Proses penciptaan lakon Pencuri Berbudi Luhur karya Dario Fo, terjemahan Dian Ardiansyah, dilakukan dengan menggunakan konsep realisme, sebuah aliran seni yang berusaha mencapai ilusi atas penggambaran kenyataan. Konsep ini dikenal melalui trilogi Aristoteles yang disebut three unity (tiga kesatuan), yaitu kesatuan ruang, kesatuan waktu, dan kesatuan kejadian. Melalui pertunjukan realisme, seorang sutradara berupaya menghadirkan realitas kehidupan yang sesungguhnya. Lakon Pencuri Berbudi Luhur karya Dario Fo menyajikan tokoh-tokoh dan konflik yang umum ditemukan di tengah masyarakat. Ir o ni dalam cerita ini disampaikan melalui sindiran halus, sementara fakta dan realita dikemas secara rapi dengan mengusung genre komedi. Komedi dalam lakon ini berfungsi untuk menyingkap cacat dan kelemahan sifat manusia secara humoris, sehingga penonton dapat menghayati kenyataan kehidupan. Metode penciptaan yang digunakan dalam mewujudkan garapan panggung terdiri atas beberapa tahapan: (1) Tahap pencarian, (2) Tahap pengisian, (3) Tahap pengembangan, dan (4) Tahap pemantapan. Melalui lakon ini, Dario Fo ingin menunjukkan bahwa orang-orang yang tampak baik belum tentu ‘bersih’ sepenuhnya.