I Putu Andika Subagya; Purwantara, I Komang Gde Trisna; Suryawan, I Gede; Yasa, I Putu Rama Putra; Luhardi, Dellista Hapsari Roro
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 9, No 6 (2025): November (In Progress)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v9i6.35446

Abstract

Abstrak MI Al Hidayah Bangli merupakan sekolah inklusif dengan 5 (lima) orang siswa berkebutuhan khusus (autisme dan tuna grahita) dari total siswa 100 orang (5%). Seluruh siswa di sekolah ini berasal dari etnis Jawa serta beragama Islam. Disabilitas, bahasa, budaya, etnik, kepercayaan, dan gender merupakan aspek yang memengaruhi inklusifitas. Pendidikan karakter merupakan bagian penting dalam sistem pendidikan, karena melalui pendidikan karakter akan terbentuk individu yang inklusif, terdidik, dan toleransi. Pendidikan karakter dapat dicapai melalui salah satu bentuk yaitu Pusat Kegiatan Belajar melalui kegiatan terpadu yaitu “Sekolah Cerdas Pangan” di MI Al Hidayah Bangli. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini menyediakan media pembelajaran multiliterasi berbasis ketahanan pangan di MI Al Hidayah. Sehingga, akan terbentuk pembiasaan makan sehat bergizi dan dan hidup berkelanjutan yang akan membentuk karakter yang inklusif. Teknologi Sekolah Cerdas Pangan dilaksanakan dalam beberapa tahap. Yang pertama adalah penanaman tanaman pangan (stroberi) dan tanaman obat (jahe) di Kebun Cerdas berbantuan teknologi IoT (Internet of Things). Yang kedua adalah edukasi dan praktik pembiasaan makan sehat bergizi berbantuan media pembelajaran flipbook digilat ber ISBN dengan judul Pangan Sehat. Yang ketiga adalah pengolahan sampah pangan menjadi ekoenzim berbantuan flip book digital. Evaluasi keberhasilan program dapat dilihat berdasarkan data terkuantifikasi, melalui pre-test dan post-test terhadap guru dan siswa di MI Al Hidayah Bangli. Hasil evaluai menunjukkan peningkatan pemahaman tentang teknologi IoT sebesar 81,70%; tentang pangan sehat 82,42%; tentang pengolahan sampah pangan 81,08%, serta tentang literasi budaya dan kewargaan sebesar 81,54%. Kata kunci: multiliterasi; IoT; sekolah cerdas pangan; pembiasaan makan sehat bergizi; kebun cerdas. Abstract MI Al Hidayah Bangli is an inclusive school accommodating five students with special needs (autism and intellectual disability), constituting 5% of the total student population of 100 individuals. All students in this school are of Javanese ethnicity and adhere to the Islamic faith. Disability, language, culture, ethnicity, belief, and gender are aspects that influence inclusivity. Character education is a crucial component within the education system, as it fosters the development of inclusive, educated, and tolerant individuals. Character education can be achieved through various forms, one of which is the Learning Activity Center (Pusat Kegiatan Belajar), implemented through the integrated activity "Smart Food School" (Sekolah Cerdas Pangan) at MI Al Hidayah Bangli. The objective of this community engagement activity is to provide multiliteracy learning media based on food security at MI Al Hidayah. Consequently, this initiative aims to establish a habit of healthy and nutritious eating and sustainable living, which will subsequently shape an inclusive character. The Smart Food School Technology was executed in several phases: First phase involved the cultivation of food crops (strawberries) and medicinal plants (ginger) in the Smart Garden (Kebun Cerdas) with the assistance of IoT (Internet of Things) technology. Second phase comprised education and practical implementation of healthy and nutritious eating habits, utilizing a digital flipbook learning medium with an ISBN, titled Pangan Sehat (Healthy Food). Third phase focused on processing food waste into eco-enzymes, also supported by a digital flipbook. The program's success was evaluated based on quantified data obtained from pre-tests and post-tests administered to teachers and students at MI Al Hidayah Bangli. Evaluation results indicated an increase in understanding: 81,70% regarding IoT technology; 82,42% concerning healthy food; and 81,08% pertaining to food waste processing; and 81,54% cultural literacy Keywords: multiliteracy; IoT; smart garden; smart food school; habituation of eating nutritious and healthy food