Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kedudukan State Auxiliary Organ dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia Iswandi, Kelik; Prasetyoningsih, Nanik
Jurnal Penegakan Hukum dan Keadilan Vol 1, No 2 (2020): SEPTEMBER
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.13 KB) | DOI: 10.18196/jphk.1208

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kedudukan state auxiliary organ yang merupakan Lembaga negara resmi negara tetapi tidak dijelaskan dengan rinci kedudukan state auxiliary organ dalam konstitusi.  Pembagian kekuasaan pada cabang-cabang khusus kekuasaan dalam negara hukum bertujuan untuk menghindari terpusatnya kekuasaan pada satu titik yang berakibat kesewenang-wenangan. Indonesia tidak menerapkan pembagian kekuasaan trias politica secara murni. Di Indonesia lembaga negara terbagi menjadi constitutional state organ dan state auxiliary organ. Constitutional state organ memiliki kedudukan yang sangat jelas dalam ketatanegaraan, tetapi state auxiliary organ tidak memiliki kedudukan yang jelas.  State auxiliary organ sendiri terbentuk dengan berbagai macam variasi bentuk yang berdampak terhadap ketidakjelasan kedudukannya. Metode analisis deskriptif dipergunakan dalam penelitian hukum normatif untuk menganalisis data sekunder yang diperoleh melalui kajian kepustakaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa state auxiliary organ di Indonesia memiliki berbagai kedudukan. Kedudukan state auxiliary organ dapat ditentukan melalui kedudukan berdasarkan aturan pembentuknya, kedudukan berdasarkan independensi kelembagaannya, dan kedudukan berdasarkan tugas dan fungsinya. Kata Kunci: constitutional state organ, state auxiliary organ, trias politica
Kedudukan State Auxiliary Organ dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia Iswandi, Kelik; Prasetyoningsih, Nanik
Jurnal Penegakan Hukum dan Keadilan Vol 1, No 2 (2020): SEPTEMBER
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.13 KB) | DOI: 10.18196/jphk.1208

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kedudukan state auxiliary organ yang merupakan Lembaga negara resmi negara tetapi tidak dijelaskan dengan rinci kedudukan state auxiliary organ dalam konstitusi.  Pembagian kekuasaan pada cabang-cabang khusus kekuasaan dalam negara hukum bertujuan untuk menghindari terpusatnya kekuasaan pada satu titik yang berakibat kesewenang-wenangan. Indonesia tidak menerapkan pembagian kekuasaan trias politica secara murni. Di Indonesia lembaga negara terbagi menjadi constitutional state organ dan state auxiliary organ. Constitutional state organ memiliki kedudukan yang sangat jelas dalam ketatanegaraan, tetapi state auxiliary organ tidak memiliki kedudukan yang jelas.  State auxiliary organ sendiri terbentuk dengan berbagai macam variasi bentuk yang berdampak terhadap ketidakjelasan kedudukannya. Metode analisis deskriptif dipergunakan dalam penelitian hukum normatif untuk menganalisis data sekunder yang diperoleh melalui kajian kepustakaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa state auxiliary organ di Indonesia memiliki berbagai kedudukan. Kedudukan state auxiliary organ dapat ditentukan melalui kedudukan berdasarkan aturan pembentuknya, kedudukan berdasarkan independensi kelembagaannya, dan kedudukan berdasarkan tugas dan fungsinya. Kata Kunci: constitutional state organ, state auxiliary organ, trias politica
PENGEMBANGAN POTENSI DESA WISATA PADUKUHAN TAWANGREJO, PURWOBINANGUN, PAKEM, SLEMAN Prasetyoningsih, Nanik; Iswandi, Kelik; Wardhana, Allan; Mujiyana, Mujiyana; Putra, Ilham; Wrediningsih, Sri
Jurnal Pengabdian dan Peningkatan Mutu Masyarakat (Janayu) Vol. 4 No. 1 (2023): Jurnal Pengabdian dan Peningkatan Mutu Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/janayu.v4i1.22972

Abstract

This PKM Community Service Program is being carried out in collaboration with the governments of Padukuhan Tawangrejo, Purwobinangun, Pakem. The UMY PKM team will assist the Tawangrejo Educational Tourism Village Pioneer Team, which has struggled to build and develop the Tawangrejo educational tourism village concept. This Service Program is carried out through a Workshop on Tourism Village Management and Establishment and Field Trips to review the Tawangrejo Area, which will be used as a tourist destination. The workshop was held to improve the Tourism Village Pioneer Team's understanding of managing and establishing a tourist village. The field trip results were then discussed, as was the possibility of structuring the tourist location area and the projection of the establishment of a tourist village, which was then documented in the documentation "Plan for the Establishment of the Tawangrejo Tourism Village." This document will serve as a guideline and direction for the Tourism Village's establishment and future development.
Supreme Court's Legal Advice: Limits, Procedures, and Need for Change Iswandi, Kelik
Jurnal Hukum dan Peradilan Vol 13 No 3 (2024)
Publisher : Pusat Strategi Kebijakan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25216/jhp.13.3.2024.607-634

Abstract

The Supreme Court offers legal advice to state organs and government agencies. Nonetheless, there are no regulations governing the execution of Supreme Court Legal Advice. This paper analyses the limitations and procedures of Supreme Court legal advice. This is a normative legal analysis grounded in conceptual and statutory law. This study utilized legal texts, doctrinal sources, and scientific material. This study employs Miles and Huberman's data analysis methodology. This study demonstrates that Article 37 of the 1985 Supreme Court Law and Article 22 paragraph (1) of the 2009 Judicial Power Law are contradictory. The dispute pertains to the petitioner seeking Supreme Court Legal Advice. The Supreme Court's Legal Advice is only extended to state organs and government agencies. The Supreme Court lacks the authority to offer legal advice to local governments, community organizations, and non-governmental organizations. The Chief Justice of the Supreme Court offers legal advice to state organs, while the Chairman of the Supreme Court Chamber provides legal advice to government agencies. Both legal advice continues to be designated as Supreme Court Legal Advice.
Progressive Legal Approaches of the Constitutional Justice Reasoning on Judicial Review Cases: Challenges or Opportunities? Wijayanti, Septi Nur; ALW, Lita Tyesta; Lailam, Tanto; Iswandi, Kelik
LAW REFORM Vol 21, No 2 (2025): Law Reform
Publisher : PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/lr.v21i2.66334

Abstract

The Constitutional Court often uses a positive legal approach, and some of the decisions it produces do not contain substantive justice. In its development, the Constitutional Court began to face a new paradigm as an institution for interpreting the constitution and began to use a progressive legal approach. This study aims to examine the application of a positivist legal approach and the urgency of using the progressive legal approach in the law review process. This research is normative legal research. Based on the results of this research, the Indonesian legal system is designed to accommodate human interests and needs through progressive legislation. The Constitutional Court, through a progressive legal approach, can issue decisions that fulfill substantive justice. This research is used in several cases, such as the heart article decision, ultra petite, and open legal policy. It can be concluded that through a progressive legal approach, it is a challenge for judges to guard the constitution through judicial review and an opportunity to prove that the Constitutional Court is an institution that prioritizes the constitutional rights of the people. In addition, the Constitutional Court can restore its spirit as the guardian of the constitution and democracy.